PERSALUNY YARSI Gelar Sarasehan Mencari Solusi Turunkan Angka Stunting
A
A
A
JAKARTA - Persatuan Alumni Fakultas Kedokteran Universitas YARSI (PERSALUNY) berupaya mencari solusi untuk menurunkan angka stunting ((kekerdilan) di Indonesia. Sebagai salah satu elemen anak bangsa, utamanya di sektor kesehatan, PERSALUNY merasa peduli terhadap pembangunan kesehatan, khususnya pada kualitas generasi penerus di masa depan.
Oleh karena itu, PERSALUNY mengadakan sarasehan, mencari solusi penanggulangan stunting di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), bersama seluruh stakeholder bangsa utamanya alumni Fakultas Kedokteran Universitas YARSI yang berkiprah di berbagai sektor. Seresehan yang diadakan Sabtu 29 Februari 2020, itu dihadiri di antaranya perwakilan Kementrian Kesehatan, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Ikatan Dokter Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Universitas YARSI, Rumah Sakit YARSI, dan PERTAMEDIKA IHC.
Persaudaraan Alumni Fakultas Kedokteran Universitas YARSI merupakan organisasi Alumni Fakultas Kedokteran Universitas YARSI yang didirikan pada tahun 1991, beranggotakan lebih kurang 7000 orang dokter alumni Fakultas Kedokteran Universitas YARSI yang tersebar di seluruh Indonesia. Saat ini PERSALUNY FK YARSI dipimpin oleh dr Efmansyah Iken Lubis, MM, alumni Fakultas Kedokteran Universitas YARSI tahun 1987.
“Dari sarasehan ini mendorong peran serta aktif alumni Fakultas Kedokteran Universitas YARSI dan menghasilkan rekomendasi untuk para stakeholder yang dapat digunakan untuk menurunkan angka stunting ((kekerdilan) di Indonesia, yaitu standarisasi pencegahan dan penanganan kasus stunting oleh dokter yaitu pemantauan ibu hamil, bayi lahir Menghasilkan data stunting yang akurat Alokasi dana untuk pencegahan stunting," ujar Ketua PERSALUNY YARSI, Efmansyah Iken Lubis melalui keterangan tertulisnya, Selasa (3/3/2020).
Berdasarkan data Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2019, angka stunting di Indonesia mencapai 30,8 %, sementara target WHO, angka stunting tidak boleh lebih dari 20 %. Angka yang tergolong tinggi ini merupakan suatu ancaman terhadap ketahanan bangsa di masa mendatang.
"Pemerintah tidak dapat bekerja sendiri dalam menyelesaikan masalah stunting. Stunting adalah pekerjaan besar multisektoral baik pemerintah, swasta, pegiat rumah sakit, akademisi dan tokoh agama," pungkasnya.
Oleh karena itu, PERSALUNY mengadakan sarasehan, mencari solusi penanggulangan stunting di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), bersama seluruh stakeholder bangsa utamanya alumni Fakultas Kedokteran Universitas YARSI yang berkiprah di berbagai sektor. Seresehan yang diadakan Sabtu 29 Februari 2020, itu dihadiri di antaranya perwakilan Kementrian Kesehatan, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Ikatan Dokter Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Universitas YARSI, Rumah Sakit YARSI, dan PERTAMEDIKA IHC.
Persaudaraan Alumni Fakultas Kedokteran Universitas YARSI merupakan organisasi Alumni Fakultas Kedokteran Universitas YARSI yang didirikan pada tahun 1991, beranggotakan lebih kurang 7000 orang dokter alumni Fakultas Kedokteran Universitas YARSI yang tersebar di seluruh Indonesia. Saat ini PERSALUNY FK YARSI dipimpin oleh dr Efmansyah Iken Lubis, MM, alumni Fakultas Kedokteran Universitas YARSI tahun 1987.
“Dari sarasehan ini mendorong peran serta aktif alumni Fakultas Kedokteran Universitas YARSI dan menghasilkan rekomendasi untuk para stakeholder yang dapat digunakan untuk menurunkan angka stunting ((kekerdilan) di Indonesia, yaitu standarisasi pencegahan dan penanganan kasus stunting oleh dokter yaitu pemantauan ibu hamil, bayi lahir Menghasilkan data stunting yang akurat Alokasi dana untuk pencegahan stunting," ujar Ketua PERSALUNY YARSI, Efmansyah Iken Lubis melalui keterangan tertulisnya, Selasa (3/3/2020).
Berdasarkan data Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2019, angka stunting di Indonesia mencapai 30,8 %, sementara target WHO, angka stunting tidak boleh lebih dari 20 %. Angka yang tergolong tinggi ini merupakan suatu ancaman terhadap ketahanan bangsa di masa mendatang.
"Pemerintah tidak dapat bekerja sendiri dalam menyelesaikan masalah stunting. Stunting adalah pekerjaan besar multisektoral baik pemerintah, swasta, pegiat rumah sakit, akademisi dan tokoh agama," pungkasnya.
(thm)