Menyeramkan, Kuntilanak Merah Penunggu TPU Petamburan yang Kerap Sapa Penjaga Makam
Sabtu, 02 Januari 2021 - 07:24 WIB
JAKARTA - Suasana TPU Petamburan , Jakarta, sekitar dua bulan lalu menjelang malam tampak sunyi. Hanya terlihat salah seorang perawat makam bernama Adi sedang membersihkan salah satu makam di Blok A TPU tersebut.
Menjelang magrib, para pedagang saat itu sudah menutup lapaknya, begitupun sejumlah perawat makam sudah menggulung selang, tinggallah Adi sendirian di areal makam karena memilih menuntaskan pekerjaanya yang tersisa satu atau dua makam lagi.
Saat asik bekerja, matanya secara samar melihat wanita bergaun merah turun dari wadah penyimpanan air di lantai dua kantor ke areal makam menggunakan tangga dengan cepat. Kurang dari tiga menit, langkah kaki wanita itu terhenti di areal tembok makam yang memisahkan areal pemakaman dengan permukiman warga.
Sempat menengok ke Adi, wanita itu menembus tembok. Sontak, Adi lari terbirit birit, meninggalkan ember, sikat, dan air yang masih mengucur. Dia lari menjauhi makam menuju kantor sejauh puluhan meter.
“Kong tolong kong,” teriak Adi kepada Engkong Iir penjaga makam TPU Petamburan. Tergesah gesah, Adi bercerita tentang kejadian itu. Kong Iir hanya tertawa melihat tingkah Adi yang kala itu dibasahi keringat ketakutan.
“Palingan mau nyapa dikit,” kata Kong Iir menceritakan kejadian itu kepada Sofyan, reporter MNC di akun YouTube-nya Kontributor Jakarta yang diposting dua bulan lalu. (Baca: Bikin Bulu Kuduk Berdiri, Bos Sawit Ini Tersasar di Hotel Bintang 5 yang Sudah Lama Tutup di Jakarta)
Kong Iir sendiri cukup mengenal kawasan TPU Kober. Sejak kecil dia berada di kawasan ini, pada tahun 1965 saat masih berusia 9 tahun. Kong Iir suka bermain bola di dekat Mausoleum O.G. Khow senilai 200 ribu poundsterling.
Pohon-pohon Asem masih menyebar di area makam, jumlah makam Yahudi kala itu masih berjumlah ratusan. Kini dua hal itu tak lagi mendominasi, pohon asem di sana hanya berjumlah dua setelah Pemprov DKI membangun tembok memisahkan areal pemakaman dengan permukiman. Begitupan makam Yahudi yang kini hanya tersisa tiga saja setelah terganti dengan makam baru etnis China yang mendominasi di sana.
Kuntilanak Jahil
Menjelang magrib, para pedagang saat itu sudah menutup lapaknya, begitupun sejumlah perawat makam sudah menggulung selang, tinggallah Adi sendirian di areal makam karena memilih menuntaskan pekerjaanya yang tersisa satu atau dua makam lagi.
Saat asik bekerja, matanya secara samar melihat wanita bergaun merah turun dari wadah penyimpanan air di lantai dua kantor ke areal makam menggunakan tangga dengan cepat. Kurang dari tiga menit, langkah kaki wanita itu terhenti di areal tembok makam yang memisahkan areal pemakaman dengan permukiman warga.
Sempat menengok ke Adi, wanita itu menembus tembok. Sontak, Adi lari terbirit birit, meninggalkan ember, sikat, dan air yang masih mengucur. Dia lari menjauhi makam menuju kantor sejauh puluhan meter.
“Kong tolong kong,” teriak Adi kepada Engkong Iir penjaga makam TPU Petamburan. Tergesah gesah, Adi bercerita tentang kejadian itu. Kong Iir hanya tertawa melihat tingkah Adi yang kala itu dibasahi keringat ketakutan.
“Palingan mau nyapa dikit,” kata Kong Iir menceritakan kejadian itu kepada Sofyan, reporter MNC di akun YouTube-nya Kontributor Jakarta yang diposting dua bulan lalu. (Baca: Bikin Bulu Kuduk Berdiri, Bos Sawit Ini Tersasar di Hotel Bintang 5 yang Sudah Lama Tutup di Jakarta)
Kong Iir sendiri cukup mengenal kawasan TPU Kober. Sejak kecil dia berada di kawasan ini, pada tahun 1965 saat masih berusia 9 tahun. Kong Iir suka bermain bola di dekat Mausoleum O.G. Khow senilai 200 ribu poundsterling.
Pohon-pohon Asem masih menyebar di area makam, jumlah makam Yahudi kala itu masih berjumlah ratusan. Kini dua hal itu tak lagi mendominasi, pohon asem di sana hanya berjumlah dua setelah Pemprov DKI membangun tembok memisahkan areal pemakaman dengan permukiman. Begitupan makam Yahudi yang kini hanya tersisa tiga saja setelah terganti dengan makam baru etnis China yang mendominasi di sana.
Kuntilanak Jahil
tulis komentar anda