Pembangunan Flyover/Underpass di Empat Perlintasan Kereta Api Selesai 2021
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sedang membangun jalan tidak sebidang di empat persimpangan kereta api. Pembangunan jalan sebidang ini ditargetkan baru selesai awal 2021.
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Harri Nugroho mengatakan, pada tahun ini sudah mulai dibangun empat jalan tidak sebidang, yakni tiga jalan layang (flyover) dan satu jalan bawah tanah (underpass) dengan total anggaran sekitar Rp736 miliar. Rinciannya flyover Tanjung Barat sekitar Rp163 miliar, Flyover Cakung Rp261 miliar, Flyover Lenteng Agung-IISIP Rp143 miliar, dan underpass Senen Rp169 miliar.
"Empat proyek ini dikerjakan dengan tahun jamak (multi years) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan 2019 dan 2020," ujar Harri Nugroho saat dihubungi, Senin (2/12).
Harri menjelaskan, pembangunan empat infrastruktur tersebut menyusul penutupan perlintasan sebidang kereta api yang dilakukan PT Kereta Api Indonesia (KAI). Adapun dasar penutupan perlintasan sebidang itu demi keselamatan pengendara bermotor yang selama ini jalannya bersinggungan dengan kereta api.
Empat infrastruktur tersebut juga diyakini dapat mengurangi titik kemacetan akibat adanya perlintasan sebidang yang selama ini dilalui pengendara bermotor. "Progres pembangunannya telah dimulai sejak 30 September 2019 lalu dan ditargetkan selesai Desember 2020, sehingga di awal tahun 2021 sudah dapat digunakan," ungkapnya.
Menurut Herri, pembangunan dilakukan secara dua tahap karena mempertimbangkan kebutuhan anggaran. Untuk 2019 ini, Flyover Tanjung Barat mendapat alokasi anggaran dari pemerintah sekitar Rp46,4 miliar, Flyover Cakung Rp68,3 miliar, Flyover Lenteng Agung-IISIP Rp37 miliar, dan Underpass Senen Rp47,68 miliar.
"Dari empat proyek itu, terdapat pembebasan lahan di tiga flyover tersebut. Pembebasan lahan paling banyak berada di proyek Flyover Tanjung Barat. Kemudian Lenteng Agung dan terakhir Cakung," bebernya.
Selain pembebasan lahan, terdapat sejumlah pohon yang "dikorbankan" dalam pembangunan empat mega proyek jalan tidak sebidang itu. Namun, pohon- pohon itu akan digantikan oleh masing-masing kontraktor. Untuk Flyover Cakung, pelaksana proyeknya adalah PT Adhi Karya, sedangkan Flyover Lenteng Agung-IISIP dari PT Pembangunan Perumahan (PP), Flyover Tanjung Barat dari PT Jaya Konstruksi, dan proyek Underpass Senen dikerjakan oleh PT Modern Widya Teknikal.
"Kami akan koridnasi dengan Dinas Kehutanan DKI untuk mendapat rekomendasi dalam menentukan lokasi penggantian pohon itu. Bila Dinas Kehutanan DKI telah menetapkan lokasi barunya, masing-masing pelaksana proyek akan menanam ulang pohon itu setelah proyek selesai dikerjakan," tukasnya.
Nantinya, pelaksana proyek akan mengukur ketahanan pohon itu sebelum ditebang. Bila batang dan dahannya masih kuat, pohon akan dipertahankan dengan merelokasinya ke tempat lain di sekitar lokasi. “Diukur juga pohonnya. Jadi kalau keropos maka diganti dengan yang baru,” ucapnya.
Sementara, Kepala UPT Pengembangan Tanaman Perkotaan pada Dinas Kehutanan DKI Jakarta Yati Sudiharti memprediksi sedikitnya ada sekitar 300 tanaman berbagai jenis yang ditebang akibat empat proyek di wilayah setempat. Berdasarkan data sementara dari Cakung ada 170 pohon yang ditebang, sedangkan untuk proyek lainnya masih disurvei.
Jenis pohon yang terkena dampak proyek cukup bervariasi dari jenis ketapang kencana, angsana, beringin dan sebagainya. Usianya juga cukup tua di atas 10 tahun karena dilihat dari ukuran batang yang besar.
"Untuk kepentingan umum menebang pohon itu diperbolehkan, tapi harus diganti karena untuk menjaga keseimbangan lingkungan," ucapnya.
Yati telah meminta kepada dinas terkait untuk mengubah lokasi proyek yang tidak memakan lahan taman. Namun permintaan itu ditolak dengan alasan lokasi tersebut telah ditentukan oleh tim teknis Bina Marga.
"Kalau nanti setelah pembangunan tidak ada space (ruang) untuk pohon baru, kami cari di sekitar proyek. Kalau tidak ada juga, nanti saya koordinasi dengan Suku Dinas Kehutanan wilayah untuk menentukan titiknya di daerah setempat," pungkasnya
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Harri Nugroho mengatakan, pada tahun ini sudah mulai dibangun empat jalan tidak sebidang, yakni tiga jalan layang (flyover) dan satu jalan bawah tanah (underpass) dengan total anggaran sekitar Rp736 miliar. Rinciannya flyover Tanjung Barat sekitar Rp163 miliar, Flyover Cakung Rp261 miliar, Flyover Lenteng Agung-IISIP Rp143 miliar, dan underpass Senen Rp169 miliar.
"Empat proyek ini dikerjakan dengan tahun jamak (multi years) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan 2019 dan 2020," ujar Harri Nugroho saat dihubungi, Senin (2/12).
Harri menjelaskan, pembangunan empat infrastruktur tersebut menyusul penutupan perlintasan sebidang kereta api yang dilakukan PT Kereta Api Indonesia (KAI). Adapun dasar penutupan perlintasan sebidang itu demi keselamatan pengendara bermotor yang selama ini jalannya bersinggungan dengan kereta api.
Empat infrastruktur tersebut juga diyakini dapat mengurangi titik kemacetan akibat adanya perlintasan sebidang yang selama ini dilalui pengendara bermotor. "Progres pembangunannya telah dimulai sejak 30 September 2019 lalu dan ditargetkan selesai Desember 2020, sehingga di awal tahun 2021 sudah dapat digunakan," ungkapnya.
Menurut Herri, pembangunan dilakukan secara dua tahap karena mempertimbangkan kebutuhan anggaran. Untuk 2019 ini, Flyover Tanjung Barat mendapat alokasi anggaran dari pemerintah sekitar Rp46,4 miliar, Flyover Cakung Rp68,3 miliar, Flyover Lenteng Agung-IISIP Rp37 miliar, dan Underpass Senen Rp47,68 miliar.
"Dari empat proyek itu, terdapat pembebasan lahan di tiga flyover tersebut. Pembebasan lahan paling banyak berada di proyek Flyover Tanjung Barat. Kemudian Lenteng Agung dan terakhir Cakung," bebernya.
Selain pembebasan lahan, terdapat sejumlah pohon yang "dikorbankan" dalam pembangunan empat mega proyek jalan tidak sebidang itu. Namun, pohon- pohon itu akan digantikan oleh masing-masing kontraktor. Untuk Flyover Cakung, pelaksana proyeknya adalah PT Adhi Karya, sedangkan Flyover Lenteng Agung-IISIP dari PT Pembangunan Perumahan (PP), Flyover Tanjung Barat dari PT Jaya Konstruksi, dan proyek Underpass Senen dikerjakan oleh PT Modern Widya Teknikal.
"Kami akan koridnasi dengan Dinas Kehutanan DKI untuk mendapat rekomendasi dalam menentukan lokasi penggantian pohon itu. Bila Dinas Kehutanan DKI telah menetapkan lokasi barunya, masing-masing pelaksana proyek akan menanam ulang pohon itu setelah proyek selesai dikerjakan," tukasnya.
Nantinya, pelaksana proyek akan mengukur ketahanan pohon itu sebelum ditebang. Bila batang dan dahannya masih kuat, pohon akan dipertahankan dengan merelokasinya ke tempat lain di sekitar lokasi. “Diukur juga pohonnya. Jadi kalau keropos maka diganti dengan yang baru,” ucapnya.
Sementara, Kepala UPT Pengembangan Tanaman Perkotaan pada Dinas Kehutanan DKI Jakarta Yati Sudiharti memprediksi sedikitnya ada sekitar 300 tanaman berbagai jenis yang ditebang akibat empat proyek di wilayah setempat. Berdasarkan data sementara dari Cakung ada 170 pohon yang ditebang, sedangkan untuk proyek lainnya masih disurvei.
Jenis pohon yang terkena dampak proyek cukup bervariasi dari jenis ketapang kencana, angsana, beringin dan sebagainya. Usianya juga cukup tua di atas 10 tahun karena dilihat dari ukuran batang yang besar.
"Untuk kepentingan umum menebang pohon itu diperbolehkan, tapi harus diganti karena untuk menjaga keseimbangan lingkungan," ucapnya.
Yati telah meminta kepada dinas terkait untuk mengubah lokasi proyek yang tidak memakan lahan taman. Namun permintaan itu ditolak dengan alasan lokasi tersebut telah ditentukan oleh tim teknis Bina Marga.
"Kalau nanti setelah pembangunan tidak ada space (ruang) untuk pohon baru, kami cari di sekitar proyek. Kalau tidak ada juga, nanti saya koordinasi dengan Suku Dinas Kehutanan wilayah untuk menentukan titiknya di daerah setempat," pungkasnya
(thm)