Meninggalnya Dera kurang fasilitas di RS
A
A
A
Sindonews.com - Lagi-lagi kasus menimpa waga miskin soal mendapatkan jaminan kesehatan di rumah sakit (RS). Karena, belum lama ini meninggalnya bayi kembar Dera Nur Anggraini ditolak berobat oleh sejumlah rumah sakit (RS) di Jakarta, lantaran tergolong warga miskin.
Menanggapai hal tersebut, Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiah Mboi membantah, kalau meninggalnya Dera, karena RS tidak mau memberikan pertolongan terhadap bayi malang itu. Melainkan, kurangnya alat Intensive Cardiac Care Unit (ICCU), Intensive Care Unit (ICU), Neonatal Intensive Care Unit (NICU) di RS tersebut.
"Enggaklah, kalian terlalu curiga. Itu bukan karena kemiskinan, memang karena enggak ada tempat, enggak ada fasilitasnya lagi," katanya di Istana Negara Jakarta, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Senin (18/2/2013).
Maka itu, kata dia, RS mendatang akan dilengkapi dengan alat tersebut sebagai pelengkap fasilitas kesehatan.
"Kemudian rumah sakit swasta supaya bisa langsung dilihat, di situ ada tempat atau tidak. Jadi supaya mempercerpat. Bulan Maret insya Allah dilaunching, antar rumah sakit termasuk juga rumah sakit swasta yang mempunyai ICCU neonatal. Jadi kalau pasien yang membutuhkan bisa dicek," katanya.
Dia juga mengatakan, pada kasus ini bukan masalah kekurangan tempat melainkan alat kesehatan yang tidak memadai.
"Bukan karena ruangan, memang alatnya kurang. Resperator untuk bayi yang baru lahir yang paru-paru tidak berkembang. Alatnya harus dilengkapi pelan-pelan tidak bisa sekaligus. Tidak ada penolakan," tandasnya.
Sebelumnya, Dera anak dari pasangan Eliyas Setia Nugroho dan Lisa Derawati, warga Jati Padang Baru, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, dilahirkan di RS Zahirah, Jalan Sirsak, Jagakarsa, pada 10 Februari 2013.
"Pertama kali kita periksa di RS Pasar Minggu, dirujuk ke RS Zahirah Jagakarsa. Di situ, kita dicaesar sekira pukul 10.00 WIB. Ternyata bayi kembar. Cuma satu ada kelainan makan dan minum, dan harus dioperasi," ujar Eliyas di kediamannya.
Ditambahkan dia, dari RS Zahirah kemudian mereka ke RSCM. Setelah 15 menit menunggu di RSCM, ternyata rumah sakit itu penuh. Lalu, mereka ke RS Harapan Kita di Slipi. Namun mereka tetap ditolak dengan alasan tidak ada kamar kosong.
"Lalu kami ke RS Harapan Bunda di Pasar Rebo. Di sana, kami diminta DP. Minim punya uang Rp10 juta di RS Harapan Bunda, kalau operasi tidak dibilangin, tapi mau dirawat inap harus DP dulu," ungkap Eliyas dikediamannya.
Karena tak memiliki uang, Eliyas kembali pulang. Lalu dia ke RS Asri di Duren Tiga. Di sana, mereka juga ditolak dengan alasan kamar penuh. Terus mereka ke RS Redipa, di sana kamar ada, tapi untuk ICU tidak ada. Mereka pun ke RS Budi Asih Cawang dan terakhir ke RS Pertamina.
Menanggapai hal tersebut, Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiah Mboi membantah, kalau meninggalnya Dera, karena RS tidak mau memberikan pertolongan terhadap bayi malang itu. Melainkan, kurangnya alat Intensive Cardiac Care Unit (ICCU), Intensive Care Unit (ICU), Neonatal Intensive Care Unit (NICU) di RS tersebut.
"Enggaklah, kalian terlalu curiga. Itu bukan karena kemiskinan, memang karena enggak ada tempat, enggak ada fasilitasnya lagi," katanya di Istana Negara Jakarta, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Senin (18/2/2013).
Maka itu, kata dia, RS mendatang akan dilengkapi dengan alat tersebut sebagai pelengkap fasilitas kesehatan.
"Kemudian rumah sakit swasta supaya bisa langsung dilihat, di situ ada tempat atau tidak. Jadi supaya mempercerpat. Bulan Maret insya Allah dilaunching, antar rumah sakit termasuk juga rumah sakit swasta yang mempunyai ICCU neonatal. Jadi kalau pasien yang membutuhkan bisa dicek," katanya.
Dia juga mengatakan, pada kasus ini bukan masalah kekurangan tempat melainkan alat kesehatan yang tidak memadai.
"Bukan karena ruangan, memang alatnya kurang. Resperator untuk bayi yang baru lahir yang paru-paru tidak berkembang. Alatnya harus dilengkapi pelan-pelan tidak bisa sekaligus. Tidak ada penolakan," tandasnya.
Sebelumnya, Dera anak dari pasangan Eliyas Setia Nugroho dan Lisa Derawati, warga Jati Padang Baru, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, dilahirkan di RS Zahirah, Jalan Sirsak, Jagakarsa, pada 10 Februari 2013.
"Pertama kali kita periksa di RS Pasar Minggu, dirujuk ke RS Zahirah Jagakarsa. Di situ, kita dicaesar sekira pukul 10.00 WIB. Ternyata bayi kembar. Cuma satu ada kelainan makan dan minum, dan harus dioperasi," ujar Eliyas di kediamannya.
Ditambahkan dia, dari RS Zahirah kemudian mereka ke RSCM. Setelah 15 menit menunggu di RSCM, ternyata rumah sakit itu penuh. Lalu, mereka ke RS Harapan Kita di Slipi. Namun mereka tetap ditolak dengan alasan tidak ada kamar kosong.
"Lalu kami ke RS Harapan Bunda di Pasar Rebo. Di sana, kami diminta DP. Minim punya uang Rp10 juta di RS Harapan Bunda, kalau operasi tidak dibilangin, tapi mau dirawat inap harus DP dulu," ungkap Eliyas dikediamannya.
Karena tak memiliki uang, Eliyas kembali pulang. Lalu dia ke RS Asri di Duren Tiga. Di sana, mereka juga ditolak dengan alasan kamar penuh. Terus mereka ke RS Redipa, di sana kamar ada, tapi untuk ICU tidak ada. Mereka pun ke RS Budi Asih Cawang dan terakhir ke RS Pertamina.
(mhd)