Massifkan Tes PCR, DKI Temukan 489 Kasus Baru Positif Covid-19
Senin, 03 Agustus 2020 - 19:53 WIB
JAKARTA - Kasus positif Covid-19 di Jakarta hari ini, Senin (3/8/2020), bertambah sebanyak 489 orang. Jumlah tersebut merupakan hasil dari 4.864 spesimen yang dilakukan tes polymerase chain reaction (PCR).
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Fify Mulyani, mengatakan, Pemprov DKI Jakarta terus memassifkan tes PCR untuk menemukan kasus baru secara cepat, agar dapat segera melakukan tindakan isolasi/perawatan secara tepat. Dengan begitu dapat memperkecil potensi penularan Covid-19. (Baca juga Infografis: Ilmuwan China Lari ke AS: Covid-19 Dibuat di Lab Militer China)
"Penambahan kasus positif pada hari ini sebanyak 489 kasus. Adapun jumlah kasus aktif di Jakarta saat ini sebanyak 7.411 kasus (orang yang masih dirawat / isolasi). Sedangkan, jumlah kasus Konfirmasi secara total di Jakarta pada hari ini sebanyak 22.443 kasus, Dari jumlah tersebut, 14.165 orang dinyatakan telah sembuh, sedangkan 867 orang meninggal dunia," ujar Fify dalam keterangan tertulisnya, Senin (3/8/2020).
Berdasarkan data terkini Dinas Kesehatan DKI Jakarta, telah dilakukan tes PCR kepada 4.864 spesimen, dimana 4.234 di antaranya untuk mendiagnosis kasus baru dengan hasil 489 positif dan 3.745 negatif.
"Dari 489 kasus tersebut, 130 kasus adalah akumulasi data dari 7 hari terakhir yang baru dilaporkan. Untuk jumlah tes PCR total per 1 juta penduduk sebanyak 39.003," kata Fify. (Baca juga: Penutupan Kantor DPRD DKI Diperpanjang hingga 9 Agustus 2020)
Fify menjelaskan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan standar jumlah tes PCR adalah 1.000 orang per 1 juta penduduk per pekan. Berdasarkan WHO, Jakarta harus melakukan pemeriksaan PCR minimum pada 10.645 orang (bukan spesimen) per minggu, atau 1.521 orang per hari. "Saat ini jumlah tes PCR di Jakarta setiap pekan adalah 4X lipat standar WHO," imbuhnya.
Kondisi wabah di sebuah daerah hanya bisa diketahui melalui testing. Strategi tes-lacak-isolasi sangat penting dilakukan dalam penanganan wabah. Jumlah tes yang tidak memenuhi standar WHO berakibat makin banyak kasus positif yang tidak terlacak. Jakarta telah memenuhi standar itu, bahkan melebihinya.
Tes PCR di Jakarta dilakukan melalui kolaborasi 47 Laboratorium Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, BUMN, dan swasta. Pemprov DKI Jakarta memberikan dukungan biaya tes kepada Laboratorium BUMN dan swasta yang ikut berjejaring bersama dalam pemeriksaan sampel program.
Untuk positivity rate atau persentase kasus positif sepekan terakhir di Jakarta sebesar 6,9%, sedangkan Indonesia sebesar 14,8%. WHO juga menetapkan standar persentase kasus positif tidak lebih dari 5%. (Baca juga: Pengamat Nilai Kebijakan Ganjil Genap saat Covid-19 di Jakarta Tidak Tepat)
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Fify Mulyani, mengatakan, Pemprov DKI Jakarta terus memassifkan tes PCR untuk menemukan kasus baru secara cepat, agar dapat segera melakukan tindakan isolasi/perawatan secara tepat. Dengan begitu dapat memperkecil potensi penularan Covid-19. (Baca juga Infografis: Ilmuwan China Lari ke AS: Covid-19 Dibuat di Lab Militer China)
"Penambahan kasus positif pada hari ini sebanyak 489 kasus. Adapun jumlah kasus aktif di Jakarta saat ini sebanyak 7.411 kasus (orang yang masih dirawat / isolasi). Sedangkan, jumlah kasus Konfirmasi secara total di Jakarta pada hari ini sebanyak 22.443 kasus, Dari jumlah tersebut, 14.165 orang dinyatakan telah sembuh, sedangkan 867 orang meninggal dunia," ujar Fify dalam keterangan tertulisnya, Senin (3/8/2020).
Berdasarkan data terkini Dinas Kesehatan DKI Jakarta, telah dilakukan tes PCR kepada 4.864 spesimen, dimana 4.234 di antaranya untuk mendiagnosis kasus baru dengan hasil 489 positif dan 3.745 negatif.
"Dari 489 kasus tersebut, 130 kasus adalah akumulasi data dari 7 hari terakhir yang baru dilaporkan. Untuk jumlah tes PCR total per 1 juta penduduk sebanyak 39.003," kata Fify. (Baca juga: Penutupan Kantor DPRD DKI Diperpanjang hingga 9 Agustus 2020)
Fify menjelaskan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan standar jumlah tes PCR adalah 1.000 orang per 1 juta penduduk per pekan. Berdasarkan WHO, Jakarta harus melakukan pemeriksaan PCR minimum pada 10.645 orang (bukan spesimen) per minggu, atau 1.521 orang per hari. "Saat ini jumlah tes PCR di Jakarta setiap pekan adalah 4X lipat standar WHO," imbuhnya.
Kondisi wabah di sebuah daerah hanya bisa diketahui melalui testing. Strategi tes-lacak-isolasi sangat penting dilakukan dalam penanganan wabah. Jumlah tes yang tidak memenuhi standar WHO berakibat makin banyak kasus positif yang tidak terlacak. Jakarta telah memenuhi standar itu, bahkan melebihinya.
Tes PCR di Jakarta dilakukan melalui kolaborasi 47 Laboratorium Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, BUMN, dan swasta. Pemprov DKI Jakarta memberikan dukungan biaya tes kepada Laboratorium BUMN dan swasta yang ikut berjejaring bersama dalam pemeriksaan sampel program.
Untuk positivity rate atau persentase kasus positif sepekan terakhir di Jakarta sebesar 6,9%, sedangkan Indonesia sebesar 14,8%. WHO juga menetapkan standar persentase kasus positif tidak lebih dari 5%. (Baca juga: Pengamat Nilai Kebijakan Ganjil Genap saat Covid-19 di Jakarta Tidak Tepat)
tulis komentar anda