DPRD Minta Transjakarta Tingkatkan Kualitas Pelayanan
A
A
A
JAKARTA - Kualitas pelayanan Transjakarta dinilai menurun. PT Transportasi Jakarta pun dituntut bekerja maksimal.
Salah satunya membuat kesepahaman dengan berbagai pihak terkait mengenai pelayanan transportasi masyarakat.
Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta Selamat Nurdin menuturkan saat ini transisi Transjakarta dari badan layanan umum (BLU) ke badan usaha milik dearah (BUMD) tinggal menghitung hari.
Per 1 Januari 2014 BUMD yang baru dibentuk itu sudah mengelola bus massal Jakarta ini secara keseluruhan.
"Tidak ada lagi alasan kualitas pelayanan Transjakarta itu buruk. Semua harus dikelola secara profesional," ungkap Selamat Nurdin di sela-sela diskusi transisi pengelolaan Transjakarta yang diselenggarakan oleh Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) kampus Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi (STMT) Trisakti, Jakarta Timur, Kamis 11 Desember 2014.
Selamat menyebutkan satu tahun terakhir publik mengeluhkan lamanya headway bus Transjakarta di halte. Hal ini membuat penumpukan penumpang.
Beberapa pemicunya yang disampaikan para operator dan pramudi yakni karena bus harus mengantre di stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG).
Antrean itu terjadi karena sebaran SPBG tidak merata di 12 koridor. Kini jumlah SPBG yang melayani bus Transjakarta yakni tujuh SPBG.
Selain itu disebabkan waktu antrean di SPBG juga jalur yang belum steril. Sehingga waktu perjalanan (travel time) tidak dipastikan.
"Fakta ini ditindaklanjuti oleh direksi PT Transportai Jakarta dengan membuat upgrade level service dengan stakeholder. Dengan nantinya ketersediaan SPBG dapat ditambah dan sterilisasi jalur dijamin," ungkap Selamat.
Stakeholder tersebut meliputi pihak kepolisian dan PT Pertamina atau PT PGN.
Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPRD DKI Jakarta itu mengungkapkan, direksi PT Transportasi Jakarta harus memperjelas arah bisnisnya.
Menurut dia, arah bisnis ini untuk mencapai target-target keuntungan usaha di luar pendapatan tiket.
Tidak mungkin dengan jumlah penumpang yang sekarang, per hari 350.000 orang BUMD itu lepas dari public service obligation (PSO) untuk mensubsidi tarif penumpang.
Direktur Operasional PT Transportasi Jakarta Heru Hermawan mengungkapkan, apa yang disampaikan Selamat Nurdin akan dilakukan setelah PT Transportasi Jakarta secara penuh mengelola operasional Transjakarta.
Peningkatan kesepahaman itu menjadi prioritas utama. "Kami akan berkoordindasi dengan kepolisian dan PT Pertamina dan PGN. Busway sangat bergantung dengan dukungan pihak tersebut," tandasnya.
Dia menyebutkan ke depan biaya operasional bus yang ditanggung untuk satu penumpang Rp7.451.
Tarif itu disubdisi oleh Pemprov DKI Jakarta melalui APBD sebesar Rp3.230. Diperkirakan pada 2015 biaya operasional untuk satu penumpang mencapai Rp12.827.
"Besaran subsidi yang dibutuhkan belum dapat dihitung. Hingga kini tarif tiket yang dibayar belum mengalami kenaikan,Rp3.500," sebutnya.
Manajemen PT Transportasi Jakarta sudah menyiapkan beberapa langkah untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
Di antaranya, penambahan armada sebanyak 234 di 2015, menambah layanan angkutan malam hari, memperbaiki kondisi infrastruktur yang meliputi pemasangan kipas angin di halte, pengecatan halte, perbaikan halte dan peningkatan kapasitas halte, dan menyediakan toilet di beberapa halte utama.
Salah satunya membuat kesepahaman dengan berbagai pihak terkait mengenai pelayanan transportasi masyarakat.
Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta Selamat Nurdin menuturkan saat ini transisi Transjakarta dari badan layanan umum (BLU) ke badan usaha milik dearah (BUMD) tinggal menghitung hari.
Per 1 Januari 2014 BUMD yang baru dibentuk itu sudah mengelola bus massal Jakarta ini secara keseluruhan.
"Tidak ada lagi alasan kualitas pelayanan Transjakarta itu buruk. Semua harus dikelola secara profesional," ungkap Selamat Nurdin di sela-sela diskusi transisi pengelolaan Transjakarta yang diselenggarakan oleh Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) kampus Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi (STMT) Trisakti, Jakarta Timur, Kamis 11 Desember 2014.
Selamat menyebutkan satu tahun terakhir publik mengeluhkan lamanya headway bus Transjakarta di halte. Hal ini membuat penumpukan penumpang.
Beberapa pemicunya yang disampaikan para operator dan pramudi yakni karena bus harus mengantre di stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG).
Antrean itu terjadi karena sebaran SPBG tidak merata di 12 koridor. Kini jumlah SPBG yang melayani bus Transjakarta yakni tujuh SPBG.
Selain itu disebabkan waktu antrean di SPBG juga jalur yang belum steril. Sehingga waktu perjalanan (travel time) tidak dipastikan.
"Fakta ini ditindaklanjuti oleh direksi PT Transportai Jakarta dengan membuat upgrade level service dengan stakeholder. Dengan nantinya ketersediaan SPBG dapat ditambah dan sterilisasi jalur dijamin," ungkap Selamat.
Stakeholder tersebut meliputi pihak kepolisian dan PT Pertamina atau PT PGN.
Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPRD DKI Jakarta itu mengungkapkan, direksi PT Transportasi Jakarta harus memperjelas arah bisnisnya.
Menurut dia, arah bisnis ini untuk mencapai target-target keuntungan usaha di luar pendapatan tiket.
Tidak mungkin dengan jumlah penumpang yang sekarang, per hari 350.000 orang BUMD itu lepas dari public service obligation (PSO) untuk mensubsidi tarif penumpang.
Direktur Operasional PT Transportasi Jakarta Heru Hermawan mengungkapkan, apa yang disampaikan Selamat Nurdin akan dilakukan setelah PT Transportasi Jakarta secara penuh mengelola operasional Transjakarta.
Peningkatan kesepahaman itu menjadi prioritas utama. "Kami akan berkoordindasi dengan kepolisian dan PT Pertamina dan PGN. Busway sangat bergantung dengan dukungan pihak tersebut," tandasnya.
Dia menyebutkan ke depan biaya operasional bus yang ditanggung untuk satu penumpang Rp7.451.
Tarif itu disubdisi oleh Pemprov DKI Jakarta melalui APBD sebesar Rp3.230. Diperkirakan pada 2015 biaya operasional untuk satu penumpang mencapai Rp12.827.
"Besaran subsidi yang dibutuhkan belum dapat dihitung. Hingga kini tarif tiket yang dibayar belum mengalami kenaikan,Rp3.500," sebutnya.
Manajemen PT Transportasi Jakarta sudah menyiapkan beberapa langkah untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
Di antaranya, penambahan armada sebanyak 234 di 2015, menambah layanan angkutan malam hari, memperbaiki kondisi infrastruktur yang meliputi pemasangan kipas angin di halte, pengecatan halte, perbaikan halte dan peningkatan kapasitas halte, dan menyediakan toilet di beberapa halte utama.
(dam)