Dibuka saat PSBB Transisi, TMII Dipercantik di Tengah Pandemi Covid-19
Kamis, 15 Oktober 2020 - 00:24 WIB
Untuk masalah anggaran, sambung Hudi, keseluruhan taman di luas area 80 meter x 100 meter dengan luas bangunan diameter 20 meter yang berbentuk bulat ini, dianggarkan kurang lebih Rp650 juta beserta lanskap-nya.
"Namun karena kondisi TMII masih suasana Covid-19, untuk pekerjaan perbaikan atap dan perapian taman kaktus hampir mencapai Rp250 juta, perlahan-lahan kita renovasi dengan baik, demi kenyamanan pengunjung TMII," ucapnya.
Taman kaktus adalah taman yang dilengkapi bangunan rumah kaca berbentuk dan beratap bulat menyerupai kaktus. Taman ini menyajikan berbagai jenis kaktus dan sukulen dari dalam dan luar negeri. Jenis kaktus dan sukulen yang berasal dari luar negeri, terutama didatangkan dari Belgia dan Jepang, sedangkan kaktus dari dalam negeri kebanyakan dari Bandung.
Beberapa koleksi di Taman Kaktus antara lain Cleistocactus stausil setinggi 10 meter, Agave Parasana dan Gimnogayumus Hibotan dari Belgia, Opuntia Microdasys dari Meksiko, Notocactus Leninghausil, euphorbia Cristata, Echimocactus Grusonii dan Melocactus dari Jepang, dan masih banyak lagi.
Taman kaktus mulai dibangun pada 21 Februari 1997 atas prakarsa Ibu Tien Soeharto pada tahun 1979. Terdapat sekitar 32 jenis kaktus yang ditanam sesuai dengan tatanan habitat aslinya yang menggambarkan keanekaragaman flora Indonesia.
Selain Taman Kaktus, kata Hudi, pihak TMII juga melakukan renovasi di sejumlah unit hiburan, karena banyak beberapa bangunan di lokasi tersebut nampak ada kerusakan. Hal itu dilakukan semata-mata demi kenyamanan pengunjung TMII.
"Kurang lebih ada tujuh sampai sepuluh unit sedang dilakukan renovasi, itu yang besar-besar," tutur Hudi.
Namun, kata Hudi, taman wisata yang luas kurang lebih 150 hektare ini masih ada beberapa perbaikkan, seperti drainase. Pasalnya, pada waktu tahun baru 2020, tempat wisata yang diresmikan pada 20 April 1975 itu pernah terjadi genangan di sejumlah tempat.
"Selama 45 tahun, drainase di TMII belum diperbaiki. Prioritas kita saat ini drainase agar saluran air banyak ke dalam dan keluar lancar dan terarah. Karena pernah terjadi genangan saat tahun baru kemarin di parkiran wisata Dunia Air Tawar," kata Hudi.
Hudi pun mengakui, jika infrastruktur TMII sangat butuh perhatian khusus, masih banyak tempat-tempat wisata yang perlu diperbaiki. Namun, pihaknya saat ini masih melakukan pendataan untuk yang lebih diprioritaskan.
"Namun karena kondisi TMII masih suasana Covid-19, untuk pekerjaan perbaikan atap dan perapian taman kaktus hampir mencapai Rp250 juta, perlahan-lahan kita renovasi dengan baik, demi kenyamanan pengunjung TMII," ucapnya.
Taman kaktus adalah taman yang dilengkapi bangunan rumah kaca berbentuk dan beratap bulat menyerupai kaktus. Taman ini menyajikan berbagai jenis kaktus dan sukulen dari dalam dan luar negeri. Jenis kaktus dan sukulen yang berasal dari luar negeri, terutama didatangkan dari Belgia dan Jepang, sedangkan kaktus dari dalam negeri kebanyakan dari Bandung.
Beberapa koleksi di Taman Kaktus antara lain Cleistocactus stausil setinggi 10 meter, Agave Parasana dan Gimnogayumus Hibotan dari Belgia, Opuntia Microdasys dari Meksiko, Notocactus Leninghausil, euphorbia Cristata, Echimocactus Grusonii dan Melocactus dari Jepang, dan masih banyak lagi.
Taman kaktus mulai dibangun pada 21 Februari 1997 atas prakarsa Ibu Tien Soeharto pada tahun 1979. Terdapat sekitar 32 jenis kaktus yang ditanam sesuai dengan tatanan habitat aslinya yang menggambarkan keanekaragaman flora Indonesia.
Selain Taman Kaktus, kata Hudi, pihak TMII juga melakukan renovasi di sejumlah unit hiburan, karena banyak beberapa bangunan di lokasi tersebut nampak ada kerusakan. Hal itu dilakukan semata-mata demi kenyamanan pengunjung TMII.
"Kurang lebih ada tujuh sampai sepuluh unit sedang dilakukan renovasi, itu yang besar-besar," tutur Hudi.
Namun, kata Hudi, taman wisata yang luas kurang lebih 150 hektare ini masih ada beberapa perbaikkan, seperti drainase. Pasalnya, pada waktu tahun baru 2020, tempat wisata yang diresmikan pada 20 April 1975 itu pernah terjadi genangan di sejumlah tempat.
"Selama 45 tahun, drainase di TMII belum diperbaiki. Prioritas kita saat ini drainase agar saluran air banyak ke dalam dan keluar lancar dan terarah. Karena pernah terjadi genangan saat tahun baru kemarin di parkiran wisata Dunia Air Tawar," kata Hudi.
Hudi pun mengakui, jika infrastruktur TMII sangat butuh perhatian khusus, masih banyak tempat-tempat wisata yang perlu diperbaiki. Namun, pihaknya saat ini masih melakukan pendataan untuk yang lebih diprioritaskan.
tulis komentar anda