Memecut Pembangunan Bekasi via Bully
A
A
A
BEKASI - Pada Oktober 2014 lalu Kota Bekasi menjadi buah bibir masyarakat di media sosial. Masih ingat dibenak kita saat itu Bekasi di-bully oleh sejumlah netizen yang mengkritik kemacetan dan suhu panas di kota ini.
Bully yang ditujukan ke Bekasi ini pun mendapat respons dari Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi. Orang nomor satu di Pemerintahan Kota Bekasi ini mengungkapkan, olok-olok itu merupakan bentuk kritikan dan kekecewaan masyarakat kepada Pemkot Bekasi melalui peran media sosial.
Hingga akhirnya sejagat pun mengetahui Kota Bekasi. Olok-olok ini tentunya membuat kita terpanggil.
“Seharusnya yang bertanggung jawab terkait hal ini ialah lembaga eksekutif dan legislatif di Kota Bekasi. Ini karena pengambilan keputusan pembangunan merupakan kebijakan bersama,” ungkap Rahmat Effendi kepada Sindonews beberapa waktu lalu. Menurut Rahmat, harus ada kesepahaman bersama antara eksekutif dan legislatif sehingga efek dari komitmen itu akan bermanfaat bersama.
Rahmat mengatakan, ada beberapa persoalan krusial yang dihadapi Kota Bekasi salah satunya penataan estetika kota. Bully melalui media sosial ini merupakan bentuk ketidakseriusan Pemkot Bekasi dalam menata kota sejak berpuluh-puluh tahun lalu. Oleh karena saat ini sangat penting dibentuk regulasi yang mengikat kita sebagai penyelenggara pemerintahan sebagai bentuk kepatuhan hukum dalam menata kota.
Lelaki yang akrab disapa Bang Pepen ini pun tak tinggal diam, Pepen mengaku mempunyai solusi untuk mewujudkan panataan kota.”Kita menggalakkan penegakan hukum terhadap masyarakat yang melakukan pelanggaran. Contohnya, pembongkaran bangunan liar di sepanjang Jalan KH Noer Ali beberapa waktu lalu,” ujarnya.
Selain itu, Pemkot Bekasi tengah menyiapkan rencana detail tata ruang (RDTR), persiapan regulasi yang harus sesuai, dan proses kelayakan dalam pembangunan di Kota Bekasi. Bila RDTR dan regulasi ini telah siap dijalankan, penegakan hukum pun semakin mudah.
Pepen menerangkan, Pemkot Bekasi akan terus melakukan pembangunan di Kota Bekasi sesuai dengan visi Kota Bekasi, yakni Bekasi Maju, Sejahtera, dan Ihsan. Kata maju dan sejahtera, lanjut Pepen, artinya dalam konteks peningkatan kualitas infrastruktur serta sumber daya manusia (SDM). Pada 2014, secara bertahap Pemkot Bekasi mencanangkan pendidikan 12 tahun.
Tidak itu saja, secara bertahap pun Pemkot Bekasi memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi pemegang kartu sehat di rumah sakit (RS) umum maupun swasta. Bekasi pun harus sejahtera karena korelasinya dengan peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Terakhir Bekasi harus menjadi kota ihsan agar tidak ada lagi perbedaan antara minoritas dan mayoritas. Sesama anak bangsa hidup di Kota Bekasi harus saling bertoleransi, berbagi kasih, mempunyai nilai manfaat untuk pembangunan Kota Bekasi.
Anggota Komisi C DPRD Kota Bekasi Ahmad Ustuchri menuturkan, bully di media sosial beberapa waktu lalu telah dijawab oleh stake holder di Kota Bekasi mengenai kondisi Kota Bekasi saat ini. Dia meminta, kejadian ini menjadikan masyarakat asli dan pendatang di Bekasi semakin solid untuk memikirkan dan bersama-sama membangun Bekasi."Selama ini kan Bekasi hanya jadi tempat tidur saja bagi masyarakat. Tapi pikirannya tertuju ke daerah lain. Yuk, sekarang kita sama memikirkan dan membangun Bekasi," pintanya.
Pengamat sosial budaya dari Universitas Indonesia Devie Rahmawati mengungkapkan, di era modern komunikasi publik dengan publik, publik dengan pemerintah semakin cair berkat teknologi. Devie melihat bully yang dilakukan netizen ke Bekasi beberapa waktu lalu sangat menarik karena dapat menjadi pelajaran tak hanya bagi Pemkot Bekasi, tetapi juga pemda lain dan pemerintah pusat.
Devie meyakini bully yang dilakukan netizen beberapa waktu lalu bukan hanya sekedar lelucon, tetapi memang ada suatu masalah hingga akhirnya mendapat kritik masyarakat melalui media sosial. “Adanya bully ini tentunya membuat Pemkot Bekasi dapat mendeteksi kebijakan yang telah dikeluarkan apakah mendapat respons positif dari masyarakat atau tidak,” ungkap Devie saat dihubungi Sindonews.
Devie menuturkan, respons dari Wali Kota Bekasi terkait bully ini pun sangat baik dengan menjelaskan langsung ke media televisi, radio dan cetak, serta online terkait kondisi Bekasi saat ini.“Bully beberapa waktu dilihat dari sisi positifnya bisa membuat pengambil kebijakan di Bekasi (Wali Kota) dapat melihat langsung efek dari kebijakan yang yang telah dibuat di mata masyarakat,” ucapnya.
Pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna mengungkapkan, bully terhadap Bekasi merupakan sebuah protes sosial dari masyarakat yang kehilangan harapan terhadap kondisi Bekasi. Terhadap bully ini, Wali Kota Bekasi harus membuktikan kepada masyarakat untuk membangun harapan baru.
“Wali Kota harus melibatkan semua unsur dalam pembangunan, kerja, kerja dan melakukan penataan. Wali Kota Bekasi harus mengajak seluruh masyarakat yang berperan mengubah pembangunan di Bekasi,” ungkap Yayat saat dihubungi Sindonews, Sabtu (21/2/2015). Menurut Yayat, Wali Kota harus mengajak para pengembang properti untuk membangun Bekasi yang sesuai dengan penataan kota.
Yayat menuturkan, penataan sebuah kota sangat berpengaruh dengan kerukanan hidup bermasyarakat. Bekasi sama halnya dengan Jakarta yang memiliki urban culture (budaya perkotaan). Sayangnya, kelakuan masyarakat yang tinggal di perkotaan ini tidak menujukkan perilaku masyarakat kota.
Tetapi seperti orang kampungan. “Masyarakat kota itu harus mengerti bagaimana aturan dalam membangun sebuah rumah, ruko atau hal lainnya. Jangan bersikap katroan,” ujarnya. Yayat berharap pemerintah kota Bekasi dapat segera melakukan langkah-langkah kecil dan besar untuk memberikan bukti nyata kepada masyarakat dalam hal pembangunan di Bekasi.
”Bekasi hari ini merupakan Bekasi bersama. Jadi libatkan semua unsur dan kerja, kerja serta kerja,” ucapnya.
Bully yang ditujukan ke Bekasi ini pun mendapat respons dari Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi. Orang nomor satu di Pemerintahan Kota Bekasi ini mengungkapkan, olok-olok itu merupakan bentuk kritikan dan kekecewaan masyarakat kepada Pemkot Bekasi melalui peran media sosial.
Hingga akhirnya sejagat pun mengetahui Kota Bekasi. Olok-olok ini tentunya membuat kita terpanggil.
“Seharusnya yang bertanggung jawab terkait hal ini ialah lembaga eksekutif dan legislatif di Kota Bekasi. Ini karena pengambilan keputusan pembangunan merupakan kebijakan bersama,” ungkap Rahmat Effendi kepada Sindonews beberapa waktu lalu. Menurut Rahmat, harus ada kesepahaman bersama antara eksekutif dan legislatif sehingga efek dari komitmen itu akan bermanfaat bersama.
Rahmat mengatakan, ada beberapa persoalan krusial yang dihadapi Kota Bekasi salah satunya penataan estetika kota. Bully melalui media sosial ini merupakan bentuk ketidakseriusan Pemkot Bekasi dalam menata kota sejak berpuluh-puluh tahun lalu. Oleh karena saat ini sangat penting dibentuk regulasi yang mengikat kita sebagai penyelenggara pemerintahan sebagai bentuk kepatuhan hukum dalam menata kota.
Lelaki yang akrab disapa Bang Pepen ini pun tak tinggal diam, Pepen mengaku mempunyai solusi untuk mewujudkan panataan kota.”Kita menggalakkan penegakan hukum terhadap masyarakat yang melakukan pelanggaran. Contohnya, pembongkaran bangunan liar di sepanjang Jalan KH Noer Ali beberapa waktu lalu,” ujarnya.
Selain itu, Pemkot Bekasi tengah menyiapkan rencana detail tata ruang (RDTR), persiapan regulasi yang harus sesuai, dan proses kelayakan dalam pembangunan di Kota Bekasi. Bila RDTR dan regulasi ini telah siap dijalankan, penegakan hukum pun semakin mudah.
Pepen menerangkan, Pemkot Bekasi akan terus melakukan pembangunan di Kota Bekasi sesuai dengan visi Kota Bekasi, yakni Bekasi Maju, Sejahtera, dan Ihsan. Kata maju dan sejahtera, lanjut Pepen, artinya dalam konteks peningkatan kualitas infrastruktur serta sumber daya manusia (SDM). Pada 2014, secara bertahap Pemkot Bekasi mencanangkan pendidikan 12 tahun.
Tidak itu saja, secara bertahap pun Pemkot Bekasi memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi pemegang kartu sehat di rumah sakit (RS) umum maupun swasta. Bekasi pun harus sejahtera karena korelasinya dengan peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Terakhir Bekasi harus menjadi kota ihsan agar tidak ada lagi perbedaan antara minoritas dan mayoritas. Sesama anak bangsa hidup di Kota Bekasi harus saling bertoleransi, berbagi kasih, mempunyai nilai manfaat untuk pembangunan Kota Bekasi.
Anggota Komisi C DPRD Kota Bekasi Ahmad Ustuchri menuturkan, bully di media sosial beberapa waktu lalu telah dijawab oleh stake holder di Kota Bekasi mengenai kondisi Kota Bekasi saat ini. Dia meminta, kejadian ini menjadikan masyarakat asli dan pendatang di Bekasi semakin solid untuk memikirkan dan bersama-sama membangun Bekasi."Selama ini kan Bekasi hanya jadi tempat tidur saja bagi masyarakat. Tapi pikirannya tertuju ke daerah lain. Yuk, sekarang kita sama memikirkan dan membangun Bekasi," pintanya.
Pengamat sosial budaya dari Universitas Indonesia Devie Rahmawati mengungkapkan, di era modern komunikasi publik dengan publik, publik dengan pemerintah semakin cair berkat teknologi. Devie melihat bully yang dilakukan netizen ke Bekasi beberapa waktu lalu sangat menarik karena dapat menjadi pelajaran tak hanya bagi Pemkot Bekasi, tetapi juga pemda lain dan pemerintah pusat.
Devie meyakini bully yang dilakukan netizen beberapa waktu lalu bukan hanya sekedar lelucon, tetapi memang ada suatu masalah hingga akhirnya mendapat kritik masyarakat melalui media sosial. “Adanya bully ini tentunya membuat Pemkot Bekasi dapat mendeteksi kebijakan yang telah dikeluarkan apakah mendapat respons positif dari masyarakat atau tidak,” ungkap Devie saat dihubungi Sindonews.
Devie menuturkan, respons dari Wali Kota Bekasi terkait bully ini pun sangat baik dengan menjelaskan langsung ke media televisi, radio dan cetak, serta online terkait kondisi Bekasi saat ini.“Bully beberapa waktu dilihat dari sisi positifnya bisa membuat pengambil kebijakan di Bekasi (Wali Kota) dapat melihat langsung efek dari kebijakan yang yang telah dibuat di mata masyarakat,” ucapnya.
Pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna mengungkapkan, bully terhadap Bekasi merupakan sebuah protes sosial dari masyarakat yang kehilangan harapan terhadap kondisi Bekasi. Terhadap bully ini, Wali Kota Bekasi harus membuktikan kepada masyarakat untuk membangun harapan baru.
“Wali Kota harus melibatkan semua unsur dalam pembangunan, kerja, kerja dan melakukan penataan. Wali Kota Bekasi harus mengajak seluruh masyarakat yang berperan mengubah pembangunan di Bekasi,” ungkap Yayat saat dihubungi Sindonews, Sabtu (21/2/2015). Menurut Yayat, Wali Kota harus mengajak para pengembang properti untuk membangun Bekasi yang sesuai dengan penataan kota.
Yayat menuturkan, penataan sebuah kota sangat berpengaruh dengan kerukanan hidup bermasyarakat. Bekasi sama halnya dengan Jakarta yang memiliki urban culture (budaya perkotaan). Sayangnya, kelakuan masyarakat yang tinggal di perkotaan ini tidak menujukkan perilaku masyarakat kota.
Tetapi seperti orang kampungan. “Masyarakat kota itu harus mengerti bagaimana aturan dalam membangun sebuah rumah, ruko atau hal lainnya. Jangan bersikap katroan,” ujarnya. Yayat berharap pemerintah kota Bekasi dapat segera melakukan langkah-langkah kecil dan besar untuk memberikan bukti nyata kepada masyarakat dalam hal pembangunan di Bekasi.
”Bekasi hari ini merupakan Bekasi bersama. Jadi libatkan semua unsur dan kerja, kerja serta kerja,” ucapnya.
(whb)