Lazismu-FKUI Gelar Pengobatan Kulit di Ponpes Darul Ishlah

Sabtu, 22 Juni 2019 - 14:11 WIB
Lazismu-FKUI Gelar Pengobatan...
Lazismu-FKUI Gelar Pengobatan Kulit di Ponpes Darul Ishlah
A A A
JAKARTA - Lazismu bersama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menggelar pengobatan, pemberantasan dan pencegahan di lingkungan Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Ishlah, Jalan Buncit Raya, Kalibata Pulo, Jakarta Selatan. Acara ini diawali dengan sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat oleh 183 santri.

Pengasuh Ponpes Darul Ishlah, Ustadz Fajar sangat berterima kasih kepada Lazismu dan Departemen Parasitologi FKUI.

"Seluruh santri dan pengasuh ponpes mendapat informasi yang penting tentang hidup bersih," kata Fajar dalam keterangan persnya di Jakarta, Sabtu (22/6/2019).

Dia mengatakan, yang namanya santri kalau belum kudisan belum jadi santri. Bagi santri yang sudah mengalaminya ini baru santri, katanya sambil tersenyum.

"Kita tahu bagaimana kehidupan di pesantren, kadang-kadang perilaku hidup bersih santri masih ada yang perlu diedukasi lagi meski ditanamkan hidup sehat," kata Fajar.

Misalnya pinjam pakaian sesama santri karena alasan tertentu yang tidak disadari berisiko kena penyakit kulit. "Ada lagi penyebabnya kasur yang tidak dijemur sehingga badan menjadi gatal," pungkasnya. Hal itu, kata dia, sudah menjadi hal yang biasa itu terjadi di lingkungan pesantren.

Dia mengucapkan terima kasih kepada Lazismu dan Departemen Parasitologi FKUI untuk mengobati para santri. Dia berharap, persoalan kesehatan di pesantren dapat teratasi.

Merespons soal penyakit kulit yang mewabah di kalangan santri ini, ahli Parasitologi Departemen Parasitologi FKUI, Prof. dr. Saleha Sungkar mengungkapkan, jenis penyakit ini disebut Skabies. Kemunculannya disebabkan oleh tungau semacam kutu kecil. Menurutnya faktor risiko tinggi skabies di pesantren karena kepadatan penghuni dan perilaku kebersihan.

"Kenyataannya tingkat kebersihan di pesantren umumnya masih rendah dan santri masih ada yang menderita skabies," pungkasnya.

Sehingga, kata dia, ungkapan "belum jadi santri jika belum mengalami kudisan" perlu dimaknai kembali. "Manilai skabies jika dibiarkan akan kronik hingga bisa menimbulkan komplikasi berupa infeksi dan bakteri," ujarnya.

Kualitas belajar santri akan menurun. Ini harus ada tindakan. Ia menambahkan, penderita skabies juga bisa menjadi sumber infeksi bagi lingkungannya. Sehingga harus diobati. Pesantren harus segera memberantasnya.

"Karena itu pemberantasannya tidak bisa parsial atau individual namun harus serentak dan menyeluruh," tegasnya.

Sementara itu, Manager Program Lazismu, Falhan Nian Akbar, mengatakan, kegiatan ini didukung oleh layanan program Indonesia Mobil Clinic. Semoga para santri dapat menerima manfaat dari program ini.

"Saat ini dokter yang tersedia sebanyak 13 dokter dari Departemen Parasitologi FKUI yang didukung oleh perawat," pungkasnya.

Falhan menambahkan obat-obatan untuk mengobatinya juga disediakan. Ia berharap program ini dapat berjalan sukses, dan dapat dilaksanakan dalam waktu yang akan datang secara nasional sesuai dengan visi dan misi Lazismu sebagai lembaga filantropi Islam.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0026 seconds (0.1#10.140)