Layanan Teleterapi Ini Jawab Kebutuhan Psikolog untuk Konsultasi Jarak Jauh
Senin, 31 Januari 2022 - 21:54 WIB
JAKARTA - Banyak perusahaan yang beradaptasi untuk menerapkan cara bekerja Work From Home (WFH) , bahkan secara permanen selama pandemi Covid-19. Padahal, aktivitas bekerja jarak jauh atau (WFH) juga berpotensi meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental di kalangan masyarakat profesional yang aktif mengadopsi kebiasaan baru tersebut.
Dalam sebuah studi yang dilansir Morbidity and Mortality Weekly sepanjang tahun 2020, gejala depresi dan peningkatan kecemasan yang mendera masyarakat di Amerika Serikat meningkat empat kali lipat dibandingkan tahun 2019. Riset yang dilakukan CDC Amerika Serikat tersebut menyebutkan mayoritas masyarakat dalam kategori umur produktif hingga 44 tahun mengalami gangguan kesehatan mental.
Baca juga: Bangun Kawasan Ekonomi Kesehatan Perlu Dukungan Inovasi Teknologi
Hal tersebut disebabkan campur aduknya urusan pribadi dan kantor di satu tempat dan waktu. Selain itu, masifnya arus berita yang diterima masyarakat turut memberi porsi tekanan kesehatan mental di waktu bersamaan.
Di Indonesia, masyarakat sebenarnya menyadari gejala gangguan kesehatan mental yang mendera mereka. Provinsi Jawa Barat misalnya mengumumkan bahwa kunjungan pasien yang cemas terhadap kesehatan jiwanya di Rumah Sakit Jiwa Cisarua meningkat 14 persen per Agustus 2020.
“Kondisi pandemi Covid-19 berdampak pada tekanan psikologis yang berat di berbagai sektor. Banyak masyarakat yang cemas dan khawatir dengan kondisi pandemi Covid-19,“ ujar Direktur RSJ Jabar dr Elly Marliyani.
Jumlah tersebut diyakini masih jauh dari angka riil di lapangan karena sebagian besar masyarakat enggan berkunjung ke rumah sakit maupun fasilitas konseling psikologis lain di masa pandemi.
Dengan berbagai keterbatasan ini, masyarakat kini mulai melirik layanan konsultasi kesehatan , termasuk kesehatan mental yang dilakukan secara daring atau disebut teleterapi. Adanya fasilitas ini tentu memudahkan masyarakat yang membutuhkan layanan-layanan tersebut tanpa harus bepergian ke luar rumah.
Layanan konseling psikologi daring Riliv menyatakan setiap bulan terdapat 18 ribu pengguna yang menggunakan aplikasinya untuk kebutuhan konsultasi. Angka tersebut dinilai meningkat cukup pesat dan didominasi pasien yang datang dengan berbagai keluhan, khususnya terkait kelelahan bekerja di masa pandemi.
Dalam sebuah studi yang dilansir Morbidity and Mortality Weekly sepanjang tahun 2020, gejala depresi dan peningkatan kecemasan yang mendera masyarakat di Amerika Serikat meningkat empat kali lipat dibandingkan tahun 2019. Riset yang dilakukan CDC Amerika Serikat tersebut menyebutkan mayoritas masyarakat dalam kategori umur produktif hingga 44 tahun mengalami gangguan kesehatan mental.
Baca juga: Bangun Kawasan Ekonomi Kesehatan Perlu Dukungan Inovasi Teknologi
Hal tersebut disebabkan campur aduknya urusan pribadi dan kantor di satu tempat dan waktu. Selain itu, masifnya arus berita yang diterima masyarakat turut memberi porsi tekanan kesehatan mental di waktu bersamaan.
Di Indonesia, masyarakat sebenarnya menyadari gejala gangguan kesehatan mental yang mendera mereka. Provinsi Jawa Barat misalnya mengumumkan bahwa kunjungan pasien yang cemas terhadap kesehatan jiwanya di Rumah Sakit Jiwa Cisarua meningkat 14 persen per Agustus 2020.
“Kondisi pandemi Covid-19 berdampak pada tekanan psikologis yang berat di berbagai sektor. Banyak masyarakat yang cemas dan khawatir dengan kondisi pandemi Covid-19,“ ujar Direktur RSJ Jabar dr Elly Marliyani.
Jumlah tersebut diyakini masih jauh dari angka riil di lapangan karena sebagian besar masyarakat enggan berkunjung ke rumah sakit maupun fasilitas konseling psikologis lain di masa pandemi.
Dengan berbagai keterbatasan ini, masyarakat kini mulai melirik layanan konsultasi kesehatan , termasuk kesehatan mental yang dilakukan secara daring atau disebut teleterapi. Adanya fasilitas ini tentu memudahkan masyarakat yang membutuhkan layanan-layanan tersebut tanpa harus bepergian ke luar rumah.
Layanan konseling psikologi daring Riliv menyatakan setiap bulan terdapat 18 ribu pengguna yang menggunakan aplikasinya untuk kebutuhan konsultasi. Angka tersebut dinilai meningkat cukup pesat dan didominasi pasien yang datang dengan berbagai keluhan, khususnya terkait kelelahan bekerja di masa pandemi.
tulis komentar anda