Longsor Ancam Tangsel, Pemkot Akan Maksimalkan Pembangunan Turap

Senin, 29 April 2019 - 21:13 WIB
Longsor Ancam Tangsel,...
Longsor Ancam Tangsel, Pemkot Akan Maksimalkan Pembangunan Turap
A A A
TANGERANG SELATAN - Bahaya longsor mengancam warga sejumlah permukiman di Kecamatan Ciputat, Setu, Serpong, dan Pamulang, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Pemkot Tangsel akan segera melakukan penurapan di sejumlah titik rawan longsor.

Wakil Wali Kota Tangsel, Benyamin Davnie mengatakan, daerah rawan longsor memiliki kemiringan tanah hingga 90 derajat. Sehingga, sangat rawan terjadinya longsor."Ciputat, Setu, Pamulang, dan Serpong itu titik rawan tanah longsor. Karakteristik tanah longsor itu, antara lain tebing tanahnya miring hampir 90 derajat," kata Benyamin kepada SINDOnews pada Senin (29/4/2019).

Jika terjadi hujan deras dan ada pergeseran tanah yang mengarah kepada longsor, dengan air berwarna cokelat, maka warga yang rumahnya berada di bawah tebing itu diminta segera melapor ke petugas tekait. "Kalau terjadi hal-hal seperti itu, masyarakat supaya memberitahukan kepada perangkat pemkot terdekat. Melalui Dinas PU, sudah ada program turap," ujarnya.

Benyamin menuturkan, masyarakat yang tinggal di bawah tebing, bisa memberikan masukan kepada Dinas PU agar segera dilakukan penurapan. Sehingga, bencana longsor yang menimbulkan korban jiwa tidak terjadi lagi.
"Dinas PU membentuk tiga UPT di Tangsel dan salah satu tugasnya penanggulangan banjir dan longsor. Besaran anggarannya coba ke Dinas PU," ujarnya.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Tangsel Muhammad Hasyim menambahkan, pihaknya sudah membuat peta lokasi rawan longsor di Tangsel. Menurutnya, ada banyak titik rawan longsor yakni, Pamulang, Ciputat, Serpong, dan yang paling dominan di Kecamatan Setu.

Penyebab longsor, kata dia, berasal dari curah hujan yang tinggi dan adanya pergerakan tanah. Masyarakat yang berada di titik rawan longsor pun, diminta untuk lebih waspada, terutama di Setu. Namun, warga yang ada di kecamatan lain rawan longsor juga harus berhati-hati.

"Mitigasinya seperti apa, mulai struktural dan non-struktural. Secara metologi seperti itu. Mulai penguatan kapasitas masyarakat, jadi bentuknya sosialisasi, pembinaan bintek, respons terhadap bencana," ucapnya.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8622 seconds (0.1#10.140)