Lari 10 K, alumni ITB kenang korban Sukhoi

Minggu, 20 Mei 2012 - 17:31 WIB
Lari 10 K, alumni ITB...
Lari 10 K, alumni ITB kenang korban Sukhoi
A A A
Sindonews.com - Proses evakuasi terhadap korban jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di kawasan Gunung Salak, Bogor Jawa Barat terus dilakukan. Namun, personel tim gabungan evakuasi jumlahnya sudah dikurangi.

Di tengah proses evakuasi ini, sekira 60an alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan aktivitas berlari 10 kilo meter di kawasan Monas-Senayan, Jakarta.

Kegiatan ini merupakan bagian dari mengenang Kornel Sihombing (Onyek) yang menjadi salah satu korban Pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak beberapa waktu lalu.

Selain itu, kegiatan ini untuk menghormati Onyek yang merupakan alumni ITB. Onyek dianggap memiliki komitmen besar untuk kedirgantaraan Indonesia. Dia merupakan VP PT Dirgantara Indonesia dengan posisi Kepala Divisi Integrasi Bisnis pada Direktorat Aerostructure.

Karir Onyek sudah dimulai sejak berdirinya IPTN yang kemudian berubah menjadi PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Ketika PTDI mengalami krisis, Onyek bertahan di PTDI, meskipun saat itu tidak sedikit koleganya yang memutuskan keluar dari PTDI dan bekerja di perusahaan lain, termasuk industri dirgantara milik negara lain.

Tawaran posisi dari produsen pesawat terbang kelas dunia ditampiknya dengan tegas karena yang bersangkutan memilih untuk setia mengusung Merah-Putih dan Garuda Pancasila dalam segenap karya-baktinya.

Namun, sikap nasionalisme yang diambil Onyek ini, tidak banyak orang yang tahu bahwa dia yang mengemban posisi bergengsi sebagai Kepala Divisi Integrasi Bisnis pada Direktorat Aerostructure PTDI.

Termasuk sikap kerjanya yang ulet mempertahankan hidup PTDI melalui negosiasi-negosiasi bisnis dengan berbagai industri dirgantara kelas dunia agar PTDI dapat sintas (survive).

Tidaklah mengherankan jika beberapa kalangan menjulukinya sebagai negosiator ulung. Bahkan, tidak berlebihan pula jika ada orang yang mengatakan bahwa Onyek adalah penyelamat PTDI dan industri dirgantara Indonesia pada umumnya.

Misalnya, berkat peranan Onyek, PTDI berhasil menjalin kontrak antara lain dengan Airbus untuk memproduksi inboard outboard fixed leading edge; dengan Eurocopter untuk memproduksi fuslage dan tail boom; dan juga kontrak dengan EADS Casa (Spanyol), Bombardier (Jepang), Korean Air Line (Korea Selatan), CTRM (Malaysia), dan SMEA (Malaysia).

Satu hal yang perlu diketahui banyak orang dari Onyek adalah, Visi kepemimpinannya sudah bisa dilihat ketika bergabung secara permanen di IPTN pada tahun 1992, karena ia sendiri mengatakan, “Setelah selesai kuliah saya ingin bekerja di PTDI karena selain ilmu saya terpakai, visipun terakomodasi walaupun saya tahu gaji di sana kecil.”

Kesederhanaan serta spirit Onyek ketika bergabung di industri penerbangan itu, membuatnya berhasil menduduki posisi kepala biro, satu tahun setelah ia bekerja di sana.

Karirnya tak berhenti sampai di posisi kepala biro. Setelah mendapat pelatihan di Amerika Serikat (AS), alumnus teknik mesin ITB angkatan 1983 ini, dipercaya sebagai kepala bidang di tahun ketiga ia meniti karir.

Kepandaian dan sosoknya sebagai pekerja keras, membuat ia diberikan beasiswa dari IPTN pada tahun 1997.

Melalui beasiswa itu, ia menempuh studi di Technische Universiteit Delft, salah satu perguruan tinggi terbaik di Belanda untuk jurusan teknik.

Setelah mendapatkan gelar M.Sc dalam bidang material science, ayah dua anak ini kembali ke Tanah Air untuk kembali mengabdi di PTDI, khususnya lingkungan aerostructure.
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1366 seconds (0.1#10.140)