Tidur di Musala, Pengungsi Banjir Kembangan Jaga Jarak
Selasa, 22 September 2020 - 16:40 WIB
Hasan belum bergerak dari rumahnya. Meski yakin banjir akan datang, namun dia enggan meninggalkan kontrakannya. Anaknya kemudian diminta tidur sebentar. Sementara dia dan istrinya bahu membahu memindahkan benda elektronik ke tempat tinggi.
Menjelang jam 2 dini hari air mulai terlihat, rumahnya perlahan mulai tergenang. Air masuk dari sejumlah saluran di depan dan kamar mandi. Kian lama tinggi air mulai mencapai 30 sentimeter. (Baca juga: Terapkan Protokol Kesehatan, Lokasi Pengungsian Korban Banjir di Jakarta Ditambah Dua Kali Lipat)
Bergegas dia membangunkan anaknya. Dia menyuruh istrinya ke musala melalui jalan setapak seluas stang sepeda motor. Sembari menggendong anaknya berusia 5 tahun mereka berjalan beriringan dengan Hasan yang membawa tas besar.
Sempat mengecek ke rumah sebentar, Hasan mengakui menjelang pukul 3 pagi ketinggian air mulai mencapai satu meter lebih. Sebagian rumah tergenang, para tetangga mengungsi.
Penuh Lumpur
Menjelang siang sebagian warga yang mengungsi sudah pulang. Mereka langsung membersihkan rumah yang terendap lumpur. Sapu lidi dan selang air digunakan untuk menyikat lumpur yang mengerak di keramik.
Saat ditemui di rumahnya, warga RT 9/04, Hitandi tampak sibuk menyikat pagar rumahnya yang berlumpur. Beberapa anggota tampak membersihkan bagian dalam rumah. (Baca juga: Banjir Surut, Tempat Pengungsian di Rawajati Tetap Disiagakan)
Menurutnya, banjir yang melanda wilayahnya merupakan banjir tahunan. Sejak tinggal di sini saat hujan datang, air mudah masuk ke rumahnya. Genangan sulit surut lantaran lokasi rumahnya berbentuk cekungan.
Camat Kembangan Joko Muliono mengatakan, banjir yang melanda kawasan tersebut karena belum ditanggulnya saluran air di sana. Air itu mengarah ke Cengkareng Drain yang berbatasan dengan Kali Pesanggrahan. “Jadi surutnya juga lama,” ucapnya. Untuk membantu menyurutkan genangan dua mesin pompa ditempatkan di lokasi.
Menjelang jam 2 dini hari air mulai terlihat, rumahnya perlahan mulai tergenang. Air masuk dari sejumlah saluran di depan dan kamar mandi. Kian lama tinggi air mulai mencapai 30 sentimeter. (Baca juga: Terapkan Protokol Kesehatan, Lokasi Pengungsian Korban Banjir di Jakarta Ditambah Dua Kali Lipat)
Bergegas dia membangunkan anaknya. Dia menyuruh istrinya ke musala melalui jalan setapak seluas stang sepeda motor. Sembari menggendong anaknya berusia 5 tahun mereka berjalan beriringan dengan Hasan yang membawa tas besar.
Sempat mengecek ke rumah sebentar, Hasan mengakui menjelang pukul 3 pagi ketinggian air mulai mencapai satu meter lebih. Sebagian rumah tergenang, para tetangga mengungsi.
Penuh Lumpur
Menjelang siang sebagian warga yang mengungsi sudah pulang. Mereka langsung membersihkan rumah yang terendap lumpur. Sapu lidi dan selang air digunakan untuk menyikat lumpur yang mengerak di keramik.
Saat ditemui di rumahnya, warga RT 9/04, Hitandi tampak sibuk menyikat pagar rumahnya yang berlumpur. Beberapa anggota tampak membersihkan bagian dalam rumah. (Baca juga: Banjir Surut, Tempat Pengungsian di Rawajati Tetap Disiagakan)
Menurutnya, banjir yang melanda wilayahnya merupakan banjir tahunan. Sejak tinggal di sini saat hujan datang, air mudah masuk ke rumahnya. Genangan sulit surut lantaran lokasi rumahnya berbentuk cekungan.
Camat Kembangan Joko Muliono mengatakan, banjir yang melanda kawasan tersebut karena belum ditanggulnya saluran air di sana. Air itu mengarah ke Cengkareng Drain yang berbatasan dengan Kali Pesanggrahan. “Jadi surutnya juga lama,” ucapnya. Untuk membantu menyurutkan genangan dua mesin pompa ditempatkan di lokasi.
(jon)
tulis komentar anda