Setelah Bekasi, Giliran Wali Kota Depok Pilih Gabung DKI Jakarta
A
A
A
DEPOK - Setelah Bekasi, kini giliran Wali Kota Depok Idris Abdul Shomad yang angkat bicara terkait wacana pemekaran Provinsi Bogor Raya. Idris menegaskan lebih setuju bergabung dengan Provinsi DKI Jakarta ketimbang Provinsi Bogor Raya.
Idris mengatakan, jika dilihat dari sisi aktivitas penduduk, warga Depok rata-rata bekerja di wilayah Jakarta. Diperkirakan lebih dari separuh warga Depok adalah masyarakat komuter. Mereka rata-rata menggunakan moda transportasi kereta api. "Sekitar 65 persen warga Depok itu komuter. Sekitar 90 persen ke Jakarta, selebihnya ke Bogor dan Bekasi," ujarnya, Selasa (20/8/2019).
Idris melanjutkan, jika dilihat dari sisi kebutuhan, Depok memang tidak terpisahkan dengan DKI Jakarta. Lantaran Depok sebagai wilayah tiang penyangga atau kota perbatasan, dibutuhkan koordinasi langsung. Terdapat empat kebutuhan paling terkait antara Depok dengan Jakarta mencakup sanitasi, air bersih, udara, dan sampah.
"Ini memang jelas, makanya kita siasati wilayah otonomi ini, yang satu masuk ke Banten (Tangerang), satu masuk ke Jabar (Bekasi dan Depok), berbatasan langsung dengan Jakarta. Untuk memenuhi kebutuhan disiasati dengan membentuk Badan Koordinasi Pemerintah (BKSP) Jabodetabek," paparnya. (Baca juga: Enggan Gabung ke Bogor Raya, Kota Bekasi Dapat Tawaran Masuk Jakarta)
Idris juga menekankan, dari sisi budaya, Depok di wilayah Jabar masuk rumpun Melayu Depok. Bila ditelaah lebih lanjut, dari segi bahasa serupa dengan DKI Jakarta. "Dalam SK Gubernur disebut juga sebagai rumpun Melayu Depok, bukan disebut rumpun Betawi karena Betawi trademark dari Jakarta, jadi Depok rumpun Melayu Betawi. Kalau kedekatan dari sisi bahasa walau serupa tapi tak sama itu lebih cenderung ke Jakarta dan ini adalah budaya," ucapnya.
Dari sisi letak geografis, Kota Depok memang berada di kawasan Jawa Barat sehingga tidak bisa dipisahkan begitu saja. Tidak mudah memindahkan Ibu Kota maupun membentuk suatu provinsi. "Kalau berbicara wacana kebutuhan, daerah budaya memang arahnya ke sana (Jakarta). Tapi kalau dari kewilayahan, asal muasalnya ya Jawa Barat," bebernya.
Secara pribadi, Idris mengaku lebih memilih masuk menjadi bagian dari DKI Jakarta, terutama dari segi bahasa. Pasalnya, ia tidak begitu menguasai bahasa Sunda. "Kalau Anda nanya sisi bahasa, saya lebih milih bahasa Jakarta karena saya enggak ngerti bahasa Sunda. Misal kemarin upacara ultah Jabar, agenda petuah sesepuh Jabar itu pakai bahasa Sunda, saya enggak paham. Kalau bahasa ya ke Jakarta," pungkasnya.
Idris mengatakan, jika dilihat dari sisi aktivitas penduduk, warga Depok rata-rata bekerja di wilayah Jakarta. Diperkirakan lebih dari separuh warga Depok adalah masyarakat komuter. Mereka rata-rata menggunakan moda transportasi kereta api. "Sekitar 65 persen warga Depok itu komuter. Sekitar 90 persen ke Jakarta, selebihnya ke Bogor dan Bekasi," ujarnya, Selasa (20/8/2019).
Idris melanjutkan, jika dilihat dari sisi kebutuhan, Depok memang tidak terpisahkan dengan DKI Jakarta. Lantaran Depok sebagai wilayah tiang penyangga atau kota perbatasan, dibutuhkan koordinasi langsung. Terdapat empat kebutuhan paling terkait antara Depok dengan Jakarta mencakup sanitasi, air bersih, udara, dan sampah.
"Ini memang jelas, makanya kita siasati wilayah otonomi ini, yang satu masuk ke Banten (Tangerang), satu masuk ke Jabar (Bekasi dan Depok), berbatasan langsung dengan Jakarta. Untuk memenuhi kebutuhan disiasati dengan membentuk Badan Koordinasi Pemerintah (BKSP) Jabodetabek," paparnya. (Baca juga: Enggan Gabung ke Bogor Raya, Kota Bekasi Dapat Tawaran Masuk Jakarta)
Idris juga menekankan, dari sisi budaya, Depok di wilayah Jabar masuk rumpun Melayu Depok. Bila ditelaah lebih lanjut, dari segi bahasa serupa dengan DKI Jakarta. "Dalam SK Gubernur disebut juga sebagai rumpun Melayu Depok, bukan disebut rumpun Betawi karena Betawi trademark dari Jakarta, jadi Depok rumpun Melayu Betawi. Kalau kedekatan dari sisi bahasa walau serupa tapi tak sama itu lebih cenderung ke Jakarta dan ini adalah budaya," ucapnya.
Dari sisi letak geografis, Kota Depok memang berada di kawasan Jawa Barat sehingga tidak bisa dipisahkan begitu saja. Tidak mudah memindahkan Ibu Kota maupun membentuk suatu provinsi. "Kalau berbicara wacana kebutuhan, daerah budaya memang arahnya ke sana (Jakarta). Tapi kalau dari kewilayahan, asal muasalnya ya Jawa Barat," bebernya.
Secara pribadi, Idris mengaku lebih memilih masuk menjadi bagian dari DKI Jakarta, terutama dari segi bahasa. Pasalnya, ia tidak begitu menguasai bahasa Sunda. "Kalau Anda nanya sisi bahasa, saya lebih milih bahasa Jakarta karena saya enggak ngerti bahasa Sunda. Misal kemarin upacara ultah Jabar, agenda petuah sesepuh Jabar itu pakai bahasa Sunda, saya enggak paham. Kalau bahasa ya ke Jakarta," pungkasnya.
(thm)