Kolaborasi Ciamik di Kampung Hijau Berseri
A
A
A
DEPOK - Pagi itu, gerimis turun. Tipis saja, tidak sampai membasahi Dwi Hastuti (67) yang sedang menyapu jalanan. Rumahnya sedang direnovasi, sehingga banyak kotoran bekas pekerjaan tukang yang berserakan. Para tetangganya juga terlihat beraktivitas di luar rumah. Ada yang berbincang, ada yang pulang belanja sayuran.
Gerimis tipis menambah kesejukan di Jalan Saminten 3 yang hijau royo-royo. Pot-pot tanaman berjejer rapi di pinggir jalan. Ada pula yang digantung di teras rumah. Lima pergola dipasang di beberapa titik untuk memayungi gang selebar 2,5 meter. Jalan sepanjang kira-kira 50 meter itu juga dicat hijau dan diberi list putih di pinggirnya.
"Jalan Saminten 3 ini sering juga disebut gang karpet hijau," kata Dwi Hastuti, salah satu pegiat Kampung Berseri Astra (KBA) Depok saat berbincang dengan SINDOnews, Rabu (26/12/2018).Jalan Saminten 3 merupakan bagian dari KBA Depok yang meliputi wilayah RW 16 Kelurahan Bhaktijaya, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat. Jalan Saminten berada di RT 6. Total ada 10 RT di RW tersebut. Permukiman ini dihuni oleh 538 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah penduduk 1.712 jiwa.
KBA adalah program kontribusi sosial berkelanjutan dari Astra untuk masyarakat yang mengintegrasikan empat pilar, yakni lingkungan, kesehatan, pendidikan, dan kewirausahaan. Program ini mendorong masyarakat berkolaborasi dengan perusahaan untuk mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas, dan produktif.
"No cash money. Warga boleh mengusulkan program yang masuk akal, nanti Astra yang membantu mewujudkannya," papar Dwi, warga Jalan Saminten 3, menggambarkan konsep KBA di wilayahnya yang telah dimulai sejak 2014 silam.
Konsep KBA tersebut tak menjadi masalah bagi warga RW 16 yang telah terbiasa mandiri mengelola lingkungan. Sejak 1980-an atau generasi awal penduduk, mereka secara sadar, tanpa disuruh, menanam pohon dan tanaman lain di lingkungan rumah. Sebab, seperti umumnya perumahan baru, waktu itu kondisi permukiman gersang. Menanam tanaman adalah kebutuhan untuk mendapatkan lingkungan sejuk dan segar.
"Karena tidak memiliki tanah lebih, maka kami menanam di pot-pot," tutur Dwi, pensiunan Kepala SDN Duren Sawit 13 Jakarta Timur ini. Menurutnya, masing-masing rumah di RW 16 hanya memiliki luas tanah 90 meter persegi. Rata-rata tanah itu sudah habis didirikan bangunan.
Jalan Saminten 3 RT 6/RW 16 Kelurahan Bhaktijaya, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok.
Keterlibatan warga RW 16 dalam pengelolaan lingkungan juga didorong lomba K3 (kebersihan, keindahan, ketertiban) yang digelar sejak 2003. Setiap 17 Agustus atau pada Hari Kemerdekaan Republik Indonesia masing-masing RT dinilai kondisi lingkungannya oleh juri. Aspek penilaiannya meliputi tong sampah, biopori, tanaman hias, tanaman obat keluarga (toga), lampu penerangan, dan bendera. Bagi RT yang mendapat penilaian tertinggi keluar sebagai pemenangnya.
"Setiap tahun aspek penilaian ditambah, sehingga warga terus bekerja sama agar RT-nya menjadi yang terbaik. Aspek penilaian terbaru, setiap RT memasang 15 papan slogan imbauan. Papan slogan ditempatkan di titik yang tertentu sehingga menambah estetika lingkungan," tutur Dwi.
Kesadaran warga RW 16 untuk menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan lambat laun mendapat apresiasi lebih luas. Antara lain menjadi juara 2 Lomba RW Hijau Lingkungan tingkat Kota Depok pada 2010, juara 1 Lomba RW Hijau Teduh tingkat Kota Depok pada 2011, bahkan menjadi wakil Kota Depok dalam penilaian Adipura, Kota Sehat, dan Kampung Iklim.
"Alhamdulillah tahun ini RW 16 Kelurahan Bhaktijaya mendapat penghargaan kategori Program Kampung Iklim Utama dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK)," kata Dwi yang masih sangat enerjik di usia 67 tahun.
Keberhasilan RW 16 naik level ke tingkat nasional tak lepas dari kolaborasi dengan Astra Internasional melalui Kampung Berseri Astra. Tidak hanya diberikan bantuan fisik, warga juga diajak lebih jauh dalam pengelolaan lingkungan. Misalnya dalam hal pengolahan sampah. Mereka diberikan sosialiasi tentang memilah sampah organik, anorganik, dan residu sejak dari dapur. Masing-masing jenis sampah dikumpulkan di tempat terpisah.
Rumah Pengelolaan Sampah
Dalam pengolahan sampah organik, RW 16 Kelurahan Bhaktijaya bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok. Sampah organik ini dijadikan kompos sebagai pupuk tanaman. Kapan pun warga membutuhkan kompos, mereka bisa memintanya ke petugas DLHK.
Untuk sampah anorganik, RW 16 Bhaktijaya bekerja sama dengan seorang pengepul mendirikan bank sampah. Warga bisa menyetorkan sampahnya ke bank ini setiap Jumat mulai pukul 14.00 WIB hingga selesai. Masing-masing warga memiliki buku tabungan berisi catatan nilai sampah yang telah disetorkan. "Biasanya uang dari menabung sampah ini diambil ketika mau Lebaran," tutur Dwi.
Selain pengolahan sampah, salah satu bantuan Astra yang menjadi kunci kemenangan RW 16 dalam Program Kampung Iklim adalah tempat penampungan air hujan. Bentuknya seperti toren air yang memiliki keran di bagian bawahnya. Air hujan dari talang rumah dialirkan melalui pipa paralon menuju toren ini. Warga bisa menggunakan air tampungan untuk mencuci motor atau menyiram tanaman.
Pendidikan dan Kesehatan
Tidak hanya pengelolaan lingkungan yang menjadi fokus program Kampung Berseri Astra (KBA). Pendidikan dan kesehatan warga juga tak luput dari perhatian. Salah satunya melalui pengembangan Pos PAUD Pelangi dan Posyandu Dewi Sartika yang ada di lingkungan RW 16. Sebelum ditetapkan sebagai KBA, kondisi bangunan PAUD dan Posyandu seadanya, tanpa pagar dan minim peralatan. Posisinya yang berada di pinggir jalan dan dekat dengan keluar masuk kendaraan ke Jalan Raya Juanda, Depok, memunculkan kerawanan bagi anak-anak usia dini yang belajar.
Masuknya Astra tak disia-siakan warga RW 16. Program pertama yang diusulkan adalah pembuatan pagar Pos PAUD. Warga sangat ingin kegiatan belajar mengajar di Pos PAUD Pelangi aman dan nyaman. "Ternyata dikabulkan. Astra juga memberikan perlengkapan untuk PAUD dan Posyandu," tutur Dwi.
Tidak hanya bantuan fisik, Astra juga memberikan pelatihan bagi guru-guru PAUD dan kader Posyandu terkait pengelolaan organisasi, cara mengajar, public speaking, dan lain-lain. Pelatihan rutin dilaksanakan dengan mendatangkan pakar dan praktisi pendidikan. Dengan begitu, guru-guru PAUD mendapatkan pengetahuan langsung dari para ahlinya. "Alhamdulillah PAUD Pelangi dan Posyandu Dewi Sartika masuk lima besar dalam lomba antar-KBA," tutur Dwi bangga.
Pos PAUD Pelangi dan Posyandu Dewi Sartika
Bagi anak-anak usia sekolah, Astra juga mempunyai program beasiswa lestari. Disebut lestari karena bantuan pendidikan ini berkesinambungan hingga penerima manfaat melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih tinggi. Bagi siswa SD, beasiswa yang diberikan senilai Rp480.000, SMP Rp630.000, dan SMA Rp750.000. Beasiswa ini dikirimkan langsung ke rekening masing-masing penerima manfaat setiap enam bulan sekali.
"Total ada 33 anak RW 16 yang mendapat bantuan beasiswa lestari Astra. Mereka adalah anak yatim/yatim piatu, berasal dari keluarga tidak mampu, dan berprestasi," ungkap Dwi.
Ira merasa terbantu dengan adanya program beasiswa dari Astra. Dua anaknya, yakni Keysha Salsabila Putri yang duduk di bangku SMP dan Rafa Rasyid Rahman yang masih kelas 5 SD termasuk yang menerima bantuan tersebut. Menurutnya, beasiswa itu sangat bermanfaat untuk membeli kebutuhan sekolah anak-anaknya, seperti sepatu, seragam, kaus kaki, buku tulis, dan lain-lain.
"Ya meskipun (barang-barang yang dibeli) kelihatannya sepele, tapi kalau dikumpulin lumayan juga. Beasiswa ini sangat membantu saya, ringanin saya banget, apalagi saya seorang single parent," kata Ira yang berharap beasiswa dari Astra tetap langgeng, tidak putus di tengah jalan.
Kewirausahaan
Selain mengadakan pelatihan bagi guru PAUD dan kader Posyandu, Astra juga rutin menggelar workshop bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di RW 16 Bhaktijaya. Setiap bulan dihadirkan pelaku usaha binaan Astra yang telah sukses untuk berbagi ilmu mengenai manajemen usaha, pembukuan, dan pemasaran. Sesekali motivator juga didatangkan untuk menyemangati para peserta kelas UMKM.
"Warga juga diajari cara membuat makanan ringan, membuat kerajinan dari barang bekas, dan lain-lain," kata Dwi Hastuti.
Salah satu peserta pelatihan, Herawati Endang mengaku sangat terbantu dengan adanya pelatihan dari Astra. Perempuan yang memiliki bisnis kue dan pesanan nasi boks ini menjadi lebih mengetahui manajemen usaha, pengaturan keuangan, dan pembukuan. Meski belum bisa menerapkan sepenuhnya, tapi teori-teori bisnis yang diberikan akan sangat berguna ke depannya.
"Saya senang bisa sharing dengan narasumber yang sudah sukses. Jadi saya tahu detail-detail bisnis yang harus dilakukan. Sepulang dari pelatihan jadi semangat untuk membesarkan usaha," katanya.
Banyaknya manfaat yang dirasakan warga RW 16, membuat Dwi Hastuti berharap program KBA terus berlanjut, sehingga hasil yang diperoleh masyarakat semakin maksimal.
Gerimis tipis menambah kesejukan di Jalan Saminten 3 yang hijau royo-royo. Pot-pot tanaman berjejer rapi di pinggir jalan. Ada pula yang digantung di teras rumah. Lima pergola dipasang di beberapa titik untuk memayungi gang selebar 2,5 meter. Jalan sepanjang kira-kira 50 meter itu juga dicat hijau dan diberi list putih di pinggirnya.
"Jalan Saminten 3 ini sering juga disebut gang karpet hijau," kata Dwi Hastuti, salah satu pegiat Kampung Berseri Astra (KBA) Depok saat berbincang dengan SINDOnews, Rabu (26/12/2018).Jalan Saminten 3 merupakan bagian dari KBA Depok yang meliputi wilayah RW 16 Kelurahan Bhaktijaya, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat. Jalan Saminten berada di RT 6. Total ada 10 RT di RW tersebut. Permukiman ini dihuni oleh 538 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah penduduk 1.712 jiwa.
KBA adalah program kontribusi sosial berkelanjutan dari Astra untuk masyarakat yang mengintegrasikan empat pilar, yakni lingkungan, kesehatan, pendidikan, dan kewirausahaan. Program ini mendorong masyarakat berkolaborasi dengan perusahaan untuk mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas, dan produktif.
"No cash money. Warga boleh mengusulkan program yang masuk akal, nanti Astra yang membantu mewujudkannya," papar Dwi, warga Jalan Saminten 3, menggambarkan konsep KBA di wilayahnya yang telah dimulai sejak 2014 silam.
Konsep KBA tersebut tak menjadi masalah bagi warga RW 16 yang telah terbiasa mandiri mengelola lingkungan. Sejak 1980-an atau generasi awal penduduk, mereka secara sadar, tanpa disuruh, menanam pohon dan tanaman lain di lingkungan rumah. Sebab, seperti umumnya perumahan baru, waktu itu kondisi permukiman gersang. Menanam tanaman adalah kebutuhan untuk mendapatkan lingkungan sejuk dan segar.
"Karena tidak memiliki tanah lebih, maka kami menanam di pot-pot," tutur Dwi, pensiunan Kepala SDN Duren Sawit 13 Jakarta Timur ini. Menurutnya, masing-masing rumah di RW 16 hanya memiliki luas tanah 90 meter persegi. Rata-rata tanah itu sudah habis didirikan bangunan.
Jalan Saminten 3 RT 6/RW 16 Kelurahan Bhaktijaya, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok.
Keterlibatan warga RW 16 dalam pengelolaan lingkungan juga didorong lomba K3 (kebersihan, keindahan, ketertiban) yang digelar sejak 2003. Setiap 17 Agustus atau pada Hari Kemerdekaan Republik Indonesia masing-masing RT dinilai kondisi lingkungannya oleh juri. Aspek penilaiannya meliputi tong sampah, biopori, tanaman hias, tanaman obat keluarga (toga), lampu penerangan, dan bendera. Bagi RT yang mendapat penilaian tertinggi keluar sebagai pemenangnya.
"Setiap tahun aspek penilaian ditambah, sehingga warga terus bekerja sama agar RT-nya menjadi yang terbaik. Aspek penilaian terbaru, setiap RT memasang 15 papan slogan imbauan. Papan slogan ditempatkan di titik yang tertentu sehingga menambah estetika lingkungan," tutur Dwi.
Kesadaran warga RW 16 untuk menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan lambat laun mendapat apresiasi lebih luas. Antara lain menjadi juara 2 Lomba RW Hijau Lingkungan tingkat Kota Depok pada 2010, juara 1 Lomba RW Hijau Teduh tingkat Kota Depok pada 2011, bahkan menjadi wakil Kota Depok dalam penilaian Adipura, Kota Sehat, dan Kampung Iklim.
"Alhamdulillah tahun ini RW 16 Kelurahan Bhaktijaya mendapat penghargaan kategori Program Kampung Iklim Utama dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK)," kata Dwi yang masih sangat enerjik di usia 67 tahun.
Keberhasilan RW 16 naik level ke tingkat nasional tak lepas dari kolaborasi dengan Astra Internasional melalui Kampung Berseri Astra. Tidak hanya diberikan bantuan fisik, warga juga diajak lebih jauh dalam pengelolaan lingkungan. Misalnya dalam hal pengolahan sampah. Mereka diberikan sosialiasi tentang memilah sampah organik, anorganik, dan residu sejak dari dapur. Masing-masing jenis sampah dikumpulkan di tempat terpisah.
Rumah Pengelolaan Sampah
Dalam pengolahan sampah organik, RW 16 Kelurahan Bhaktijaya bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok. Sampah organik ini dijadikan kompos sebagai pupuk tanaman. Kapan pun warga membutuhkan kompos, mereka bisa memintanya ke petugas DLHK.
Untuk sampah anorganik, RW 16 Bhaktijaya bekerja sama dengan seorang pengepul mendirikan bank sampah. Warga bisa menyetorkan sampahnya ke bank ini setiap Jumat mulai pukul 14.00 WIB hingga selesai. Masing-masing warga memiliki buku tabungan berisi catatan nilai sampah yang telah disetorkan. "Biasanya uang dari menabung sampah ini diambil ketika mau Lebaran," tutur Dwi.
Selain pengolahan sampah, salah satu bantuan Astra yang menjadi kunci kemenangan RW 16 dalam Program Kampung Iklim adalah tempat penampungan air hujan. Bentuknya seperti toren air yang memiliki keran di bagian bawahnya. Air hujan dari talang rumah dialirkan melalui pipa paralon menuju toren ini. Warga bisa menggunakan air tampungan untuk mencuci motor atau menyiram tanaman.
Pendidikan dan Kesehatan
Tidak hanya pengelolaan lingkungan yang menjadi fokus program Kampung Berseri Astra (KBA). Pendidikan dan kesehatan warga juga tak luput dari perhatian. Salah satunya melalui pengembangan Pos PAUD Pelangi dan Posyandu Dewi Sartika yang ada di lingkungan RW 16. Sebelum ditetapkan sebagai KBA, kondisi bangunan PAUD dan Posyandu seadanya, tanpa pagar dan minim peralatan. Posisinya yang berada di pinggir jalan dan dekat dengan keluar masuk kendaraan ke Jalan Raya Juanda, Depok, memunculkan kerawanan bagi anak-anak usia dini yang belajar.
Masuknya Astra tak disia-siakan warga RW 16. Program pertama yang diusulkan adalah pembuatan pagar Pos PAUD. Warga sangat ingin kegiatan belajar mengajar di Pos PAUD Pelangi aman dan nyaman. "Ternyata dikabulkan. Astra juga memberikan perlengkapan untuk PAUD dan Posyandu," tutur Dwi.
Tidak hanya bantuan fisik, Astra juga memberikan pelatihan bagi guru-guru PAUD dan kader Posyandu terkait pengelolaan organisasi, cara mengajar, public speaking, dan lain-lain. Pelatihan rutin dilaksanakan dengan mendatangkan pakar dan praktisi pendidikan. Dengan begitu, guru-guru PAUD mendapatkan pengetahuan langsung dari para ahlinya. "Alhamdulillah PAUD Pelangi dan Posyandu Dewi Sartika masuk lima besar dalam lomba antar-KBA," tutur Dwi bangga.
Pos PAUD Pelangi dan Posyandu Dewi Sartika
Bagi anak-anak usia sekolah, Astra juga mempunyai program beasiswa lestari. Disebut lestari karena bantuan pendidikan ini berkesinambungan hingga penerima manfaat melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih tinggi. Bagi siswa SD, beasiswa yang diberikan senilai Rp480.000, SMP Rp630.000, dan SMA Rp750.000. Beasiswa ini dikirimkan langsung ke rekening masing-masing penerima manfaat setiap enam bulan sekali.
"Total ada 33 anak RW 16 yang mendapat bantuan beasiswa lestari Astra. Mereka adalah anak yatim/yatim piatu, berasal dari keluarga tidak mampu, dan berprestasi," ungkap Dwi.
Ira merasa terbantu dengan adanya program beasiswa dari Astra. Dua anaknya, yakni Keysha Salsabila Putri yang duduk di bangku SMP dan Rafa Rasyid Rahman yang masih kelas 5 SD termasuk yang menerima bantuan tersebut. Menurutnya, beasiswa itu sangat bermanfaat untuk membeli kebutuhan sekolah anak-anaknya, seperti sepatu, seragam, kaus kaki, buku tulis, dan lain-lain.
"Ya meskipun (barang-barang yang dibeli) kelihatannya sepele, tapi kalau dikumpulin lumayan juga. Beasiswa ini sangat membantu saya, ringanin saya banget, apalagi saya seorang single parent," kata Ira yang berharap beasiswa dari Astra tetap langgeng, tidak putus di tengah jalan.
Kewirausahaan
Selain mengadakan pelatihan bagi guru PAUD dan kader Posyandu, Astra juga rutin menggelar workshop bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di RW 16 Bhaktijaya. Setiap bulan dihadirkan pelaku usaha binaan Astra yang telah sukses untuk berbagi ilmu mengenai manajemen usaha, pembukuan, dan pemasaran. Sesekali motivator juga didatangkan untuk menyemangati para peserta kelas UMKM.
"Warga juga diajari cara membuat makanan ringan, membuat kerajinan dari barang bekas, dan lain-lain," kata Dwi Hastuti.
Salah satu peserta pelatihan, Herawati Endang mengaku sangat terbantu dengan adanya pelatihan dari Astra. Perempuan yang memiliki bisnis kue dan pesanan nasi boks ini menjadi lebih mengetahui manajemen usaha, pengaturan keuangan, dan pembukuan. Meski belum bisa menerapkan sepenuhnya, tapi teori-teori bisnis yang diberikan akan sangat berguna ke depannya.
"Saya senang bisa sharing dengan narasumber yang sudah sukses. Jadi saya tahu detail-detail bisnis yang harus dilakukan. Sepulang dari pelatihan jadi semangat untuk membesarkan usaha," katanya.
Banyaknya manfaat yang dirasakan warga RW 16, membuat Dwi Hastuti berharap program KBA terus berlanjut, sehingga hasil yang diperoleh masyarakat semakin maksimal.
(amm)