Transformasi Hijau Dinilai Mampu Atasi Krisis Air Bersih dan Emisi Karbon di Jakarta
Rabu, 11 September 2024 - 18:01 WIB
JAKARTA - Pasokan air bersih di Jakarta yang kerap bermasalah bisa diatasi melalui transformasi hijau. Tidak hanya itu, transformasi hijau juga mampu mengurangi polusi karbon .
Direktur PT Wilo Pumps Indonesia David Haliyanto mengatakan, pihaknya masih terus melakukan inovasi. Salah satunya menyediakan air bersih di industri pertambangan yang dikenal sulit.
“Artinya bila dipertambangan aja kita mampu, apalagi di perkotaan,” katanya saat acara Mining Indonesia 2024 JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (11/9/2024).
Inovasi dengan nama Wilo-Actun ZETOS, pompa deep-well bertenaga surya yang dirancang khusus untuk pengelolaan air di kawasan pertambangan yang menggunakan panel surya.
David pun yakin solusi tidak hanya penyediaan air bersih, melainkan mampu mengurangi karbon. Sehingga upaya Net Zero Emission (NZE) 2026 kian terlaksana.
Untuk mencapai itu, David melihat biaya sebesar 350 ribu EURO atau sekitar Rp6 miliar harus disiapkan untuk membangun sarana ini. Nilai itu terbilang murah, sebab mampu mengurangi efektivitas 94 persen dari penggunaan diesel.
“Terlebih saat ini pengeluaran karbon pun dikenakan pajak. Jadi bisa bayangkan bila pengeluaran carbon bisa diminimalisir tentunya menguntungkan,” tambahnya.
Direktur PT Wilo Pumps Indonesia David Haliyanto mengatakan, pihaknya masih terus melakukan inovasi. Salah satunya menyediakan air bersih di industri pertambangan yang dikenal sulit.
“Artinya bila dipertambangan aja kita mampu, apalagi di perkotaan,” katanya saat acara Mining Indonesia 2024 JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (11/9/2024).
Inovasi dengan nama Wilo-Actun ZETOS, pompa deep-well bertenaga surya yang dirancang khusus untuk pengelolaan air di kawasan pertambangan yang menggunakan panel surya.
David pun yakin solusi tidak hanya penyediaan air bersih, melainkan mampu mengurangi karbon. Sehingga upaya Net Zero Emission (NZE) 2026 kian terlaksana.
Untuk mencapai itu, David melihat biaya sebesar 350 ribu EURO atau sekitar Rp6 miliar harus disiapkan untuk membangun sarana ini. Nilai itu terbilang murah, sebab mampu mengurangi efektivitas 94 persen dari penggunaan diesel.
“Terlebih saat ini pengeluaran karbon pun dikenakan pajak. Jadi bisa bayangkan bila pengeluaran carbon bisa diminimalisir tentunya menguntungkan,” tambahnya.
tulis komentar anda