Pasar Tanah Abang Kembali Dikuasai Preman
A
A
A
JAKARTA - Kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat kembali dikuasai preman. Hal tersebut terlihat dengan maraknya kembali pedagang kaki lima serta parkir liar.
Dari pantauan di lokasi tersebut, tidak hanya parkir liar yang dikuasi namun seperti u turn dan penempatan pedagang kaki lima sampai pangkalan ojek sudah kembali dikuasai para preman.
Bahkan, di depan Pasar Blok A yang sebelumnya tidak terlihat parkir liar dan pedagang kaki lima saat ini sudah kembali padat sehingga membuat akses di jalan Tanah Abang kembali macet.
Menurut salah satu pedagang kaki lima Ahmad, dirinya harus membayar Rp20.000 supaya bisa berjualan di depan Pasar Blok A.
"Saya bayarnya sama koordinatornya, nanti dia yang setor ke atasannya lagi," kata pedagang anggur tersebut. Sebenarnya, dia mengaku takut untuk bisa berjualan di depan pintu masuk Pasar Blok A.
Tetapi, setelah dipastikan aman dengan menyetor sejumlah uang maka dia bersama enam pedagang lainnya tidak pernah diusir atau ditangkap.
Ahmad menjelaskan, uang Rp20.000 tersebut sepengetahuannya akan dibagi-bagi untuk petugas keamanan atau satpam, satpol PP, dan petugas lainnya.
"Jadi kita dagangnya aman, soalnya semuanya dapat jatah," ujarnya. Selama berjualan di depan Pintu Blok A dia mengaku omsetnya juga lumayan.
Menurutnya, satu hari dia mendapatkan sekitar Rp800.000 sebelumnya dengan berjualan keliling dia hanya mendapatkan Rp200.000 perharinya.
Sementara, Omen salah satu penjaga parkir sepeda motor didepan mini market di kawasan Tanah Abang mengaku harus menyetor sebanyak Rp150.000 perhari kepada seorang petugas Satpol PP dan Dinas Perhubungan.
"Saya setor setiap hari, jadi parkiran tidak lagi diganggu," tegasnya. Padahal, sebagian sepeda motor yang parkir tersebut menggunakan trotoar dan bahu jalan sehingga membahayakan bagi pejalan kaki.
Dia menjelaskan, razia dan pembersihan yang dilakukan oleh pemprov DKI beberapa bulan lalu tidak banyak berpengaruh.
"Dijaganya cuma tiga bulan doang, selesai itu kita balik lagi ke jalan dan beberapa petugas juga minta jatah," jelasnya.
Dia tidak mengetahui kemana saja setoran yang diberikan oleh dirinya dan beberapa tukang parkir lainnya.
Menurutnya, ada sebanyak 15 titik parkir motor tidak resmi yang berada di kawasan Tanah Abang dan semuanya setoran ke oknum petugas.
Selain parkir liar dan pedagang kaki lima, terlihat juga beberapa truk ekspedisi yang menurunkan barang dan melakukan operasi bongkar muat di sekitar jalan Tanah Abang.
Padahal, ada rambu yang menuliskan larangan bongkar muat mulai dari pukul 06.00-20.00 WIB.
Amin petugas porter atau bongkar muat mengakui sejak tidak adanya petugas bongkar muat sudah tidak dilakukan sesuai rambu. "Waktu bulan lalu ada razia, sekarang sudah tidak ada lagi," timpalnya.
Bongkar muat dilakukan pada malam hari menurutnya tidak efektif karena pesanan barang banyaknya siang.
"Kalau malam itu cuma diangkut aja, pengirimannya tetap pagi dan siang," tuturnya. Selain itu, penghasilan pada saat siang juga lebih banyak dari pada malam.
Dari pantauan di lokasi tersebut, tidak hanya parkir liar yang dikuasi namun seperti u turn dan penempatan pedagang kaki lima sampai pangkalan ojek sudah kembali dikuasai para preman.
Bahkan, di depan Pasar Blok A yang sebelumnya tidak terlihat parkir liar dan pedagang kaki lima saat ini sudah kembali padat sehingga membuat akses di jalan Tanah Abang kembali macet.
Menurut salah satu pedagang kaki lima Ahmad, dirinya harus membayar Rp20.000 supaya bisa berjualan di depan Pasar Blok A.
"Saya bayarnya sama koordinatornya, nanti dia yang setor ke atasannya lagi," kata pedagang anggur tersebut. Sebenarnya, dia mengaku takut untuk bisa berjualan di depan pintu masuk Pasar Blok A.
Tetapi, setelah dipastikan aman dengan menyetor sejumlah uang maka dia bersama enam pedagang lainnya tidak pernah diusir atau ditangkap.
Ahmad menjelaskan, uang Rp20.000 tersebut sepengetahuannya akan dibagi-bagi untuk petugas keamanan atau satpam, satpol PP, dan petugas lainnya.
"Jadi kita dagangnya aman, soalnya semuanya dapat jatah," ujarnya. Selama berjualan di depan Pintu Blok A dia mengaku omsetnya juga lumayan.
Menurutnya, satu hari dia mendapatkan sekitar Rp800.000 sebelumnya dengan berjualan keliling dia hanya mendapatkan Rp200.000 perharinya.
Sementara, Omen salah satu penjaga parkir sepeda motor didepan mini market di kawasan Tanah Abang mengaku harus menyetor sebanyak Rp150.000 perhari kepada seorang petugas Satpol PP dan Dinas Perhubungan.
"Saya setor setiap hari, jadi parkiran tidak lagi diganggu," tegasnya. Padahal, sebagian sepeda motor yang parkir tersebut menggunakan trotoar dan bahu jalan sehingga membahayakan bagi pejalan kaki.
Dia menjelaskan, razia dan pembersihan yang dilakukan oleh pemprov DKI beberapa bulan lalu tidak banyak berpengaruh.
"Dijaganya cuma tiga bulan doang, selesai itu kita balik lagi ke jalan dan beberapa petugas juga minta jatah," jelasnya.
Dia tidak mengetahui kemana saja setoran yang diberikan oleh dirinya dan beberapa tukang parkir lainnya.
Menurutnya, ada sebanyak 15 titik parkir motor tidak resmi yang berada di kawasan Tanah Abang dan semuanya setoran ke oknum petugas.
Selain parkir liar dan pedagang kaki lima, terlihat juga beberapa truk ekspedisi yang menurunkan barang dan melakukan operasi bongkar muat di sekitar jalan Tanah Abang.
Padahal, ada rambu yang menuliskan larangan bongkar muat mulai dari pukul 06.00-20.00 WIB.
Amin petugas porter atau bongkar muat mengakui sejak tidak adanya petugas bongkar muat sudah tidak dilakukan sesuai rambu. "Waktu bulan lalu ada razia, sekarang sudah tidak ada lagi," timpalnya.
Bongkar muat dilakukan pada malam hari menurutnya tidak efektif karena pesanan barang banyaknya siang.
"Kalau malam itu cuma diangkut aja, pengirimannya tetap pagi dan siang," tuturnya. Selain itu, penghasilan pada saat siang juga lebih banyak dari pada malam.
(sms)