Menara Syahbandar, Menolak Punah Meski Dikepung Derap Pembangunan (2-Tamat)
Minggu, 07 November 2021 - 05:37 WIB
Batu Prasasti Titik Nol Kilometer Jakarta beraksara Cina,
berukuran 50 x 56 cm, di Gedung Meridien Utama (Gedung Tera)
samping kiri gedung utama Menara Syahbandar. Foto: Sabir Laluhu.
"Tertulis, kiri: kantor survei, kanan: asal garis bujur. Batu yang berwarna hitam itu berukuran 50 x 56 cm tidak diketahui siapa yang menempatkan batu di sini dan kapan waktu batu ditempatkan di sini. Mengapa karakter Cina yang digunakan juga tidak diketahui," bunyi kopian dokumen hasil penelitian Arnold Haag yang diperoleh KORAN SINDO.
Arnold melanjutkan, untuk batu prasasti dengan aksara Cina berukuran persegi panjang yang ada di lantai 1 Ruang Menara Syahbandar adalah batu nisan. Tulisannya kurang lebih memiliki arti, makam seorang kepala keluarga bernama Huang Chi Weng pada masa Kerajaan Guang Xu padatahun 14 Kerajaan Guang Xu (1888 Masehi). Menurut Arnold, dua batu prasasti beraksara itu bisa saja dibuat pada waktu yang sama, kira-kira tahun 1888.
baca juga: Di Era Gubernur DKI Jakarta Ini Monas dan Patung Selamat Datang Dibangun
Firman menceritakan, dahulu kala di Gedung Tera terdapat alat seperti tiang yang menjadi penanda waktu internasional dan garis meridian utama. Di masa penjajahan Belanda, fungsi Menara Syahbandar adalah menara pemantau (uitkijk) lalu lintas kapal di Pelabuhan Sunda Kelapa dan kantor pabean. Di masa penjajahan Jepang, fungsinya sempat berubah sebagai gudang logistik. Selain itu, ada cerita yang beredar bahwa di kompleks Menara Syahbandar terdapat terowongan bawah tanah yang menuju atau ujungnya mengarah ke kawasan Kota Tua dan kompleks Monumen Nasional (Monas).
Penjara bawah tanah di bawah gedung utama Menara Syahbandar.
tulis komentar anda