Sebelum bunuh diri, seseorang memberikan sinyal
A
A
A
Sindonews.com - Guru Besar Keperawatan Jiwa dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) Budi Anna Keliat menjelaskan, tindakan bunuh diri disebabkan karena seseorang mengalami kondisi stres akut dan depresi.
Saat ini, sedang terjadi global depresi yang dikarenakan perubahan masalah. Pada kasus depresi, pelaku akan memberikan ciri sebelum melakukan tindak bunuh diri. Biasanya, dua minggu sebelumnya pelaku akan memberikan sinyal tersendiri. Dan sinyal ini yang seharusnya disadari oleh lingkungan sekitar sehingga tindak bunuh diri dapat dihindari.
"Cirinya seperti menurunnya semangat, mudah emosi, sedih berkepanjangan," kata Anna, kepada wartawan, di Depok, Kamis (11/4/2013).
Dari kondisi demikian, akan muncul tindakan impulsif dimana dia akan melakukan hal untuk melukai diri sendiri ataupun orang lain. Perilaku impulsif ini muncul karena adanya gangguan kejiawaan atau border line.
"Untuk itu mengapa sangat diperlukan pelayanan kesehatan jiwa. Sehingga tindakan seperti ini dapat dihindari," tukasnya.
Pada kasus yang menimpa Direktur PT Lintas Tenggara dapat dikategorikan bahwa dirinya adalah orang yang mengalami stres akut. Dia merasa sudah tidak ada lagi jalan keluar untuk menyelesaikan masalahnya.
"Jika dia tidak mengalami depresi sebelumnya dan belum pernah melakukan percobaan tindakan bunuh diri, bisa dipastikan dia mengalami stres akut hingga nekat melakukan tindak demikian," papar Anna.
Dia menjelaskan, pada kasus bunuh diri, pelaku sebelumnya sudah memberikan 'peringatan' bahwa dirinya berada dalam masalah dan memerlukan pertolongan. Namun, tidak dinyatakan secara gamblang dan hanya melalui sinyal tertentu.
"Misalnya merasa tak bersemangat atau merasa sedih berkepanjangan. Itu mencirikan dia memberikan sinyal bahwa dirinya memerlukan pertolongan," tukasnya.
Saat ini, sedang terjadi global depresi yang dikarenakan perubahan masalah. Pada kasus depresi, pelaku akan memberikan ciri sebelum melakukan tindak bunuh diri. Biasanya, dua minggu sebelumnya pelaku akan memberikan sinyal tersendiri. Dan sinyal ini yang seharusnya disadari oleh lingkungan sekitar sehingga tindak bunuh diri dapat dihindari.
"Cirinya seperti menurunnya semangat, mudah emosi, sedih berkepanjangan," kata Anna, kepada wartawan, di Depok, Kamis (11/4/2013).
Dari kondisi demikian, akan muncul tindakan impulsif dimana dia akan melakukan hal untuk melukai diri sendiri ataupun orang lain. Perilaku impulsif ini muncul karena adanya gangguan kejiawaan atau border line.
"Untuk itu mengapa sangat diperlukan pelayanan kesehatan jiwa. Sehingga tindakan seperti ini dapat dihindari," tukasnya.
Pada kasus yang menimpa Direktur PT Lintas Tenggara dapat dikategorikan bahwa dirinya adalah orang yang mengalami stres akut. Dia merasa sudah tidak ada lagi jalan keluar untuk menyelesaikan masalahnya.
"Jika dia tidak mengalami depresi sebelumnya dan belum pernah melakukan percobaan tindakan bunuh diri, bisa dipastikan dia mengalami stres akut hingga nekat melakukan tindak demikian," papar Anna.
Dia menjelaskan, pada kasus bunuh diri, pelaku sebelumnya sudah memberikan 'peringatan' bahwa dirinya berada dalam masalah dan memerlukan pertolongan. Namun, tidak dinyatakan secara gamblang dan hanya melalui sinyal tertentu.
"Misalnya merasa tak bersemangat atau merasa sedih berkepanjangan. Itu mencirikan dia memberikan sinyal bahwa dirinya memerlukan pertolongan," tukasnya.
(san)