Kronologi Pelecehan terhadap Jurnalis Perempuan di KRL

Kamis, 18 Juli 2024 - 16:43 WIB
Jurnalis magang inisial QHS mengalami pelecehan di Commuter Line relasi Jakarta-Bogor usai pulang bekerja, pada Selasa (16/7/2024), oleh pria berusia 52 tahun. Foto/SINDOnews/Ilustrasi
JAKARTA - Jurnalis magang inisial QHS mengalami pelecehan di Commuter Line relasi Jakarta-Bogor usai pulang bekerja, pada Selasa (16/7/2024). Korban yang kala itu berada di dalam gerbong kereta, ternyata direkam oleh pria berusia 52 tahun.

QHS menceritakan, peristiwa pelecehan itu diketahui usai seorang petugas KAI menegur dirinya. Hal tersebut membuat korban kaget dan langsung menghampiri pria paruh baya untuk menanyakan maksud perekaman itu.

"Seorang petugas KAI yang sudah selesai bertugas dan memakai jaket bangkit dan berdiri sambil bilang ke saya, 'Mbak, itu divideoin mba sama bapak ini', sambil menunjuk ke seorang pria separuh baya. Saya kaget dan bingung. Ternyata di seberang saya ada seorang bapak, belakangan saya tahu umurnya 52 tahun, yang sendang memegang HP," ujar Korban dalam keterangan, dikutip Kamis (18/7/2024).

Lalu, setelah dilakukan pengecekan ponsel, ternyata terduga pelaku tak hanya melakukan perekaman sekali melainkan terdapat tujuh video korban dengan rentang durasi tiga sampai tujuh menit. Selanjutnya korban dan pria tua itu diamankan di pos sekuriti stasiun Jakarta kota.



"Saat berada di kantor sekuriti dan mengecek HP, kami semua melihat bahwa di HP bapak itu ternyata tidak hanya saya saja yang menjadi korban, tetapi banyak juga video korban lainnya. Lebih menjijikkan lagi, di memori HP tersebut terdapat 300 lebih video porno," sambungnya.

Atas bukti-bukti tersebut lantas korban melaporkan kejadian ini ke pihak kepolisian. Mulanya korban mendatangi Polsek Taman Sari, namun secara yuridiksi kasus ini tidak dapat di proses sebab penangkapan pelaku berada di Stasiun Manggarai.

Lantas QHS beranjak ke Polsek Menteng, namun laporannya tak bisa ditangani karena lokasi kasus dan membuat korban melaporkan ke Polsek Tebet. Disana lah korban dimintai keterangan seorang diri tanpa mendapat pendampingan dari keluarga.

"Di sinilah (Polsek Tebet) saya merasa aneh. Sebagai seorang korban yang masih dalam rasa trauma dan ketakutan, harus berhadapan dengan birokrasi pelaporan yang belibet. Di Polsek Tebet inilah saya berhadapan dengan oknum petugas yang menanggapi laporan yang justru ada kesan ditolak dengan berbagai alasan," sambungnya.

Namun bukannya malah membantu memproses laporan justru korban mendapatkan perlakuan tidak mengenakkan oleh anggota Polsek Tebet. 'Mbanya divideoin karena cantik lagi'. 'Mungkin bapaknya fetish, terinspirasi dari video jepang'. 'Bapaknya ngefans sama Mbanya, mba idol'.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Terpopuler
Berita Terkini More