Tangsel Street Fighter, Tarung Anak Bagian dari Kampanye Melawan Gadget
A
A
A
TANGERANG SELATAN - Seni budaya pencak silat dari Tangerang Selatan (Tangsel) Street Fighter 1 dihebohkan dengan pertarungan anak usia dini di atas ring lengkap memakai pelindung. Pertandingan eksibisi itu, sempat terekam kamera video dan viral di media sosial.
Warganet pun banyak yang memperhatikan aksi adu tangkas anak-anak bukan semata untuk olahraga, tapi mengajari anak kekerasan. Kritikan pertama datang dari Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi.
"Perlombaan demikian bisa dianggap sebagai bentuk lain dari kekerasan terhadap anak. Terus terang, saya sangat tidak setuju," kata Kak Seto, kepada wartawan, Senin, 13 November 2019 kemarin sore.
Kak Seto mengatakan, seni bela diri memang penting ditanamkan pada anak usia dini. Namun, Seto melihat dalam pertandingan eksibisi itu anak-anak malahan diajari untuk akrab dengan budaya kekerasan."Anak usia dini seperti itu memang belum saatnya untuk melakukan olahraga bela-diri semacam itu. Bahkan bisa diangkap kekerasan terhadap anak," ungkap Kak Seto.
Namun, hal itu dibantah oleh Ketua Asosiasi Seni Tarung Tradisi (ASTA) Kota Tangsel Irwan. Dia mengatakan, adu tangkas anak di kejuaraan pencak silat dan Tangsel Street Fighter 1 itu untuk bela diri sejak usia dini.
"Sudah persetujuan dari pelatih dan orang tua Bang. Kan eksibisi silat saja. Mengenalkan beladiri mulai usia dini. Pelindung lengkap dari atas kepala sampai bawah. Kampanye melawan gadget usia dini juga," ujar Irwan. (Baca: Heboh, Video Lomba Tarung Bebas Anak Usia Dini di Tangerang Selatan)
Dalam eksibisi itu, anak-anak tidak ditarget untuk menang dan kalah. Mereka sama-sama mendapatkan piagam, sebagai bentuk keberanian dan sportifitas dipertandingan."Kekerasan itu kalau dipukul orang tua Bang. Kalau olahraga ya sportif namanya, membangun mental dan fairnes. Dua-duanya dapat apresiasi medali. Kan untuk kelas eksibisi anak, saya menangkan keduanya," jelasnya.
Dilanjutkan Irwan, pertandingan eksibisi itu hanya belangsung 30 menit dan dengan tingkat keamanan yang tinggi. Sehingga, tidak akan melukai anak yang akan bertanding."Itu cuma 30 detik. Ini kampanye melawan gadget. Kampanye anak yatim juga. Kampanye pedagang disabilitas. Kampanye anak jalanan, Fad Rewa petarung profesional yang dulunya anak jalanan," ucapnya.
Warganet pun banyak yang memperhatikan aksi adu tangkas anak-anak bukan semata untuk olahraga, tapi mengajari anak kekerasan. Kritikan pertama datang dari Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi.
"Perlombaan demikian bisa dianggap sebagai bentuk lain dari kekerasan terhadap anak. Terus terang, saya sangat tidak setuju," kata Kak Seto, kepada wartawan, Senin, 13 November 2019 kemarin sore.
Kak Seto mengatakan, seni bela diri memang penting ditanamkan pada anak usia dini. Namun, Seto melihat dalam pertandingan eksibisi itu anak-anak malahan diajari untuk akrab dengan budaya kekerasan."Anak usia dini seperti itu memang belum saatnya untuk melakukan olahraga bela-diri semacam itu. Bahkan bisa diangkap kekerasan terhadap anak," ungkap Kak Seto.
Namun, hal itu dibantah oleh Ketua Asosiasi Seni Tarung Tradisi (ASTA) Kota Tangsel Irwan. Dia mengatakan, adu tangkas anak di kejuaraan pencak silat dan Tangsel Street Fighter 1 itu untuk bela diri sejak usia dini.
"Sudah persetujuan dari pelatih dan orang tua Bang. Kan eksibisi silat saja. Mengenalkan beladiri mulai usia dini. Pelindung lengkap dari atas kepala sampai bawah. Kampanye melawan gadget usia dini juga," ujar Irwan. (Baca: Heboh, Video Lomba Tarung Bebas Anak Usia Dini di Tangerang Selatan)
Dalam eksibisi itu, anak-anak tidak ditarget untuk menang dan kalah. Mereka sama-sama mendapatkan piagam, sebagai bentuk keberanian dan sportifitas dipertandingan."Kekerasan itu kalau dipukul orang tua Bang. Kalau olahraga ya sportif namanya, membangun mental dan fairnes. Dua-duanya dapat apresiasi medali. Kan untuk kelas eksibisi anak, saya menangkan keduanya," jelasnya.
Dilanjutkan Irwan, pertandingan eksibisi itu hanya belangsung 30 menit dan dengan tingkat keamanan yang tinggi. Sehingga, tidak akan melukai anak yang akan bertanding."Itu cuma 30 detik. Ini kampanye melawan gadget. Kampanye anak yatim juga. Kampanye pedagang disabilitas. Kampanye anak jalanan, Fad Rewa petarung profesional yang dulunya anak jalanan," ucapnya.
(whb)