Blackout, Aktivitas Masyarakat Lumpuh

Senin, 05 Agustus 2019 - 09:47 WIB
Blackout, Aktivitas Masyarakat Lumpuh
Blackout, Aktivitas Masyarakat Lumpuh
A A A
JAKARTA - Rahma tergopoh-gopoh berjalan di pinggir rel kawasan Cakung, Jakarta Timur, siang kemarin. Bersama ratusan penumpang kereta rel listrik (KRL) lain, dia terpaksa turun di tengah jalan melalui pintu yang dibuka secara darurat akibat jaringan listrik mati mendadak.

Rasa kaget, panik, bingung, dan gelisah masih terlihat jelas diraut wajahnya. Dia tak menyangka perjalanannya dari Jakarta menuju Bekasi yang awalnya normal-normal saja harus berhenti di tengah jalan. Lantaran KRL ber henti masih jauh dari stasiun, dia makin bingung karena harus mencari moda transportasi lain untuk melanjutkan perjalanannya. Rahma masih kaget karena sangat jarang sekali KRL mengalami gangguan hingga penumpang tak bisa diantar sampai stasiun akhir.

Namun, siang kemarin dia benar-benar tidak memiliki pilihan banyak, selain harus turun dari KRL. Tak ada sama sekali gelagat KRL akan mengalami gangguan. “Awalnya kereta berhenti lama di Cakung, kemudian televisi di kereta juga mati. Semua jadi gelap,” ujar Rahma.

Di Stasiun Sudimara dan Pondok Ranji, banyak penumpang KRL yang kecewa karena perjalanannya terganggu. "Tadi sempat panik karena kereta berhenti. Setelah tahu ada pemadaman listrik, penumpang keluar dengan tenang," kata Cecep, seorang penumpang.

Cecep mengeluhkan pemadaman listrik ini tidak ada pemberi tahuan sebelumnya. Ini membuat warga tidak memiliki persiapan se perti terjebak di dalam KRL. Di mass rapid transit (MRT), suasana lebih dramatis. Saat listrik mati pukul 11.40 WIB tercatat sejumlah MRT tengah melintas di jalur bawah tanah. Namun, kendati penumpang kaget karena MRT berhenti mendadak dan suasananya gelap, proses evakuasi berlangsung cepat. Petugas dengan sigap membantu penumpang turun dan mengarahkan ke halte terdekat.

“Tak ada penumpang yang mengalami cedera,” ujar Division Head Corporate Secretary PT MRT Jakarta Muhamad Kamaluddin dalam penjelasan tertulisnya.

KRL dan MRT adalah dua di antara berbagai fasilitas publik yang terganggu akibat pemadam an listrik di DKI Jakarta, Banten, dan sejumlah daerah di Pulau Jawa lainnya kemarin. Pemadaman ini tergolong luar biasa karena selain wilayah yang terdampak sangat luas, waktu pemutusan arus listrik juga berlangsung lama.

Di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang, Banten, pemadaman sempat menimbulkan gangguan. Akibat pasokan listrik tak normal, Skytrain atau kereta penghubungan tarterminal 1, 2, dan 3 di nonaktifkan.

Sebagai gantinya, pengelola bandara menurunkan shuttle bus untuk pergerakan penumpang antar terminal. Tak ada pasokan listrik berjam-jam juga membuat sebagian besar stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Jakarta tak bisa beroperasi. Kondisi ini membuat masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi bertambah bingung. Hal ini diperparah dengan matinya beberapa jaringan seluler hingga tadi malam.

Menyala Sebagian
Mulai sekitar pukul 18.00 listrik di sejumlah wilayah Jakarta dan sekitarnya mulai menyala. Secara bertahap transportasi publik seperti KRL dan MRT juga beroperasi lagi. Sementara di luar Jakarta seperti Yogyakarta dan Bandung listrik sebagian sudah kembali hidup sejak sore hari.

PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) pun menyampaikan permohonan maafnya kepada masyarakat atas pemadaman listrik ini. Executive Vice President Corporate Communication & CSR PLN I Made Suprateka mengatakan, saat ini upaya penormalan terus dilakukan. “Beberapa gardu induk bahkan sudah mulai berhasil dilakukan penyalaan," kata Made.

Pemadaman listrik sebagian di wilayah Jawa ini dipicu gangguan pada jaringan listrik Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) Ungaran-Pemalang 500 kilovolt (kV). Gangguan tersebut menyebabkan jaringan SUTT Depok dan Tasikmalaya juga ikut mengalami gangguan sehingga terjadi pemadam an listrik di wilayah Jakarta, Banten, dan sebagian wilayah Jawa Barat.

“Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini,” ujar Plt Direktur Utama PLN Sripeni Inten Cahyani di PLN Cinere, Depok, Jawa Barat, kemarin. Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) menyatakan, pemadaman listrik di Jabodetabek ini akan menyebabkan beban operasional ritel bertambah.

“Ini akibat penggunaan genset,” terang Ketua Umum DPP APPBI Stefanus Ridwan. Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi meminta PLN bertanggung jawab atas pemadaman listrik massal tersebut. Pemadaman listrik hingga rata-rata enam jam tersebut mengakibatkan kerugian, khususnya masyarakat dan industri.

Sebab itu, pihaknya meminta PLN memberikan kompensasi atas kejadian tersebut. Pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM) Fahmy Radhi menilai kerusakan transmisi yang terjadi di beberapa tempat bersamaan merupakan black out accident atau kecelakaan pemadaman yang tidak terkontrol oleh manajemen.

Menurut dia, dampak tersebut sangat merugikan bagi konsumen, bah kan menimbulkan kerugian ekonomi bagi konsumen industri, utamanya UMKM yang tidak memiliki genset memadai. “Kalau sebelumnya PLN sudah dapat mencapai tingkat pemadaman mencapai hampir 0%, kejadian ini memperpuruk capaian kinerja PLN,” katanya.

Anggota Komisi VII DPR Achmad Farial menilai pemadaman ini merupakan kejadian luar biasa. Dia meminta pemerintah menjelaskan detail penyebab padamnya listrik di Jabodetabek dan Pulau Jawa. "Begitu juga Menteri BUMN yang menunjuk direksi harus bertanggung jawab," ujar Farial.

Sementara itu, sejumlah media asing juga menyoroti pemadaman listrik di seluruh wilayah Jakarta dan wilayah lain itu. Kantor berita Inggris, Reuters, dalam laporannya menulis, "Indonesia capital, neighbouring provinces in Java hit by major power blackout" atau “Ibu Kota Indonesia dan wilayah sekitar nya dihantam pemadam listrik”. (Hasan Kurniawan/ Helmi Syarif/ M Fajardin/Syaridudin/Ratna Purnama/ Agus Warsudi/Hafid Fuad/Rina Angraini/Kiswondari/ Nanang Wijayanto)

(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4013 seconds (0.1#10.140)