BRT Koridor 2 Melintas di Perumnas, Sopir Angkot di Tangerang Protes
A
A
A
TANGERANG - Pengembangan Bus Rapid Transit (BRT) Koridor 2 dengan tujuan Terminal Poris Plawad-Cibodas yang masuk ke wilayah perumahan, di Perumnas diprotes para sopir angkutan kota. Karena kebijakan itu dinilai sangat kontraproduktif dan akan mematikan moda transportasi angkutan kota yang ada.
Pengurus Paguyuban Pengemudi Jasa Transportasi Kota Tangerang Saiful Basri mengatakan, pengembangan moda transportasi massal di Kota Tangerang menuai polemik dan merugikan angkot.
"Kami berharap BRT yang melintasi wilayah Perumnas di Koridor 2 dihapuskan, karena sangat mempengaruhi pemasukan sopir angkot R11 Cikokol-Perumnas, dan B02 Cimone-Karawaci," katanya, Minggu (14/10/2018).
Para sopir, sambung Saiful Basri, tidak pernah mempersoalkan BRT sebelumnya. Karena, tujuan dari BRT sendiri dinilai sejalan dengan angkot dalam memudahkan transportasi warga di dalam perkotaan.
Masalah baru muncul saat BRT Koridor 2 diluncurkan, sejak Juni 2018 lalu. Sebelum BRT Koridor 2 diaktifkan, BRT Koridor 1 tujuan Poris Plawad-Jatiuwung diluncurkan.
Bus berkapasitas 22 penumpang itu, punya segudang keunggulan yang tidak dipunyai angkot, seperti tarif flat Rp2.000 sekali naik, bangku empuk, ber-AC, dan nyaman. Pada awalnya, bus ini sepi penumpang.
Namun, lambat laun mulai banyak diminati warga. Hingga Maret 2018, sedikitnya sudah 38 ribu warga yang menumpang BRT ini. Kedepan, BRT akan ditambah 4 Koridor lagi, jika Koridor 2 ini mendulang sukses.
"Kita berharap, BRT Koridor 2 ini tidak lagi masuk wilayah perumahan itu, tetapi tetap berada di jalur protokol yang ada di lintasan Imam Bonjol hingga Palm Semi," jelasnya.
Sopian, salah seorang sopir angkota R11 mengatakan, sejak BRT Koridor 2 berjalan, pemasukannya narik angkot terjun bebas, dari ratusan ribu, jadi hanya puluhan ribu.
"Kalau sudah begitu, bagaimana saya bisa setoran, dan memberi nafkah anak dan istri saya di rumah. Untuk bayar setoran mobil harian saja tidak bisa, apalagi untuk kebutuhan anak istri di rumah," paparnya.
Pengurus Paguyuban Pengemudi Jasa Transportasi Kota Tangerang Saiful Basri mengatakan, pengembangan moda transportasi massal di Kota Tangerang menuai polemik dan merugikan angkot.
"Kami berharap BRT yang melintasi wilayah Perumnas di Koridor 2 dihapuskan, karena sangat mempengaruhi pemasukan sopir angkot R11 Cikokol-Perumnas, dan B02 Cimone-Karawaci," katanya, Minggu (14/10/2018).
Para sopir, sambung Saiful Basri, tidak pernah mempersoalkan BRT sebelumnya. Karena, tujuan dari BRT sendiri dinilai sejalan dengan angkot dalam memudahkan transportasi warga di dalam perkotaan.
Masalah baru muncul saat BRT Koridor 2 diluncurkan, sejak Juni 2018 lalu. Sebelum BRT Koridor 2 diaktifkan, BRT Koridor 1 tujuan Poris Plawad-Jatiuwung diluncurkan.
Bus berkapasitas 22 penumpang itu, punya segudang keunggulan yang tidak dipunyai angkot, seperti tarif flat Rp2.000 sekali naik, bangku empuk, ber-AC, dan nyaman. Pada awalnya, bus ini sepi penumpang.
Namun, lambat laun mulai banyak diminati warga. Hingga Maret 2018, sedikitnya sudah 38 ribu warga yang menumpang BRT ini. Kedepan, BRT akan ditambah 4 Koridor lagi, jika Koridor 2 ini mendulang sukses.
"Kita berharap, BRT Koridor 2 ini tidak lagi masuk wilayah perumahan itu, tetapi tetap berada di jalur protokol yang ada di lintasan Imam Bonjol hingga Palm Semi," jelasnya.
Sopian, salah seorang sopir angkota R11 mengatakan, sejak BRT Koridor 2 berjalan, pemasukannya narik angkot terjun bebas, dari ratusan ribu, jadi hanya puluhan ribu.
"Kalau sudah begitu, bagaimana saya bisa setoran, dan memberi nafkah anak dan istri saya di rumah. Untuk bayar setoran mobil harian saja tidak bisa, apalagi untuk kebutuhan anak istri di rumah," paparnya.
(ysw)