Kisah Taman Mini; Digagas Ibu Tien, Diperjuangkan Ali Sadikin, Kini Diambil Alih Jokowi

Jum'at, 09 April 2021 - 06:02 WIB


Ali Sadikin mendampingi Soeharto dan Ibu Tien pada 17 Juli 1971. Foto: Dok Perpusnas

Tapi boleh dibilang beruntung proyek itu berada di wilayah DKI Jakarta yang saat itu dipimpin oleh Ali Sadikin, yang dijuluki Gubernur "Keras Kepala". Pria yang akrab disapa Bang Ali bahkan sampai harus meladeni mahasiswa berjam-jam untuk berdebat soal proyek TMII. Pada suatu ketika, Bang Ali baru tiba dari Manila, Philipina. Badan tentu masih terasa lelah akibat kurang istirahat. Namun mahasiswa ngotot segera ingin bertemu terkait pembangunan TMII. Bahkan saat masih di Manila pun, Bang Ali sudah mendapat telepon dari stafnya yang mengabarkan mahasiswa gelisah dan rebut di Jakarta.

Akhirnya, meski rasa lelah belum hilang, Bang Ali dengan tangan terbuka menerima sekitar 200 perwakilan mahasiswa dari berbagai universitas di gedung DPRD DKI Jaya. Mereka berasal dari Jakarta, Bandung, dan kota besar lainnya. Para mahasiswa menyampaikan protes rencana pembangunan TMII. Bang Ali dan mahasiswa pun berdialog dan berdiskusi.

Saat dialog serangan mahasiswa sangat gencar, tapi Bang Ali tetap sabar karena berfikir demi kepentingan Jakarta. Dalam proyek TMII Bang Ali memang ditunjuk menjadi wakil ketuaproject officer,karena lokasinya berada di DKI Jaya. Sedangkan Ketuanya dijabat Ali Murtopo.

Di hadapan mahasiswa Bang Ali secara gamblang menerangkan, bahwa rencana pembuatan taman seperti TMII sudah lama ada dalam master plan Jakarta dan menjadi program Pemda DKI. Ide pembangunan taman dengan konsep TMII sudah ada sejak era Soemarno Sosroatmodjo yang menjabat Gubernur DKI periode 1966-1966. Saat itu taman yang dimaksud bernama Taman Bhineka Tunggal Ika, dimana saat ini nama itu dipakai untuk taman kotadi Jalan Panglima Polim II, Kebayoran Baru.

DKI saat itu sulit mewujudkan Taman Bhineka Tunggal Ika karena ketiadaan dana. Pemda DKI saat itu tidak punya uang, sehingga menyambut baik begitu YHL yang diketuai IbuTien Soeharto menyatakan siap melaksanakan dan membiayai proyek TMII itu. Apa salah Pemda DKI menerima? Tidak ada alasan gubernur DKI menolaknya. Malahan itu menguntungkan masyarakat Jakarta,” tukas Bang Ali saat itu.

Memang, proyek TMII pada akhirnya tidak sepenuhnya dibiayai YHK. Ibu Tien meminta dukungan dari para gubernur untuk membantu pembangunan TMII. Ibu Tien juga menginstruksikan kepada para gubernuragar mengumpulkan dana sekitar Rp40 juta sampai Rp50 juta dari pengusaha. Saat itu, Ibu Tien menyakinkan para gubernur bahwa proyek TMII bukan proyek mercusuar karena proyek ini menyangkut kehidupan masyarakat. Nantinya, di TMII akan dipamerkan industri kerajinan rakyat.

Tapi apapun argument Ibu Tien, mahasiswa tetap bersikukuh menolak proyek TMII dan minta pembangunan kampus didahulukan. "Oke. Saya setuju jika ada yang mau mendahulukan pembangunan kampus. Tapi, mana program rencananya? Dan siapa yang akan membangun itu? Ajukan kepada saya, nanti saya beri tanah,"tantang Bang Ali dalam debat.

Pertemuan Bang Ali dengan ratusan mahasiswa waktu itu memang berlangsung seru dan lama atau sekitar empat jam, mulai pukul 10.00 sampai dengan pukul 14.00 siang hari. Meski terkesan membela Ibu Tien Soeharto dalam proyek TMII, namun Bang Ali menegaskan dirinya merasa tidak ditunggangi Ibu Tien Soeharto. "Saya punya karakter. Saya tidak akan mau ditunggangi orang, oleh siapa pun. Saya tidakmau," tegas Bang Ali di hadapan mahasiswa.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More