Daripada Toa, Alat Deteksi Tsunami Karya Siswa Ini Lebih Rasional
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan menambah enam toa atau pengeras suara untuk peringatan dini bencana kepada masyarakat. Toa ini bernama Disaster Warning System (DWS), sebuah perangkat yang tergabung dalam sistem peringatan dini atau Early Warning System (EWS) BPBD Jakarta.
DKI mengucurkan Rp4 miliar untuk pengadaan barang tersebut yang diambil dari APBD tahun ini. Nah, daripada toa, ada alat pendeteksi tsunami karya siswa SMK 3 Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel) yang lebih rasional. Mungkin ini bisa diterapkan di Jakarta.
Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Ida Mahmudah menilai perangkat deteksi dini tsunami yang diluncurkan belum lama ini di pelataran gong Andalan SMK Sulsel lebih masuk akal dibandingkan toa sebagai deteksi dini bencana khususnya banjir. “Karya siswa itu lebih rasional. Kalau pakai toa kan dilakukan petugas, nah kalau petugasnya kena banjir gimana?” ujarnya, Senin (20/1/2020).
DPRD pernah mengusulkan kepada Pemprov DKI untuk menganggarkan alat pendeteksi banjir maupun tsunami ketika terjadi tsunami di Pandeglang, Banten, beberapa waktu lalu. Namun, usulan itu tidak direspons dengan alasan sudah ada alatnya.
Diketahui, siswa SMK 3 Kabupaten Gowa berhasil membuat alat pendeteksi tsunami yang dipasang di laut. Alat ini bekerja dengan mendeteksi tekanan atau suhu udara sehingga sebelum tinggi air terdeteksi, suhunya saja sudah mengirimkan penanda tinggi air.
Suhu yang terdeteksi kemudian memberikan sinyal yang dikirim dari alat yang ada di tengah laut lalu diterima penerima sinyal (receiver) yang ada di gong raksasa Andalan di samping Benteng Rotterdam. Gong tersebut akan mengeluarkan bunyi yang bisa langsung didengar masyarakat.
DKI mengucurkan Rp4 miliar untuk pengadaan barang tersebut yang diambil dari APBD tahun ini. Nah, daripada toa, ada alat pendeteksi tsunami karya siswa SMK 3 Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel) yang lebih rasional. Mungkin ini bisa diterapkan di Jakarta.
Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Ida Mahmudah menilai perangkat deteksi dini tsunami yang diluncurkan belum lama ini di pelataran gong Andalan SMK Sulsel lebih masuk akal dibandingkan toa sebagai deteksi dini bencana khususnya banjir. “Karya siswa itu lebih rasional. Kalau pakai toa kan dilakukan petugas, nah kalau petugasnya kena banjir gimana?” ujarnya, Senin (20/1/2020).
DPRD pernah mengusulkan kepada Pemprov DKI untuk menganggarkan alat pendeteksi banjir maupun tsunami ketika terjadi tsunami di Pandeglang, Banten, beberapa waktu lalu. Namun, usulan itu tidak direspons dengan alasan sudah ada alatnya.
Diketahui, siswa SMK 3 Kabupaten Gowa berhasil membuat alat pendeteksi tsunami yang dipasang di laut. Alat ini bekerja dengan mendeteksi tekanan atau suhu udara sehingga sebelum tinggi air terdeteksi, suhunya saja sudah mengirimkan penanda tinggi air.
Suhu yang terdeteksi kemudian memberikan sinyal yang dikirim dari alat yang ada di tengah laut lalu diterima penerima sinyal (receiver) yang ada di gong raksasa Andalan di samping Benteng Rotterdam. Gong tersebut akan mengeluarkan bunyi yang bisa langsung didengar masyarakat.
(jon)