Kejahatan Seksual Anak Masih Marak, Kemana Satgas Perlindungan Anak?
A
A
A
TANGERANG SELATAN - Psikolog anak Seto Mulyadi alias Kak Seto sangat menyayangkan masih maraknya kasus kejahatan seksual terhadap anak, terutama di Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Sebab Tangsel merupakan kota pertama di Indonesia yang mendapatkan rekor MURI, karena di seluruh rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW) terdapat Satgas Perlindungan Anak.
"Jadi ini menjadi tantangan bagi Pemkot Tangsel untuk menghidupkan kembali Satgas Perlindungan Anak. Fenomena ini menjadi otokrotik bagi Pemkot," ujar Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Senin (28/1/2019).
Diberitakan sebelumnya, kasus pemerkosaan anak di Kota Tangsel masih marak. Dalam empat bulan terakhir, sedikitnya terdapat tiga kasus pemerkosaan anak.
Ironisnya, dari ketiga laporan itu pelakunya merupakan ayah tiri korban. Mereka adalah Asep Wahyu, Erwanto alias Yanto, dan Herman Toni. Ketiganya saat ini mendekam di ruang tahanan Polres Tangsel. (Baca juga: Kasus Pemerkosaan Anak di Tangsel Marak Dilakukan Ayah Tiri)
Menurut Kak Seto, pengawasan terhadap anak yang baik harus dilakukan oleh lingkungan, dan meningkatkan kepedulian terhadap sesama, terutama dalam bertetangga. Hal ini akan meminimalisir kasus kejahatan seksual anak.
"Jadi warga juga harus tahu keadaan para tetangganya. Jika ada anak tetangganya yang mulai terlihat aneh, harus ditegur, dan jangan dibiarkan saja. Jika terjadi hal buruk, langsung lapor ke satgas," pungkasnya. (Baca juga: Diajak Bermain PS, Sejumlah Anak Jadi Korban Pedofilia)
Berkaca pada tiga kasus yang diungkap di Tangsel, dari pemeriksaan psikologis terhadap para pelaku pemerkosaan, tidak ada yang mengalami gangguan mental. "Normal semua. Modusnya rata-rata karena ketertarikan seksual," ujar Kapolres Tangsel AKBP Ferdy Irawan.
Hal ini tentu perlu mendapat kewaspadaan. Sebab secara kasat mata mungkin pelaku pemerkosaan anak tidak mencurigakan. Apalagi korbannya ternyata anak tiri dari pelaku yang hidup satu rumah.
"Jadi ini menjadi tantangan bagi Pemkot Tangsel untuk menghidupkan kembali Satgas Perlindungan Anak. Fenomena ini menjadi otokrotik bagi Pemkot," ujar Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Senin (28/1/2019).
Diberitakan sebelumnya, kasus pemerkosaan anak di Kota Tangsel masih marak. Dalam empat bulan terakhir, sedikitnya terdapat tiga kasus pemerkosaan anak.
Ironisnya, dari ketiga laporan itu pelakunya merupakan ayah tiri korban. Mereka adalah Asep Wahyu, Erwanto alias Yanto, dan Herman Toni. Ketiganya saat ini mendekam di ruang tahanan Polres Tangsel. (Baca juga: Kasus Pemerkosaan Anak di Tangsel Marak Dilakukan Ayah Tiri)
Menurut Kak Seto, pengawasan terhadap anak yang baik harus dilakukan oleh lingkungan, dan meningkatkan kepedulian terhadap sesama, terutama dalam bertetangga. Hal ini akan meminimalisir kasus kejahatan seksual anak.
"Jadi warga juga harus tahu keadaan para tetangganya. Jika ada anak tetangganya yang mulai terlihat aneh, harus ditegur, dan jangan dibiarkan saja. Jika terjadi hal buruk, langsung lapor ke satgas," pungkasnya. (Baca juga: Diajak Bermain PS, Sejumlah Anak Jadi Korban Pedofilia)
Berkaca pada tiga kasus yang diungkap di Tangsel, dari pemeriksaan psikologis terhadap para pelaku pemerkosaan, tidak ada yang mengalami gangguan mental. "Normal semua. Modusnya rata-rata karena ketertarikan seksual," ujar Kapolres Tangsel AKBP Ferdy Irawan.
Hal ini tentu perlu mendapat kewaspadaan. Sebab secara kasat mata mungkin pelaku pemerkosaan anak tidak mencurigakan. Apalagi korbannya ternyata anak tiri dari pelaku yang hidup satu rumah.
(thm)