Beach Run Tropical Sunset Sindo: Berlari, Berwisata, dan Meraih Prestasi
A
A
A
JAKARTA - Raut wajah Prada Nababan tampak melemas, seluruh tubuhnya tampak basah kuyup dipenuhi tetesan keringat. Air tak henti hentinya keluar dari tubuh prajurit Kodam Siliwangi, Jawa Barat itu.
“Yeaahhhh!!!,” teriak Nababan saat melintas di garis Finish Beach Run Tropical Sunset Sindo, Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (27/4/2019).
Nababan yang kala itu tampak kelelahan tak peduli. Wajahnya kian senang setelah mampu meraih posisi pertama dalam lomba berjarak 5 kilometer itu.
Selain Faisal, ada pula dua rekannya, Prada Nursalim dan Prada Faisal yang terpait hanya beberapa second. Meski bersaing namun ketiganya tampak kompak.
Pelukan erat disertai senyum kebahagian terpancar dari wajahnya. Kesenangan dan kegembiraan terlihat wajah ketiganya. Sesekali mereka bercanda gurau sembari menyentuh badan rekannya. “Lain kali aku yang bakal menang,” ucap Faisal ke Nababan yang dibales tawa.
Bagi ketiganya, berlari bukanlah hal yang baru, sebagai prajurit, mereka kerap berlari saat pagi dan sore hari. Stadion Siliwangi, Bandung, Jawa Barat menjadi lokasi favorit mereka.
Saat berlari di stadion siliwangi, Nababan, Faisal, dan Nursalim kerap berkeliling stadion hingga puluhan kali. Bahkan sesekali ketiga mencoba berlari sejauh 50 kilometer dari Stadion Siliwangi hingga Lokasi Sesko AD di Lembang dan kembali ke Stadion Siliwangi.
“Sebagai prajurit kita dituntut untuk mempunyai fisik tangguh,” ucap Nababan.
Berbeda dengan Nababan, Faisal mengaku lari hanya hobi keduanya. Ia lebih menyukai renang dibandingkan lari. Dengan berenang, ia mengakui ototnya bisa bergerak, dengan demikian ia memanfaatkan renang untuk merelaksasikan ototnya yang tegang sehabis berlari.
Meski demikian, ketiganya mengakui, lomba lari kala ini cukup sulit. Selain karena medannya berpasir berlari saat sore dipenuhi oleh sejumlah pengunjung yang tengah berlibur. “Kalo dipasir kita lari menjadi berat,” ucap Nursalim.
Terlebih di sepanjang lintasan 5 kilometer sepanjang Pantai Lagoon, sejumlah masyarakat berkumpul. Membuat lintasan menjadi tak steril.
Nursalim bahkan sempat terhenti beberapa detik karena beberapa anak menghalangi larinya. “Tadi aja ada yang nabrak,” kata Nursalim.
Meski tak menargetkan juara, namun Nursalim mengaku senang. Ia melihat acara ini menjadi refleksi dirinya yang berlatih setiap hari. “Yang penting olah raga, soal juara itu hadiah,” ucapnya merendah.
Direktur Content Regional dan Sirkulasi PT Media Nusantara Informasi, Pung Purwanto mengatakan sekalipun baru pertama kali digelar. Namun pihaknya tak menyangka gelaran ini mendapat sambutan meriah, ratusan orang tampak penuh sesak memenuhi kawasan pantai Lagoon Ancol, Jakarta Utara.
Pung mengakui dipilihnya pantai lantaran pihaknya ingin membuat perbedaan dibandingkan perlombaan lari sebelumnya. Bila biasanya jalan, lari dipantai bisa sejuk lantaran angin sepoy.
“Karena itu disini kita bedakan dua lomba. Satu fun dan profesional. Profesional ini siapa tercepat dia yang menang,” ucapnya.
Termasuk dipilihnya waktu sore hari, lanjut Pung hal ini untuk menciptakan perbedaan dimana ketika sejumlah peserta yang masuk final akan menikmati Sunset matahari. “Jadi ini sensasi tersendiri dri para pelari,” tuturnya.
Pada lomba ini, pung mengaku ada 700 pelari dari profesional dan komunitas yang ikut berlomba. Jumlah ini sebenarnya cukup sedikit bila melihat antusias masyarakat yang ingin ikut. “Kita terpaksa harus membatasi, kita paham karena ada batas waktu yang diberikan,” tuturnya.
Melihat hal itu semua, Pung berencana akan membuat rutin perlombaan ini. Tak hanya di Jakarta, bahkan dibeberapa tempat lainnya di indonesia dengan konsep pantai. Terlebih selama ini olahraga lari menjadi populer di kalangan masyarakat ibukota serta indonesia yang memiliki garis pantai terpanjang.
Selain berlari, Pantia sendiri menyiapkan sejumlah hiburan mulai dari musik DJ untuk menyemangatkan pelari. Dengan demikian mereka akan senang disaat suasana politik memanas.
“Yeaahhhh!!!,” teriak Nababan saat melintas di garis Finish Beach Run Tropical Sunset Sindo, Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (27/4/2019).
Nababan yang kala itu tampak kelelahan tak peduli. Wajahnya kian senang setelah mampu meraih posisi pertama dalam lomba berjarak 5 kilometer itu.
Selain Faisal, ada pula dua rekannya, Prada Nursalim dan Prada Faisal yang terpait hanya beberapa second. Meski bersaing namun ketiganya tampak kompak.
Pelukan erat disertai senyum kebahagian terpancar dari wajahnya. Kesenangan dan kegembiraan terlihat wajah ketiganya. Sesekali mereka bercanda gurau sembari menyentuh badan rekannya. “Lain kali aku yang bakal menang,” ucap Faisal ke Nababan yang dibales tawa.
Bagi ketiganya, berlari bukanlah hal yang baru, sebagai prajurit, mereka kerap berlari saat pagi dan sore hari. Stadion Siliwangi, Bandung, Jawa Barat menjadi lokasi favorit mereka.
Saat berlari di stadion siliwangi, Nababan, Faisal, dan Nursalim kerap berkeliling stadion hingga puluhan kali. Bahkan sesekali ketiga mencoba berlari sejauh 50 kilometer dari Stadion Siliwangi hingga Lokasi Sesko AD di Lembang dan kembali ke Stadion Siliwangi.
“Sebagai prajurit kita dituntut untuk mempunyai fisik tangguh,” ucap Nababan.
Berbeda dengan Nababan, Faisal mengaku lari hanya hobi keduanya. Ia lebih menyukai renang dibandingkan lari. Dengan berenang, ia mengakui ototnya bisa bergerak, dengan demikian ia memanfaatkan renang untuk merelaksasikan ototnya yang tegang sehabis berlari.
Meski demikian, ketiganya mengakui, lomba lari kala ini cukup sulit. Selain karena medannya berpasir berlari saat sore dipenuhi oleh sejumlah pengunjung yang tengah berlibur. “Kalo dipasir kita lari menjadi berat,” ucap Nursalim.
Terlebih di sepanjang lintasan 5 kilometer sepanjang Pantai Lagoon, sejumlah masyarakat berkumpul. Membuat lintasan menjadi tak steril.
Nursalim bahkan sempat terhenti beberapa detik karena beberapa anak menghalangi larinya. “Tadi aja ada yang nabrak,” kata Nursalim.
Meski tak menargetkan juara, namun Nursalim mengaku senang. Ia melihat acara ini menjadi refleksi dirinya yang berlatih setiap hari. “Yang penting olah raga, soal juara itu hadiah,” ucapnya merendah.
Direktur Content Regional dan Sirkulasi PT Media Nusantara Informasi, Pung Purwanto mengatakan sekalipun baru pertama kali digelar. Namun pihaknya tak menyangka gelaran ini mendapat sambutan meriah, ratusan orang tampak penuh sesak memenuhi kawasan pantai Lagoon Ancol, Jakarta Utara.
Pung mengakui dipilihnya pantai lantaran pihaknya ingin membuat perbedaan dibandingkan perlombaan lari sebelumnya. Bila biasanya jalan, lari dipantai bisa sejuk lantaran angin sepoy.
“Karena itu disini kita bedakan dua lomba. Satu fun dan profesional. Profesional ini siapa tercepat dia yang menang,” ucapnya.
Termasuk dipilihnya waktu sore hari, lanjut Pung hal ini untuk menciptakan perbedaan dimana ketika sejumlah peserta yang masuk final akan menikmati Sunset matahari. “Jadi ini sensasi tersendiri dri para pelari,” tuturnya.
Pada lomba ini, pung mengaku ada 700 pelari dari profesional dan komunitas yang ikut berlomba. Jumlah ini sebenarnya cukup sedikit bila melihat antusias masyarakat yang ingin ikut. “Kita terpaksa harus membatasi, kita paham karena ada batas waktu yang diberikan,” tuturnya.
Melihat hal itu semua, Pung berencana akan membuat rutin perlombaan ini. Tak hanya di Jakarta, bahkan dibeberapa tempat lainnya di indonesia dengan konsep pantai. Terlebih selama ini olahraga lari menjadi populer di kalangan masyarakat ibukota serta indonesia yang memiliki garis pantai terpanjang.
Selain berlari, Pantia sendiri menyiapkan sejumlah hiburan mulai dari musik DJ untuk menyemangatkan pelari. Dengan demikian mereka akan senang disaat suasana politik memanas.
(ysw)