Pasien rawat inap rentan tertular penyakit
A
A
A
Sindonews.com - Setiap pasien di Rumah Sakit (RS) merasa jenuh jika berlama-lama dirawat inap. Kebanyakan pasien pasti meminta kepada dokter ingin cepat pulang atau memilih rawat jalan.
Namun ada pula pasien yang meminta pulang bukan hanya sekadar jenuh, tetapi khawatir tertular penyakit lainnya dari pasien satu kamar yang baru saja dirawat.
Sesuai data World Health Organization (WHO), rata-rata 19,4 persen pasien rawat inap tertular infeksi sekunder di RS. Direktur RS Bhakti Yudha Depok drg Sjahrul Amri mengatakan, gaya hidup masyarakat Indonesia sangat berpotensi tertular penyakit infeksi.
Karena itu, lanjutnya, dengan sistem baru melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) setiap rumah sakit harus lebih memperhatikan hal tersebut.
"Hasil survei WHO, rata-rata, 19,4 persen pasien rawat inap tertular di RS. Itu artinya pasien mendapat penyakit baru. Pasien dirawat inap, terkena infeksi sekunder, misalnya ada pasien usus buntu, bisa saja ketularan pasien baru," kata Sjahrul di RS Bhakti Yudha, Minggu (11/5/2014).
Amri menilai, pengendalian infeksi sekunder di RS di Indonesia masih belum terlalu efisien. Namun kembali lagi, hal itu juga tergantung pada daya tahan tubuh seseorang.
"Saya pun kalau kondisi saya enggak fit, saya malas keliling RS mengunjungi pasien, lebih banyak di kantor saja. Kalaupun terpaksa pasti pakai masker. Kalau RS tertentu yang memang sarananya sudah bagus, pasti pengendaliannya lebih baik. Tetapi kayak di poliklinik itu mungkin bisa saja pasien tertular infeksi sekunder," tutupnya.
Namun ada pula pasien yang meminta pulang bukan hanya sekadar jenuh, tetapi khawatir tertular penyakit lainnya dari pasien satu kamar yang baru saja dirawat.
Sesuai data World Health Organization (WHO), rata-rata 19,4 persen pasien rawat inap tertular infeksi sekunder di RS. Direktur RS Bhakti Yudha Depok drg Sjahrul Amri mengatakan, gaya hidup masyarakat Indonesia sangat berpotensi tertular penyakit infeksi.
Karena itu, lanjutnya, dengan sistem baru melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) setiap rumah sakit harus lebih memperhatikan hal tersebut.
"Hasil survei WHO, rata-rata, 19,4 persen pasien rawat inap tertular di RS. Itu artinya pasien mendapat penyakit baru. Pasien dirawat inap, terkena infeksi sekunder, misalnya ada pasien usus buntu, bisa saja ketularan pasien baru," kata Sjahrul di RS Bhakti Yudha, Minggu (11/5/2014).
Amri menilai, pengendalian infeksi sekunder di RS di Indonesia masih belum terlalu efisien. Namun kembali lagi, hal itu juga tergantung pada daya tahan tubuh seseorang.
"Saya pun kalau kondisi saya enggak fit, saya malas keliling RS mengunjungi pasien, lebih banyak di kantor saja. Kalaupun terpaksa pasti pakai masker. Kalau RS tertentu yang memang sarananya sudah bagus, pasti pengendaliannya lebih baik. Tetapi kayak di poliklinik itu mungkin bisa saja pasien tertular infeksi sekunder," tutupnya.
(maf)