Polisi Belum Tilang Pelanggar Ganjil Genap di GT Tambun
A
A
A
JAKARTA - Pengendara mobil berpelat genap yang masuk ruas tol Jakarta-Cikampek arah Jakarta lewat Gerbang Tol (GT) Tambun belum ditilang polisi, Kamis (15/11/2018). Namun mereka diberitahu petugas, bahwa mulai hari ini, Tambun yang menuju Jakarta akan diterapkan sistem ganjil-genap kendaraan mulai pukul 06.00 sampai 09.00 WIB.
Kepala Sub Bagian (Kasubbag) Humas Jasa Marga cabang Jakarta-Cikampek, Hendra Damanik mengatakan, petugas memang belum menindak para pengendara berpelat genap saat ini karena masih dalam tahap sosialisasi selama sepekan.
"Perluasan sistem ganjil genap hingga GT Tambun sebagai upaya untuk memecah kepadatan di jalan tol yang sangat padat," kata Hendra di Tambun, Bekasi.
Menurut dia, kemacetan ini dipicu adanya tiga proyek strategis nasional yang dilakukan secara bersamaan di ruas tol. Ketiga proyek itu adalah pembangunan tol Jakarta-Cikampek Elevated di median jalan, Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung di sisi selatan tol dan light rail transit (LRT) di sisi utara tol. "Sistem ini mulai berjalan efektif," ujarnya.
Penerapan sistem di GT Tambun, kata dia, sudah mulai meningkatkan kecepatan kendaraan arah Jakarta naik 26 persen dan rasio volume kendraaan dengan ketersediaan jalan (V/C) menurun 14 persen. Apalagi, pemberlakukan itu tertuang dalam Peraturan Menteri Nomor 18 Tahun 2018 Tentang Pengaturan Lalu Lintas Selama Masa Pembangunan Proyek Infrastruktur Strategis Nasional.
Aturan itu menyebutkan, lima gerbang yakni GT Pondok Gede Barat, Pondok Gede Timur, Bekasi Timur, Bekasi Barat dan Tambun diberlakukan sistem ganjil genap. Pemerintah kemudian menerapkan aturan ini lebih dulu di GT Pondok Gede Barat, Pondok Gede Timur, Bekasi Timur dan Bekasi Barat. Kemudian disusul GT Tambun pada Kamis (15/11/2018) ini.
Atas kebijakan ini, kata dia, Kementerian Perhubungan telah menyediakan sekitar 100 bus di GT Tambun untuk mengakomodasi masyarakat yang biasanya melewati tol tersebut dengan kendaraan pribadi.
"Bus yang disiapkan adalah Transjabodetabek dan JR Connection, sehingga masyarakat bisa beralih ke moda tranportasi masal," ujarnya.
General Manager Jasa Marga Cabang Jakarta Cikampek, Raddy R Lukman menambahkan, semakin tingginya aktivitas proyek maka berimplikasi pada kepadatan kendaraan di ruas tol. Atas dasar itu, pemerintah mengeluarkan kebijakan ganjil genap untuk menyiasati kemacetan yang terjadi di ruas tol. "Karena kepadatan di tol Japek sangat parah saat ini," katanya.
Bahkan berdasarkan kajiannya, pengguna kendaraan yang tidak bisa masuk ke tol melalui GT Bekasi Timur cenderung melintas di GT Tambun, sehingga pemberlakuan sistem ganjil genap yang telah berjalan dinilai kurang efektif.
"Pengguna jalan diharapkan memang bisa berpindah moda atau berpindah waktu sehingga, jam padatnya di ruas Cawang Bekasi jadi berkurang," ungkapnya.
Salah seorang pengendara mobil Honda Jazz bernopol B 3226 KFE, Nur Anisa (28) mengaku, baru mengetahui adanya sistem ganjil genap kendaraan saat berada di GT Tambun. Saat masuk GT Tambun arah Jakarta untuk menuju Bekasi Timur, tiba-tiba laju kendaraannya dihentikan petugas. "Tadi mobil sempat dihentikan dan saya dikasih brosur sistem ganjil genap," katanya.
Anisa mengatakan, sebetulnya dia kurang setuju dengan adanya penerapan sistem ini. Kini, dia harus kembali menyiasati waktu perjalanannya dengan berangkat lebih pagi sebelum aturan ini diberlakukan. Padahal selama ini dia telah menyiasati perjalanannya dengan masuk tol lewat GT Tambun untuk menuju DKI Jakarta.
Anisa yang tinggal di daerah Jatimulya dekat GT Bekasi Timur, sejak beberapa bulan ini terpaksa bertolak ke GT Tambun untuk menghindari penerapan ganjil genap yang lebih dulu dilakukan di GT Bekasi Timur.
"Karena sekarang ada ganjil genap juga di Tambun, mungkin jam 06.00 kurang saya harus sudah masuk gerbang, karena selama ini kan saya masuk gerbang jam 06.30," ungkapnya.
Dia berharap, agar pemerintah mengkaji ulang rencana itu. Dia juga meminta agar penerapan sistem ini hanya dilakukan di GT Bekasi Timur dan Bekasi Barat saja karena sistem ini justru mempersempit keinginannya untuk memakai kendaraan pribadi.
"Kalau naik angkutan umum seperti bus, saya masih kurang nyaman dibanding mobil sendiri," tukasnya.
Kepala Sub Bagian (Kasubbag) Humas Jasa Marga cabang Jakarta-Cikampek, Hendra Damanik mengatakan, petugas memang belum menindak para pengendara berpelat genap saat ini karena masih dalam tahap sosialisasi selama sepekan.
"Perluasan sistem ganjil genap hingga GT Tambun sebagai upaya untuk memecah kepadatan di jalan tol yang sangat padat," kata Hendra di Tambun, Bekasi.
Menurut dia, kemacetan ini dipicu adanya tiga proyek strategis nasional yang dilakukan secara bersamaan di ruas tol. Ketiga proyek itu adalah pembangunan tol Jakarta-Cikampek Elevated di median jalan, Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung di sisi selatan tol dan light rail transit (LRT) di sisi utara tol. "Sistem ini mulai berjalan efektif," ujarnya.
Penerapan sistem di GT Tambun, kata dia, sudah mulai meningkatkan kecepatan kendaraan arah Jakarta naik 26 persen dan rasio volume kendraaan dengan ketersediaan jalan (V/C) menurun 14 persen. Apalagi, pemberlakukan itu tertuang dalam Peraturan Menteri Nomor 18 Tahun 2018 Tentang Pengaturan Lalu Lintas Selama Masa Pembangunan Proyek Infrastruktur Strategis Nasional.
Aturan itu menyebutkan, lima gerbang yakni GT Pondok Gede Barat, Pondok Gede Timur, Bekasi Timur, Bekasi Barat dan Tambun diberlakukan sistem ganjil genap. Pemerintah kemudian menerapkan aturan ini lebih dulu di GT Pondok Gede Barat, Pondok Gede Timur, Bekasi Timur dan Bekasi Barat. Kemudian disusul GT Tambun pada Kamis (15/11/2018) ini.
Atas kebijakan ini, kata dia, Kementerian Perhubungan telah menyediakan sekitar 100 bus di GT Tambun untuk mengakomodasi masyarakat yang biasanya melewati tol tersebut dengan kendaraan pribadi.
"Bus yang disiapkan adalah Transjabodetabek dan JR Connection, sehingga masyarakat bisa beralih ke moda tranportasi masal," ujarnya.
General Manager Jasa Marga Cabang Jakarta Cikampek, Raddy R Lukman menambahkan, semakin tingginya aktivitas proyek maka berimplikasi pada kepadatan kendaraan di ruas tol. Atas dasar itu, pemerintah mengeluarkan kebijakan ganjil genap untuk menyiasati kemacetan yang terjadi di ruas tol. "Karena kepadatan di tol Japek sangat parah saat ini," katanya.
Bahkan berdasarkan kajiannya, pengguna kendaraan yang tidak bisa masuk ke tol melalui GT Bekasi Timur cenderung melintas di GT Tambun, sehingga pemberlakuan sistem ganjil genap yang telah berjalan dinilai kurang efektif.
"Pengguna jalan diharapkan memang bisa berpindah moda atau berpindah waktu sehingga, jam padatnya di ruas Cawang Bekasi jadi berkurang," ungkapnya.
Salah seorang pengendara mobil Honda Jazz bernopol B 3226 KFE, Nur Anisa (28) mengaku, baru mengetahui adanya sistem ganjil genap kendaraan saat berada di GT Tambun. Saat masuk GT Tambun arah Jakarta untuk menuju Bekasi Timur, tiba-tiba laju kendaraannya dihentikan petugas. "Tadi mobil sempat dihentikan dan saya dikasih brosur sistem ganjil genap," katanya.
Anisa mengatakan, sebetulnya dia kurang setuju dengan adanya penerapan sistem ini. Kini, dia harus kembali menyiasati waktu perjalanannya dengan berangkat lebih pagi sebelum aturan ini diberlakukan. Padahal selama ini dia telah menyiasati perjalanannya dengan masuk tol lewat GT Tambun untuk menuju DKI Jakarta.
Anisa yang tinggal di daerah Jatimulya dekat GT Bekasi Timur, sejak beberapa bulan ini terpaksa bertolak ke GT Tambun untuk menghindari penerapan ganjil genap yang lebih dulu dilakukan di GT Bekasi Timur.
"Karena sekarang ada ganjil genap juga di Tambun, mungkin jam 06.00 kurang saya harus sudah masuk gerbang, karena selama ini kan saya masuk gerbang jam 06.30," ungkapnya.
Dia berharap, agar pemerintah mengkaji ulang rencana itu. Dia juga meminta agar penerapan sistem ini hanya dilakukan di GT Bekasi Timur dan Bekasi Barat saja karena sistem ini justru mempersempit keinginannya untuk memakai kendaraan pribadi.
"Kalau naik angkutan umum seperti bus, saya masih kurang nyaman dibanding mobil sendiri," tukasnya.
(mhd)