Polisi Sebut Teror Air Keras di Jakbar Tak Terkait Kasus Novel
A
A
A
JAKARTA - Kapolda Metro Jaya, Irjen Gatot Eddy Pramono menegaskan, teror penyiraman air keras yang terjadi di Jakarta Barat tak ada hubungannya dengan kasus senior penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. Sebelumnya, Novel Baswedan disiram air keras seusai menunaikan ibadah Salat Subuh di dekat rumahnya Pegangsaan, Jakarta Utara.
"Tidak ada (kaitannya dengan kasus Novel Baswedan)sama sekali. Sangat jauh kalau dikaitkan dengan itu," kata Gatot di Mapolda Metro Jaya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Senin (18/11/2019).
Gatot menuturkan, awalnya polisi sulit mengungkap kasus penyiraman air keras yang dilakukan FY pada Selasa 5 November 2019 karena minimnya saksi. Selanjutnya pada serangan kedua yang menyasar seorang pedagang sayur bernama Sakinah (56) sempat terekan kamera CCTV, namun gambar yang dihasilkan kamera tersebut tidak begitu baik, sehingga menyulitkan petugas untuk melakukan identifikasi.
Akhirnya pada Jumat 15 November 2019 pihak kepolisian berhasil meringkus pelaku FY seusai melakukan penyerangan terhadap enam orang siswi SMP 207. (Baca Juga: Kapolda Metro Ungkap Fakta Baru Kasus Penyiraman Cairan Kimia di Jakbar
"Berkat keterangan para saksi mengantarkan kami kepada pelaku. Sehingga dengan cepat kita bisa mengungkapnya. Di samping itu juga para korban yang kita periksa baik peristiwa tanggal 5, tanggal 8, dengan tanggal 15 juga memberikan keterangan yang sangat baik untuk kita bisa mengetahui siapa pelakunya," ungkapnya.
Akibat peristiwa tersebut, korban bernama Aurel mengalami luka bakar di bagian bahu, tangan, dan badan. Aurel tengah dirawat di sebuah rumah sakit di Kebon Jeruk, Jakarta. Sedangkan, Prameswari, korban lain mengalami luka di bagian tangan.
Peristiwa serupa pun kembali terjadi. Kala itu menimpa seorang penjual sayur keliling bernama Sakinah alias Enah (56). Nenek paruh baya itu menjadi korban menjadi korban penyiraman air keras di kawasan Kembangan, Jakarta Barat, Jumat 8 November 2019 malam.
Peristiwa terakhir menimpa enam orang pelajar Sekolah Menengah Atas (SMP). Peristiwa terjadi tepatnya di Jalan Mawar, Srenseng, Kembangan, Jakarta Barat, Jumat 15 November 2019. Saat kejadian, enam orang yang menjadi korban baru saja pulang dari sekolah.
"Tidak ada (kaitannya dengan kasus Novel Baswedan)sama sekali. Sangat jauh kalau dikaitkan dengan itu," kata Gatot di Mapolda Metro Jaya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Senin (18/11/2019).
Gatot menuturkan, awalnya polisi sulit mengungkap kasus penyiraman air keras yang dilakukan FY pada Selasa 5 November 2019 karena minimnya saksi. Selanjutnya pada serangan kedua yang menyasar seorang pedagang sayur bernama Sakinah (56) sempat terekan kamera CCTV, namun gambar yang dihasilkan kamera tersebut tidak begitu baik, sehingga menyulitkan petugas untuk melakukan identifikasi.
Akhirnya pada Jumat 15 November 2019 pihak kepolisian berhasil meringkus pelaku FY seusai melakukan penyerangan terhadap enam orang siswi SMP 207. (Baca Juga: Kapolda Metro Ungkap Fakta Baru Kasus Penyiraman Cairan Kimia di Jakbar
"Berkat keterangan para saksi mengantarkan kami kepada pelaku. Sehingga dengan cepat kita bisa mengungkapnya. Di samping itu juga para korban yang kita periksa baik peristiwa tanggal 5, tanggal 8, dengan tanggal 15 juga memberikan keterangan yang sangat baik untuk kita bisa mengetahui siapa pelakunya," ungkapnya.
Akibat peristiwa tersebut, korban bernama Aurel mengalami luka bakar di bagian bahu, tangan, dan badan. Aurel tengah dirawat di sebuah rumah sakit di Kebon Jeruk, Jakarta. Sedangkan, Prameswari, korban lain mengalami luka di bagian tangan.
Peristiwa serupa pun kembali terjadi. Kala itu menimpa seorang penjual sayur keliling bernama Sakinah alias Enah (56). Nenek paruh baya itu menjadi korban menjadi korban penyiraman air keras di kawasan Kembangan, Jakarta Barat, Jumat 8 November 2019 malam.
Peristiwa terakhir menimpa enam orang pelajar Sekolah Menengah Atas (SMP). Peristiwa terjadi tepatnya di Jalan Mawar, Srenseng, Kembangan, Jakarta Barat, Jumat 15 November 2019. Saat kejadian, enam orang yang menjadi korban baru saja pulang dari sekolah.
(mhd)