Kena GBS, Keluarga Rizky Habiskan Ratusan Juta
A
A
A
JAKARTA - Keluarga Rizky Triwibowo, pengidap penyakit Guillain Barre Syndrome (GBS) mengaku sudah mengelontorkan uang ratusan juta rupiah untuk biaya pengobatan di Rumah Sakit Islam Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Padahal, mahasiswa semester tiga Jurusan Psikologi di Universitas Gunadarma sudah terdaftar sebagai peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
"Kami sudah mengeluarkan ratusan juta buat biaya adik saya. Makanya, kami mengharapkan agar pihak pemerintah ikut membantu meng-cover biaya pengobatannya," kata Didik Darmani (33), Kakak Rizky di depan Gedung Kemenkes, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (11/12/2014).
Biaya terapi pertama Rizky, kata dia, pihaknya sudah mengeluarkan uang sebanyak Rp150 juta.
"Ini ada tahap terapi kalau terkena penyakit ini. Harusnya, adik saya ini melakukan terapi keduanya. Cuci plasma darah senilai Rp25 juta," ungkap warga Jalan Angkasa, RT 10/09, nomor 14, Asrama Polri Kemayoran, Jakarta Pusat ini.
Namun, kata Didik, lantaran pihaknya terpentok dengan dana yang harus digelontorkan itu. Adiknya pun hingga sekarang belum menjalani terapi keduanya.
"Kami enggak ada dana lagi. Makanya, kami mengharapkan dengan adanya BPJS, dapat mengurangi beban pembiayaannya. Kami sendiri sudah mendaftarkan BPJS. Tanggal 25 November 2014 itu sudah aktif. Tapi, saya heran, kok enggak bisa dipakai untuk biaya pengobatan," bebernya.
Didik melanjutkan, setelah adiknya mendapatkan terapi kedua, dia pun harus menjalani terapinya yang ketiga dan harus menyiapkan dana sebesar Rp150 juta.
"Kami bingung mau gimana. Itu baru terapinya, belum lagi tanggungan rumah sakitnya, sebesar Rp75 juta dan biaya lainnya yang memerlukan uang banyak," tutupnya.
Padahal, mahasiswa semester tiga Jurusan Psikologi di Universitas Gunadarma sudah terdaftar sebagai peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
"Kami sudah mengeluarkan ratusan juta buat biaya adik saya. Makanya, kami mengharapkan agar pihak pemerintah ikut membantu meng-cover biaya pengobatannya," kata Didik Darmani (33), Kakak Rizky di depan Gedung Kemenkes, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (11/12/2014).
Biaya terapi pertama Rizky, kata dia, pihaknya sudah mengeluarkan uang sebanyak Rp150 juta.
"Ini ada tahap terapi kalau terkena penyakit ini. Harusnya, adik saya ini melakukan terapi keduanya. Cuci plasma darah senilai Rp25 juta," ungkap warga Jalan Angkasa, RT 10/09, nomor 14, Asrama Polri Kemayoran, Jakarta Pusat ini.
Namun, kata Didik, lantaran pihaknya terpentok dengan dana yang harus digelontorkan itu. Adiknya pun hingga sekarang belum menjalani terapi keduanya.
"Kami enggak ada dana lagi. Makanya, kami mengharapkan dengan adanya BPJS, dapat mengurangi beban pembiayaannya. Kami sendiri sudah mendaftarkan BPJS. Tanggal 25 November 2014 itu sudah aktif. Tapi, saya heran, kok enggak bisa dipakai untuk biaya pengobatan," bebernya.
Didik melanjutkan, setelah adiknya mendapatkan terapi kedua, dia pun harus menjalani terapinya yang ketiga dan harus menyiapkan dana sebesar Rp150 juta.
"Kami bingung mau gimana. Itu baru terapinya, belum lagi tanggungan rumah sakitnya, sebesar Rp75 juta dan biaya lainnya yang memerlukan uang banyak," tutupnya.
(mhd)