Muncul Kubu Pro dan Kontra Anies, Pengamat: Masyarakat Harus Objektif dalam Menilai
A
A
A
JAKARTA - Munculnya massa pro dan kontra Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Balai Kota DKI Jakarta Selasa (14/1/2020) menunjukkan begitu dahsyatnya kontestasi Pilkada DKI 2017 yang dapat mempengaruhi masyarakat dalam membela pilihannya yang tengah mendapatkan ancaman dari lawan politiknya.
Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin mengatakan, yang terjadi di Jakarta saat ini membuktikan masih ada kelompok orang yang belum bisa menerima kekalahan pada Pilkada DKI 2017. "Ada kelompok tertentu yang belum move on lalu mencari-cari kesalahan Anies," ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Rabu (15/1/2020). (Baca juga: DPRD: Class Action Banjir terhadap Anies Salah Sasaran)
Meski demikian, bukan berarti menggelar demonstrasi itu dilarang, namun persoalan yang hendak dan akan disampaikan di muka umum harus lebih terukur dan jelas sehingga akan mendapatkan keterakuan dari seluruh lapisan masyarakat. "Jadi, semuanya harus berangkat dari nilai objektivitas sehingga yang dibangun adalah membangun Jakarta secara bersama-sama bukan saling menyalahkan," kata Ujang.
Sejatinya rakyat Indonesia sudah harus beradaptasi dengan dinamika politik yang ada dan jangan melihat semua persoalan memakai kacamata politik. Sebab, itu semua tidak akan melahirkan solusi melainkan memperburuk keadaan. "Nilai-nilai objektivitas harus dibangun. Nilai-nilai kebenaran harus diangkat agar bangsa dan warga Jakarta dapat melihat sesuatu secara jernih," ungkapnya.
Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin mengatakan, yang terjadi di Jakarta saat ini membuktikan masih ada kelompok orang yang belum bisa menerima kekalahan pada Pilkada DKI 2017. "Ada kelompok tertentu yang belum move on lalu mencari-cari kesalahan Anies," ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Rabu (15/1/2020). (Baca juga: DPRD: Class Action Banjir terhadap Anies Salah Sasaran)
Meski demikian, bukan berarti menggelar demonstrasi itu dilarang, namun persoalan yang hendak dan akan disampaikan di muka umum harus lebih terukur dan jelas sehingga akan mendapatkan keterakuan dari seluruh lapisan masyarakat. "Jadi, semuanya harus berangkat dari nilai objektivitas sehingga yang dibangun adalah membangun Jakarta secara bersama-sama bukan saling menyalahkan," kata Ujang.
Sejatinya rakyat Indonesia sudah harus beradaptasi dengan dinamika politik yang ada dan jangan melihat semua persoalan memakai kacamata politik. Sebab, itu semua tidak akan melahirkan solusi melainkan memperburuk keadaan. "Nilai-nilai objektivitas harus dibangun. Nilai-nilai kebenaran harus diangkat agar bangsa dan warga Jakarta dapat melihat sesuatu secara jernih," ungkapnya.
(jon)