Ini kisah korban ranjau paku

Sabtu, 28 Desember 2013 - 16:02 WIB
Ini kisah korban ranjau paku
Ini kisah korban ranjau paku
A A A
Sindonews.com - Dimana ada ranjau paku, di situ ada tukang tambal ban. Istilah itu pantas menggambarkan aksi kejahatan tebar paku yang sampai kini masih marak terjadi di jalan raya.

Bila dijumlah, mungkin sudah tak terhitung berapa pengendara yang telah menjadi korban ranjau paku itu. Penebar dan penambal seolah saling bersekutu mencari keuntungan dalam kesempitan.

Pengalaman pahit seperti ini salah satunya dialami Muhammad Unggul Waskito (27), warga Kampung Baru, RT01/10, Pondok Cabe Udik Pamulang, Tanggerang Selatan.

Dia mengaku, pernah menjadi korban ranjau paku dan sempat bersitegang dengan tukang tambal ban di kawasan Jalan Jenderal Gatot Subroto menuju arah Pancoran.

Persitiwa bermula ketika dirinya memacu sepeda motor dari kantornya di Pejompongan menuju arah Mampang Prapatan. Saat melintas Jalan Jenderal Gatot Subroto, atau tak jauh dari depan Bioskop Planet Hollywood, ban roda belakang kendaraannya mendadak kempes.

"Pas tahu ban belakang motor bocor, saya langsung menepi dan mendorong motor mencari tukang tambal ban. Waktu itu sudah malam, kira-kira pukul 20.00 WIB," katanya kepada Sindonews, Sabtu (28/12/2013).

Unggul meneruskan, setelah mendorong motor sejauh kira-kira 200 meter, diujung jalan, terlihat ada bengkel tambal ban yang juga membuka warung rokok.

Di sana ban sepeda motornya yang bocor langsung dibongkar dan dicek tukang tambal ban tersebut.

"Saya nunggu sambil memperhatikan tukang tambal ban nanganin motor saya. Ternyata ban motor saya bocor seukuruan diameter paku kecil," terangnya.

Unggul mengaku, sempat lengah dan tidak memperhatikan proses penambalan ban sepeda motornya karena menerima telepon dari rekan kerjanya.
Sejak itulah, tukang tambal ban mulai melakukan aksi liciknya dengan membuat irisan di ban selebar 10 cm.

"Abis saya selesai angkat telepon, tukang tambal itu bilang kalau sepeda motor motor saya harus ganti ban dalam karena bocornya terlalu lebar dan tidak bisa ditambal," ucapnya.

Merasa dikibuli, Unggul pun langsung menegur tukang tambal ban tersebut hingga terjadi cekcok mulut. Sang penambal berdalih, lubang di ban sepeda motornya sejak awal sudah seperti itu.

Sambil memaki, tukang tambang ban tersebut menuntut ongkos bongkar Rp10 ribu jika sepeda motornya itu tidak jadi ditambal.

"Singkat cerita saya adu bacot di situ sama tukang tambal ban sampai nyaris ribut fisik. Saya tetap bersikeras kalau awalnya ban motor saya bocornya enggak separah itu," bebernya.

Karena terdesak, Unggul pun mengaku terpaksa mengganti ban dalam sepeda motornya itu dengan merogoh kocek sebesar Rp25 ribu setelah melakukan penawaran dari harga Rp30 ribu.

Begitu menerima uang, sang penambal bergegas mengambil ban dalam dari dalam bengkel sambil membawa ban motornya yang bocor.

"Dia sepertinya mau nyembunyiin ban motor saya yang bocor ke dalam bengkel biar irisan lubang enggak kelihatan," tukasnya.

Menurut Unggul, pengalaman pahit seperti yang dialaminya itu diyakini pernah dialami pengendara lainnya di jalan. Di mana, tukang tambal ban kerap melakukan aksi curang dengan menebar paku di jalan dan melubangi ban kendaraan saat proses penambalan.

"Masalahnya posisi kita terdesak. Dari pada dorong motor jauh, akhirnya kita ganti ban. Kalau kita mau nuduh dia yang nebar paku, gak ada buktinya," ujarnya kesal.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3963 seconds (0.1#10.140)