RRI Bakal Tanggung Jawab soal Robohnya Menara BTS di Radio Dalam
A
A
A
JAKARTA - Dirut Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP-RRI) M Rohanudin mengatakan, Menara Based Transmitter Station (BTS) milik Radio Republik Indonesia (RRI) di kawasan Radio Dalam, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, roboh diduga akibat faktor alam, yakni hujan deras disertai angin.
"Jadi ini bencana alam, hujan deras dan angin kencang membuat tower setinggi 120 meter ini dengan besi berlapis bisa roboh. Tower ini dipakai untuk 3 program RRI," ujarnya pada wartawan di lokasi, Minggu (22/12/2019).
Menurut Rohanudin, peristiwa robohnya tower ini sudah dua kali terjadi, kali pertama pada 2005. Tower itu pun sudah direvitalisasi selama dua kali, pada 2017 lalu juga dilakukan pengecekan dan penguatan sebagai antisipasi agar tower tak lagi roboh seperti dulu.
"Dahulu juga sama, ada hujan deras, angin, dan petir menyambar. Padahal ini sudah ada penangkal petirnya, safety, dan semua sudah kita built up, tapi memang ini karena faktor alam," tuturnya.
Dia menerangkan, sejatinya, tower tersebut sudah ada sejak 1990, sejak kawasan itu belum dimukimi penduduk. Namun, kini masyarakat sudah mulai berkembang di sekitar menara sehingga pihaknya pun bakal melakukan rapat terkait perbaikan menara itu.
"Malam ini proses evakuasi, manara dipotong dahulu supaya warga bisa akses jalan dan yang rumahnya kena bisa masuk ke rumah. Kami juga akan rapat dengan dewan pengawas untuk mengganti rumah warga dan pengobatan," katanya.
Dia menambahkan, akibat robohnya menara itu, sekitar 5 rumah warga rusak, masjid, bajaj, dan satu pegawai RRI yang tengah solat pun mengalami luka. Pihaknya pun bakal bertanggung jawab terkait robohnya menara itu, disamping itu pihaknya pun tengah berupaya agar RRI bisa kembali mengudara pasca robohnya menara itu.
"Jadi ini bencana alam, hujan deras dan angin kencang membuat tower setinggi 120 meter ini dengan besi berlapis bisa roboh. Tower ini dipakai untuk 3 program RRI," ujarnya pada wartawan di lokasi, Minggu (22/12/2019).
Menurut Rohanudin, peristiwa robohnya tower ini sudah dua kali terjadi, kali pertama pada 2005. Tower itu pun sudah direvitalisasi selama dua kali, pada 2017 lalu juga dilakukan pengecekan dan penguatan sebagai antisipasi agar tower tak lagi roboh seperti dulu.
"Dahulu juga sama, ada hujan deras, angin, dan petir menyambar. Padahal ini sudah ada penangkal petirnya, safety, dan semua sudah kita built up, tapi memang ini karena faktor alam," tuturnya.
Dia menerangkan, sejatinya, tower tersebut sudah ada sejak 1990, sejak kawasan itu belum dimukimi penduduk. Namun, kini masyarakat sudah mulai berkembang di sekitar menara sehingga pihaknya pun bakal melakukan rapat terkait perbaikan menara itu.
"Malam ini proses evakuasi, manara dipotong dahulu supaya warga bisa akses jalan dan yang rumahnya kena bisa masuk ke rumah. Kami juga akan rapat dengan dewan pengawas untuk mengganti rumah warga dan pengobatan," katanya.
Dia menambahkan, akibat robohnya menara itu, sekitar 5 rumah warga rusak, masjid, bajaj, dan satu pegawai RRI yang tengah solat pun mengalami luka. Pihaknya pun bakal bertanggung jawab terkait robohnya menara itu, disamping itu pihaknya pun tengah berupaya agar RRI bisa kembali mengudara pasca robohnya menara itu.
(wib)