Anggota DPRD DKI Kenneth Heran Permasalahan Air Bersih Tak Kunjung Selesai
Rabu, 30 Maret 2022 - 12:26 WIB
Dalam kasus itu, air di Jakarta Barat salah satu daerah yang terkontaminasi bakteri E Coli. Hal itu berdasarkan Profil dan Status Kualitas Air Minum Rumah Tangga Indonesia 2021 yang dilakukan Tim Surveilans Direktorat Penyehatan Lingkungan.
Hal ini sangat berbahaya dan harus menjadi perhatian khusus bagi Pemprov DKI Jakarta untuk segera ditindak lanjuti, demi kesehatan dan kenyamanan masyarakat Jakarta. Sebab, air menjadi salah satu sumber kehidupan, tapi air juga bisa berbahaya jika sudah tercemar limbah, bakteri dan karat.
"Pembuangan limbah baik limbah industri maupun rumah tangga, harus betul-betul di awasi serta harus berani memberikan sanksi yang bisa membuat efek jera bagi pelakunya, baik dari pelaku pribadi ataupun perusahaan jika melanggar," beber Kent.
Saat ini, kata Kent, baru sekitar 65% warga Jakarta yang dapat mengakses air bersih. Hal itu masih jauh dari target Pemprov DKI Jakarta yang menargetkan cakupan layanan 79,61% di akhir tahun 2022. Sebelumnya, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) DKI Jakarta juga menargetkan seluruh wilayah Jakarta dijangkau pipa air pada 2030.
"Pekerjaan air bersih untuk warga Jakarta harus dikebut secepat mungkin. Mau sampai kapan warga Jakarta tiap hari harus selalu meminum air yang sudah tercemar bakteri E Coli. Itu sangat bahaya jika diminum dalam waktu yang lama, karena bisa mengakibatkan penyakit gangguan pencernaan serius," tutur Ketua IKAL (Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas RI) PPRA Angkatan LXII itu.
Oleh karena itu, sambung Kent, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan perlu memfokuskan permasalahan di Jakarta yang lebih urgent, salah satunya yang terkait penyediaan air bersih, dipenghujung berakhirnya jabatan sebagai orang nomor satu di Jakarta.
"Sangat penting sekali dalam memperbaiki kualitas air kita, agar tidak membahayakan kehidupan warga Jakarta, dan perbaikan harus dilakukan bersama dan kolektif. Kita harus benahi bersama-sama mulai dari masyarakat hingga pembuat kebijakan," pungkasnya.
Hal ini sangat berbahaya dan harus menjadi perhatian khusus bagi Pemprov DKI Jakarta untuk segera ditindak lanjuti, demi kesehatan dan kenyamanan masyarakat Jakarta. Sebab, air menjadi salah satu sumber kehidupan, tapi air juga bisa berbahaya jika sudah tercemar limbah, bakteri dan karat.
"Pembuangan limbah baik limbah industri maupun rumah tangga, harus betul-betul di awasi serta harus berani memberikan sanksi yang bisa membuat efek jera bagi pelakunya, baik dari pelaku pribadi ataupun perusahaan jika melanggar," beber Kent.
Saat ini, kata Kent, baru sekitar 65% warga Jakarta yang dapat mengakses air bersih. Hal itu masih jauh dari target Pemprov DKI Jakarta yang menargetkan cakupan layanan 79,61% di akhir tahun 2022. Sebelumnya, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) DKI Jakarta juga menargetkan seluruh wilayah Jakarta dijangkau pipa air pada 2030.
"Pekerjaan air bersih untuk warga Jakarta harus dikebut secepat mungkin. Mau sampai kapan warga Jakarta tiap hari harus selalu meminum air yang sudah tercemar bakteri E Coli. Itu sangat bahaya jika diminum dalam waktu yang lama, karena bisa mengakibatkan penyakit gangguan pencernaan serius," tutur Ketua IKAL (Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas RI) PPRA Angkatan LXII itu.
Oleh karena itu, sambung Kent, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan perlu memfokuskan permasalahan di Jakarta yang lebih urgent, salah satunya yang terkait penyediaan air bersih, dipenghujung berakhirnya jabatan sebagai orang nomor satu di Jakarta.
"Sangat penting sekali dalam memperbaiki kualitas air kita, agar tidak membahayakan kehidupan warga Jakarta, dan perbaikan harus dilakukan bersama dan kolektif. Kita harus benahi bersama-sama mulai dari masyarakat hingga pembuat kebijakan," pungkasnya.
(thm)
tulis komentar anda