Pemerintah janji keringkan Kampung Apung akhir bulan ini
A
A
A
Sindonews.com - Penderitaan warga Kampung Apung yang terendam selama 23 tahun tampaknya akan mengalami titik terang. Pasalnya, pada akhir September ini, Kampung Apung akan dikeringkan.
Kepala Suku Dinas PU Tata Air, Jakarta Barat Pamudji mengatakan, akhir bulan ini normalisasi saluran air di kawasan Kampung Apung, Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat mulai diperbaiki. Menurutnya, untuk mengeringkan Kampung Apung harus dimulai dari perbaikan saluran yang ada di sekitar kampung tersebut.
"Saat ini kami masih menunggu proses lelang untuk pengerjaan saluran di Kampung Apung. Akhir bulan pengeringan akan dikerjakan dengan waktu 75 hari pengerjaan. Kami pastikan tahun ini Kampung tersebut akan kering," kata Pamudji, di Jakarta, Minggu 22 September 2013.
Pamudji menjelaskan, untuk mengeringkan kawasan Kampung Apung yang dimana lokasinya berbatasan langsung dengan kawasan Teluk Gong, Jakarta Utara yang juga diklaim sebagai kawasan langganan banjir, memang membutuhkan integrasi dan koordinasi yang intens dari berbagai pihak.
Artinya, lanjut Pamudji, penanganan banjir dan genangan di kawasan tersebut harus dilakukan secara gotong royong yang melibatkan Dinas PU DKI Jakarta, Sudin PU Tata Air Jakarta Barat, dan Sudin PU Tata Air Jakarta Utara.
"Untuk pengerjaan saluran kami memberikan anggaran Rp2,625 miliar, Dinas PU menganggarkan Rp6 miliar. Sudin PU Tata Air Jakarta Utara menganggarkan dana Rp4 miliar, total keseluruhannya mencapai Rp12,5 miliar," bebernya.
Pengerjaan saluran yang dilakukan Sudin PU Air Jakarta Barat sendiri, Pamudji memaparkan, normalisasi saluran akan dikerjakan sepanjang 515,6 meter dengan kedalaman 2 meter dan lebar 1,8 cm di saluran air Kapuk Raya. Nantinya, pihaknya akan memotong pipa saluran di pertigaan Jalan Kapuk Raya-Jalan Pesing Poglar.
Selain itu, pipa saluran air di Jalan Kapuk Raya juga akan diganti dengan cetakan pipa beton yang lebih kokoh, panjangnya sekitar 10 meter dengan ketebalan sekitar 20 cm. Pasalnya, pipa yang ada saat ini dengan ukuran standar tidak menggunakan beton, selalu kembali remuk lantaran dilintasi kendaraan bernotaben besar.
"Kami juga akan melebarkan saluran air mulai dari Gang Mawar sekitar 120 meter ke Kapuk Raya," ungkapnya.
Untuk Dinas PU Provinsi DKI, kata Pamudji, Dinas akan menangani saluran air dari pertigaan Jalan Kapuk Raya-Jalan Pesing Poglar RW 04 atau tempat rumah pompa.
Namun, Pamudji menyayangkan, kewenangan Dinas yang hanya mengerjakan saluran sisi timur Kampung tersebut. Menurutnya, saluran air di sisi barat jalan tersebut mestinya harus juga dibenahi.
"Sisi barat Kampung Apung salurannya terbengkalai sejak 2012 lalu. Namun, Dinas PU malah menyetujui pembuatan saluran di sisi timur, tentunya ini akan berefek dengan pengeringan tersebut," katanya.
Sementara, untuk Sudin PU Tata Air Jakarta Utara, lanjut Pamudji, Pihak Sudin PU Tata Air Jakarta Utara akan menormalisasi saluran Jalan Kapuk Raya sisi utara beserta pembuatan rumah pompa di pertigaan Jalan Kapuk Raya-Pesing Poglar.
Jika ketiga instansi tersebut sudah mulai bekerja, Pamudji memastikan Kampung Apung akan kering sehingga pada akhirnya, program-program lanjutan untuk kampung tersebut akan berjalan. Seperti program pengurukan kampung dan pembenahan kampung yang bakal melibatkan seluruh instansi terkait.
"Yang utama jika kering, kampung Apung akan diratakan dengan jalan Kapuk Raya," ungkapnya.
Sementara itu, tokoh masyarakat Kampung Apung, Juhri (55), mengatakan, dirinya sudah mendengar jika akan ada perbaikan saluran air untuk mengeringkan Kampung Apung yang dilakukan pemerintah pada akhir bulan ini.
Namun, dirinya hingga saat ini belum melihat adanya tanda-tanda pengeringan. Baik pengukuran saluran oleh pihak terkait maupun informasi lainya. Menurutnya, sejak dahulu para warga sudah bosan mendengar wacana pengeringan seperti yang terjadi sebelumnya.
"Dari dulu katanya mau dikeringin, tapi kenyataannya tidak ada. Pemerintah lebih baik jangan ngomong dulu sebelum bertindak. Kami sudah lelah dengan penderitaan 23 tahun terendam," keluh Juhri yang merupakan orang asli Kampung Apung.
Perbaikan saluran-saluran dan pembangunan rumah pompa yang disebutkan pemerintah saat ini, kata Juhri memang merupakan tugas utama untuk mengeringkan Kampung Apung. Pasalnya saluran air yang ada di sekeliling Kampung Apung sama sekali tidak mengalir. Untuk itu wajar saja jika hujan tiba, keadaan Kampung Apung terlihat sangat parah.
"Kalau sudah kering, kami minta kampun Apung diperbaiki seperti kampung lainya. Baik itu kampung deret atau apapaun agar terlihat lebih manusiawi. Orang yang tinggal dipinggiran kali aja dikasih tempat tinggal manusiawi, masa kami yang asli tanah pribadi tidak dikasih program tersebut," ungkapnya.
Juhri menceritakan, sejak 1985-1987, ratusan hektar kawasan di Kampung Apung dijadikan komplek pergudangan dan secara otomatis membuat kawasan tersebut kehilangan tanah resapan. Terlebih akses jalan yang dilalui kendaraan bernotaben besar harus ditinggikan agar tidak mengalami kerusakan.
Dengan begitu, pemukiman rumah-rumah warga di Kampung Apung tertingal. Posisinya menjadi dibawah akses jalan. Rumah-rumah mereka terhalang bangunan pergudangan yang berdiri mewah dan berada ditempat lebih tinggi. Berikut saluran air yang ikut terkubur di kawasan tersebut.
"Ada 188 Kepala Keluarga yang tinggal bermukim. Hampir seluruh rumah di kawasan itu tak luput terendam banjir, sebab itu kampung unik ini dinamakan Kampung Apung sejak 1990 silam," ujarnya.
Sebelum dijuluki Kampung Apung, lanjut Juhri, kampung tersebut bernama Kapuk Teko yang memiliki tanah lapang, rawa, pohon rimbun dan Tempat Pemakaman Umum (TPU). Untuk itu, pihaknya sangat berharap agar pemerintah kali ini benar-benar merealisasikan wacana yang sudah dilempar kepada publik.
"Sedikitnya ada 3.810 makam yang ikut terendam di kawasan itu," ujarnya.
Kepala Suku Dinas PU Tata Air, Jakarta Barat Pamudji mengatakan, akhir bulan ini normalisasi saluran air di kawasan Kampung Apung, Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat mulai diperbaiki. Menurutnya, untuk mengeringkan Kampung Apung harus dimulai dari perbaikan saluran yang ada di sekitar kampung tersebut.
"Saat ini kami masih menunggu proses lelang untuk pengerjaan saluran di Kampung Apung. Akhir bulan pengeringan akan dikerjakan dengan waktu 75 hari pengerjaan. Kami pastikan tahun ini Kampung tersebut akan kering," kata Pamudji, di Jakarta, Minggu 22 September 2013.
Pamudji menjelaskan, untuk mengeringkan kawasan Kampung Apung yang dimana lokasinya berbatasan langsung dengan kawasan Teluk Gong, Jakarta Utara yang juga diklaim sebagai kawasan langganan banjir, memang membutuhkan integrasi dan koordinasi yang intens dari berbagai pihak.
Artinya, lanjut Pamudji, penanganan banjir dan genangan di kawasan tersebut harus dilakukan secara gotong royong yang melibatkan Dinas PU DKI Jakarta, Sudin PU Tata Air Jakarta Barat, dan Sudin PU Tata Air Jakarta Utara.
"Untuk pengerjaan saluran kami memberikan anggaran Rp2,625 miliar, Dinas PU menganggarkan Rp6 miliar. Sudin PU Tata Air Jakarta Utara menganggarkan dana Rp4 miliar, total keseluruhannya mencapai Rp12,5 miliar," bebernya.
Pengerjaan saluran yang dilakukan Sudin PU Air Jakarta Barat sendiri, Pamudji memaparkan, normalisasi saluran akan dikerjakan sepanjang 515,6 meter dengan kedalaman 2 meter dan lebar 1,8 cm di saluran air Kapuk Raya. Nantinya, pihaknya akan memotong pipa saluran di pertigaan Jalan Kapuk Raya-Jalan Pesing Poglar.
Selain itu, pipa saluran air di Jalan Kapuk Raya juga akan diganti dengan cetakan pipa beton yang lebih kokoh, panjangnya sekitar 10 meter dengan ketebalan sekitar 20 cm. Pasalnya, pipa yang ada saat ini dengan ukuran standar tidak menggunakan beton, selalu kembali remuk lantaran dilintasi kendaraan bernotaben besar.
"Kami juga akan melebarkan saluran air mulai dari Gang Mawar sekitar 120 meter ke Kapuk Raya," ungkapnya.
Untuk Dinas PU Provinsi DKI, kata Pamudji, Dinas akan menangani saluran air dari pertigaan Jalan Kapuk Raya-Jalan Pesing Poglar RW 04 atau tempat rumah pompa.
Namun, Pamudji menyayangkan, kewenangan Dinas yang hanya mengerjakan saluran sisi timur Kampung tersebut. Menurutnya, saluran air di sisi barat jalan tersebut mestinya harus juga dibenahi.
"Sisi barat Kampung Apung salurannya terbengkalai sejak 2012 lalu. Namun, Dinas PU malah menyetujui pembuatan saluran di sisi timur, tentunya ini akan berefek dengan pengeringan tersebut," katanya.
Sementara, untuk Sudin PU Tata Air Jakarta Utara, lanjut Pamudji, Pihak Sudin PU Tata Air Jakarta Utara akan menormalisasi saluran Jalan Kapuk Raya sisi utara beserta pembuatan rumah pompa di pertigaan Jalan Kapuk Raya-Pesing Poglar.
Jika ketiga instansi tersebut sudah mulai bekerja, Pamudji memastikan Kampung Apung akan kering sehingga pada akhirnya, program-program lanjutan untuk kampung tersebut akan berjalan. Seperti program pengurukan kampung dan pembenahan kampung yang bakal melibatkan seluruh instansi terkait.
"Yang utama jika kering, kampung Apung akan diratakan dengan jalan Kapuk Raya," ungkapnya.
Sementara itu, tokoh masyarakat Kampung Apung, Juhri (55), mengatakan, dirinya sudah mendengar jika akan ada perbaikan saluran air untuk mengeringkan Kampung Apung yang dilakukan pemerintah pada akhir bulan ini.
Namun, dirinya hingga saat ini belum melihat adanya tanda-tanda pengeringan. Baik pengukuran saluran oleh pihak terkait maupun informasi lainya. Menurutnya, sejak dahulu para warga sudah bosan mendengar wacana pengeringan seperti yang terjadi sebelumnya.
"Dari dulu katanya mau dikeringin, tapi kenyataannya tidak ada. Pemerintah lebih baik jangan ngomong dulu sebelum bertindak. Kami sudah lelah dengan penderitaan 23 tahun terendam," keluh Juhri yang merupakan orang asli Kampung Apung.
Perbaikan saluran-saluran dan pembangunan rumah pompa yang disebutkan pemerintah saat ini, kata Juhri memang merupakan tugas utama untuk mengeringkan Kampung Apung. Pasalnya saluran air yang ada di sekeliling Kampung Apung sama sekali tidak mengalir. Untuk itu wajar saja jika hujan tiba, keadaan Kampung Apung terlihat sangat parah.
"Kalau sudah kering, kami minta kampun Apung diperbaiki seperti kampung lainya. Baik itu kampung deret atau apapaun agar terlihat lebih manusiawi. Orang yang tinggal dipinggiran kali aja dikasih tempat tinggal manusiawi, masa kami yang asli tanah pribadi tidak dikasih program tersebut," ungkapnya.
Juhri menceritakan, sejak 1985-1987, ratusan hektar kawasan di Kampung Apung dijadikan komplek pergudangan dan secara otomatis membuat kawasan tersebut kehilangan tanah resapan. Terlebih akses jalan yang dilalui kendaraan bernotaben besar harus ditinggikan agar tidak mengalami kerusakan.
Dengan begitu, pemukiman rumah-rumah warga di Kampung Apung tertingal. Posisinya menjadi dibawah akses jalan. Rumah-rumah mereka terhalang bangunan pergudangan yang berdiri mewah dan berada ditempat lebih tinggi. Berikut saluran air yang ikut terkubur di kawasan tersebut.
"Ada 188 Kepala Keluarga yang tinggal bermukim. Hampir seluruh rumah di kawasan itu tak luput terendam banjir, sebab itu kampung unik ini dinamakan Kampung Apung sejak 1990 silam," ujarnya.
Sebelum dijuluki Kampung Apung, lanjut Juhri, kampung tersebut bernama Kapuk Teko yang memiliki tanah lapang, rawa, pohon rimbun dan Tempat Pemakaman Umum (TPU). Untuk itu, pihaknya sangat berharap agar pemerintah kali ini benar-benar merealisasikan wacana yang sudah dilempar kepada publik.
"Sedikitnya ada 3.810 makam yang ikut terendam di kawasan itu," ujarnya.
(mhd)