Kesenjangan ekonomi, penambal rela tebar paku
A
A
A
Sindonews.com - Adanya ekonomi 'kelas bawah' merupakan respon dari ketimpangan globalisasi. Ekonomi kelas bawah yang dimaksud adalah mereka yang bergerak di sektor non formal namun menciptakan sendiri lapangan pekerjaan bagi dirinya.
Pengamat Sosial dan Budaya dari Universitas Indonesia (UI) Devie Rachmawati mengatakan, sebut saja, tukang tambal ban. Pelaku usaha ini, bergerak di sektor non formal untuk menghidupi roda perekonomiannya.
Sambungnya, hanya saja, cara yang mereka lakukan sering kali merugikan masyarakat umum. Misalnya, kata dia, dengan menyebar ranjau paku di jalan yang ramai dilalui kendaraan. Dengan tujuan agar roda usaha mereka terus bergerak. Melalui cara seperti itu, maka pelaku usaha ini dapat memiliki penghasilan yang dikatakan lumayan.
Sehingga, terangnya, mereka terlihat sukses di kampung halamannya. Kondisi inilah yang seolah menjadi magnet bagi kaum urban untuk merantau ke Ibu Kota.
"Kesenjangan antara kota dan desa begitu luas. Ini yang mendorong terus terjadinya urbanisasi," kata Devie kepada Sindo, Sabtu 27 Desember 2013.
Ketika para pendatang ini tiba di kota, Sambung Devie, secara realita tidak mudah untuk dapat hidup layak di kota maka tingkat persaingan yang tinggi karena tuntutan profesionalisme. Yang kemudian tidak mampu dipenuhi oleh para pendatang ini.
Baca berita terkait:
Izin usaha tambal ban, polisi surati kecamatan
Pengamat Sosial dan Budaya dari Universitas Indonesia (UI) Devie Rachmawati mengatakan, sebut saja, tukang tambal ban. Pelaku usaha ini, bergerak di sektor non formal untuk menghidupi roda perekonomiannya.
Sambungnya, hanya saja, cara yang mereka lakukan sering kali merugikan masyarakat umum. Misalnya, kata dia, dengan menyebar ranjau paku di jalan yang ramai dilalui kendaraan. Dengan tujuan agar roda usaha mereka terus bergerak. Melalui cara seperti itu, maka pelaku usaha ini dapat memiliki penghasilan yang dikatakan lumayan.
Sehingga, terangnya, mereka terlihat sukses di kampung halamannya. Kondisi inilah yang seolah menjadi magnet bagi kaum urban untuk merantau ke Ibu Kota.
"Kesenjangan antara kota dan desa begitu luas. Ini yang mendorong terus terjadinya urbanisasi," kata Devie kepada Sindo, Sabtu 27 Desember 2013.
Ketika para pendatang ini tiba di kota, Sambung Devie, secara realita tidak mudah untuk dapat hidup layak di kota maka tingkat persaingan yang tinggi karena tuntutan profesionalisme. Yang kemudian tidak mampu dipenuhi oleh para pendatang ini.
Baca berita terkait:
Izin usaha tambal ban, polisi surati kecamatan
(mhd)