Kisah Jembatan Kota Intan, dari Kesurupan Sampai Penampakan
A
A
A
JAKARTA - Kisah mistis di Jembatan Kota Intan seolah tak bisa dilepaskan dari keindahan bangunan tua peninggalan Belanda tersebut. Sejumlah warga menyaksikan bagaimana misteri menyelimuti jembatan tersebut.
Ida (50) penjual minuman di depan pintu gerbang Jembatan Kota Intan menceritakan, beberapa waktu lalu, saat sebuah komunitas motor tengah asik berselfie ria muncul penampakan Maria sang None Belanda di atas jembatan itu.
"Ya jadi sekira pukul 22.00 WIB, pas anak motor lagi pada foto ada penampakan cewek Belanda itu seperti mau nyebur ke kali," kata Ida kepada Sindonews, Kamis (19/3/2015).
Tak hanya penampakan, sekira dua tahun lalu, saat sekelompok siswi yang tengah asik berfoto ria di atas jembatan seusai pulang sekolah juga dirasuki penunggu Jembatan itu.
"Pas magrib dia bengong sambil liat air kali padahal dibilangin jangan bengong, pulang udah magrib eh kemasukanlah. Dia teriak-teriak terus nangis," tambahnya.
Agus (55) penjaga area Jembatan Kota Intan itu membenarkan bahwa tempat tersebut memang banyak penunggunya. "Emang betul banyak makhluk gaibnya, tapi dia tidak mengganggu kalau gak diganggu," tutup Agus.
Dalam perjalanannya, jembatan yang terletak di Jalan Nelayan ini mengalami lima kali pergantian nama, dari Engelse Brug atau Jembatan Inggris (1628), Hoenderpasser Brug atau Jembatan Pasar Ayam (1630), Her Middlepunt Brug atau Jembatan Titik Pusat (1655), Wihelmina Brug atau Jembatan Wihelmina (1938), April 1938 jembatan itu menjadi jembatan gantung dan dinamakan Juliana Ophalsbrug.
Pada tanggal 7 September 1972, jembatan ini ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Gubernur DKI saat itu dengan nama Jembatan Kota Intan.
Ida (50) penjual minuman di depan pintu gerbang Jembatan Kota Intan menceritakan, beberapa waktu lalu, saat sebuah komunitas motor tengah asik berselfie ria muncul penampakan Maria sang None Belanda di atas jembatan itu.
"Ya jadi sekira pukul 22.00 WIB, pas anak motor lagi pada foto ada penampakan cewek Belanda itu seperti mau nyebur ke kali," kata Ida kepada Sindonews, Kamis (19/3/2015).
Tak hanya penampakan, sekira dua tahun lalu, saat sekelompok siswi yang tengah asik berfoto ria di atas jembatan seusai pulang sekolah juga dirasuki penunggu Jembatan itu.
"Pas magrib dia bengong sambil liat air kali padahal dibilangin jangan bengong, pulang udah magrib eh kemasukanlah. Dia teriak-teriak terus nangis," tambahnya.
Agus (55) penjaga area Jembatan Kota Intan itu membenarkan bahwa tempat tersebut memang banyak penunggunya. "Emang betul banyak makhluk gaibnya, tapi dia tidak mengganggu kalau gak diganggu," tutup Agus.
Dalam perjalanannya, jembatan yang terletak di Jalan Nelayan ini mengalami lima kali pergantian nama, dari Engelse Brug atau Jembatan Inggris (1628), Hoenderpasser Brug atau Jembatan Pasar Ayam (1630), Her Middlepunt Brug atau Jembatan Titik Pusat (1655), Wihelmina Brug atau Jembatan Wihelmina (1938), April 1938 jembatan itu menjadi jembatan gantung dan dinamakan Juliana Ophalsbrug.
Pada tanggal 7 September 1972, jembatan ini ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Gubernur DKI saat itu dengan nama Jembatan Kota Intan.
(ysw)