Cegah Stunting, 360 Guru Paud di Tangsel Ikut Pelatihan Gizi
A
A
A
TANGERANG SELATAN - Sebanyak 360 kepala sekolah dan guru Paud dari total 180 Paud di Kota Tangerang Selatan (Tangsel), mengikuti pelatihan gizi anak agar bebas dari stunting (kekerdilan), Rabu (4/12/2019).
Hingga saat ini, kasus stunting isa dijumpai di mana saja, termasuk di Kota Tangsel. Dengan mengikuti pelatihan gizi anak bertajuk Isi Piringku ini, diharapkan para guru dapat memenuhi kebutuhan gizi anak.
Ketua LPM Equator Rimun Wibowo menjelaskan bahwa tidak hanya stunting, anak-anak juga rawan terkena wasting atau kurus, dan overweight atau kelebihan gizi.
"Jadi sebenarnya ini program dari Kemenkes dalam merespons bahwa di Indoneaia ada permasalahan gizi utama, yaitu stunting, wasting, dan overweight atau obesitas," kata Rimun dalam sebuah acara yang digagas Danone Indonesia yang bekerja sama dengan mitra lembaga swadaya masyarakat LPM Equator.
Menurut Rimun, persoalan gizi utama pada anak sebenarnya bisa diatasi dengan gizi yang seimbang. Guru dan kepala sekolah Paud, memiliki peran penting selain orang tua.
"Ketiga hal itu terjadi karena pola makan yang salah atau tidak seimbang unsur gizinya. Kemudian, karena kesehatan lingkungan dan pola hidup yang tidak sehat. Solusi agar gizi seimbang ada empat pilar," bebernya.
Pertama, harus konsumsi makanan yang beragam, yakni ada unsur karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayur, dan buah-buahan. Instrumen untuk gizi anak ini paling mudah di isi piring makan anak. Pola inilah kuncinya.
"Tetapi anak-anak itu sulit makan. Makanya, langkah pertama, anak harus dibiasakan makan sehari 3 kali dan minum 6 gelas sehari. Terutama makan sayur dan buah, itu ada food modelnya, ada triknya," paparnya.
Jika dengan orang tuanya sendiri anak-anak sulit diatur pola makan sehatnya, tidak demikian jika dilakukan oleh guru. Anak-anak memiliki psikologi lebih menurut ke gurunya.
"Jadi di sekolah itu ada program parenting. Di situ nanti program Isi Piringku ini yang akan disampaikan ke guu dan orangtua. Ketika anak melihat temannya makan sayur, maka yang lainnya akan terpacu makan," jelasnya.
Di tempat yang sama, dosen Departemen Gizi Masyarakat IPB Prof Siti Madanijah menambahkan, wahana pembelajaran atau edukasi gizi anak usia dini yang cukup efektif adalah melalui sekolah PAUD atau TK.
"Anak usia 4-6 tahun merupakan periode yang sangat baik untuk mengedukasi anak tentang gizi. Di sinilah pentingnya pendidikan dan pembiasaan yang benar dalam pola makan dan menjaga kesehatan pada anak," jelasnya.
Untuk menjaga keseimbangan gizi pada anak, bukan hanya tugas dari pemerintah saja, tetapi juga semua lapisan masyarakat, seperti guru dan orangtua murid.
"Training Isi Piringku ini membahas tentang permasalahan gizi anak di Indonesia usia 4-6 tahun, serta solusi-solusinya yang terangkum dalam empat pilar gizi seimbang, yaitu makan beraneka ragam makanan," tukasnya.
Kemudian dengan membiasakan pola hidup bersih dan sehat, melakukan aktivitas fisik, olah tubuh atau olahraga, dan memantau kondisi berat badan anak yang secara teratur.
"Isi Piringku disusun untuk mempraktikkan pesan empat pilar gizi seimbang dalam penyajian makanan sehari-hari untuk anak usia 4-6 tahun, sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada PAUD," pungkasnya.
Hingga saat ini, kasus stunting isa dijumpai di mana saja, termasuk di Kota Tangsel. Dengan mengikuti pelatihan gizi anak bertajuk Isi Piringku ini, diharapkan para guru dapat memenuhi kebutuhan gizi anak.
Ketua LPM Equator Rimun Wibowo menjelaskan bahwa tidak hanya stunting, anak-anak juga rawan terkena wasting atau kurus, dan overweight atau kelebihan gizi.
"Jadi sebenarnya ini program dari Kemenkes dalam merespons bahwa di Indoneaia ada permasalahan gizi utama, yaitu stunting, wasting, dan overweight atau obesitas," kata Rimun dalam sebuah acara yang digagas Danone Indonesia yang bekerja sama dengan mitra lembaga swadaya masyarakat LPM Equator.
Menurut Rimun, persoalan gizi utama pada anak sebenarnya bisa diatasi dengan gizi yang seimbang. Guru dan kepala sekolah Paud, memiliki peran penting selain orang tua.
"Ketiga hal itu terjadi karena pola makan yang salah atau tidak seimbang unsur gizinya. Kemudian, karena kesehatan lingkungan dan pola hidup yang tidak sehat. Solusi agar gizi seimbang ada empat pilar," bebernya.
Pertama, harus konsumsi makanan yang beragam, yakni ada unsur karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayur, dan buah-buahan. Instrumen untuk gizi anak ini paling mudah di isi piring makan anak. Pola inilah kuncinya.
"Tetapi anak-anak itu sulit makan. Makanya, langkah pertama, anak harus dibiasakan makan sehari 3 kali dan minum 6 gelas sehari. Terutama makan sayur dan buah, itu ada food modelnya, ada triknya," paparnya.
Jika dengan orang tuanya sendiri anak-anak sulit diatur pola makan sehatnya, tidak demikian jika dilakukan oleh guru. Anak-anak memiliki psikologi lebih menurut ke gurunya.
"Jadi di sekolah itu ada program parenting. Di situ nanti program Isi Piringku ini yang akan disampaikan ke guu dan orangtua. Ketika anak melihat temannya makan sayur, maka yang lainnya akan terpacu makan," jelasnya.
Di tempat yang sama, dosen Departemen Gizi Masyarakat IPB Prof Siti Madanijah menambahkan, wahana pembelajaran atau edukasi gizi anak usia dini yang cukup efektif adalah melalui sekolah PAUD atau TK.
"Anak usia 4-6 tahun merupakan periode yang sangat baik untuk mengedukasi anak tentang gizi. Di sinilah pentingnya pendidikan dan pembiasaan yang benar dalam pola makan dan menjaga kesehatan pada anak," jelasnya.
Untuk menjaga keseimbangan gizi pada anak, bukan hanya tugas dari pemerintah saja, tetapi juga semua lapisan masyarakat, seperti guru dan orangtua murid.
"Training Isi Piringku ini membahas tentang permasalahan gizi anak di Indonesia usia 4-6 tahun, serta solusi-solusinya yang terangkum dalam empat pilar gizi seimbang, yaitu makan beraneka ragam makanan," tukasnya.
Kemudian dengan membiasakan pola hidup bersih dan sehat, melakukan aktivitas fisik, olah tubuh atau olahraga, dan memantau kondisi berat badan anak yang secara teratur.
"Isi Piringku disusun untuk mempraktikkan pesan empat pilar gizi seimbang dalam penyajian makanan sehari-hari untuk anak usia 4-6 tahun, sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada PAUD," pungkasnya.
(vhs)