Revitalisasi Rusunawa Penjaringan, Penghuni Rusun Minta Direlokasi
A
A
A
JAKARTA - Warga yang menempati sepuluh blok Rusunawa di RW 6, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara, meminta kepada Pemprov DKI untuk merelokasi mereka sebelum bangunan rusunawa direvitalisasi tahun depan.
Ketua RW 6, Hartoyo, menjelaskan pada prinsipnya warga mendukung Pemprov DKI Jakarta mendukung revitalisasi 10 blok yang sudah berusia 30-an tahun tersebut. “Tapi kami trauma, karena pada revitaliasi tahap pertama pada 2017, warga dibiarkan begitu saja. Dulu itu 3 blok, apalagi sekarang 10 blok,” kata Hartoyo di Jakarta, Sabtu (29/9/2018).
“Apabila relokasi belum terealisasi, maka warga kami menolak untuk revitalisasi,” tegasnya. Hartoyo mengenang, pembiaran saat revitalisasi 2017 sangat menyusahkan karena warga harus menyewa kontrakan yang tarifnya sangat tinggi.
Belum lagi, kala itu warga harus mengosongkan Rusunawa saat masa sekolah anak dan sebelum Lebaran 2017. “Itu sangat memberatkan. Belum lagi para pemilik kontrakan di sekitar Rusunawa pada aji mumpung dengan menaikkan harga sewanya,” kata Hartoyo.
Dalam revitalisasi pada 2017 yang memakan waktu 1,5 tahun, kata Hartoyo, warga harus membayar kontrakan sekaligus per tahun dengan harga yang cukup tinggi. “Bayangkan, di Rusunawa warga cuma bayar Rp40 ribu per bulan, di kontrakan harus bayar Rp10-15 juta per tahun,” katanya.
Relokasi, kata Hartoyo, pasti sangat meringankan 4.160 jiwa yang menghuni 978 unit di 10 blok yang akan direvitalisasi. “Kan masih ada Rusunawa Kemayoran dan Tegalalur yang kosong,” ujarnya.
Seperti diketahui, revitalisasi tahap II Rusunawa RW 06 Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, akan dilakukan pada 2019. Sosialisasi revitalisasi terhadap 10 blok (A, B, C, D, H, I, J, K, L, M) ini juga sudah dilakukan.
Rencananya, program revitalisasi ini akan membangun 4 tower Rusunawa dengan masing-masing 20 lantai. Luas unit pun akan ditambah, dari 18 meter persegi, menjadi 36 meter persegi.
Ketua RW 6, Hartoyo, menjelaskan pada prinsipnya warga mendukung Pemprov DKI Jakarta mendukung revitalisasi 10 blok yang sudah berusia 30-an tahun tersebut. “Tapi kami trauma, karena pada revitaliasi tahap pertama pada 2017, warga dibiarkan begitu saja. Dulu itu 3 blok, apalagi sekarang 10 blok,” kata Hartoyo di Jakarta, Sabtu (29/9/2018).
“Apabila relokasi belum terealisasi, maka warga kami menolak untuk revitalisasi,” tegasnya. Hartoyo mengenang, pembiaran saat revitalisasi 2017 sangat menyusahkan karena warga harus menyewa kontrakan yang tarifnya sangat tinggi.
Belum lagi, kala itu warga harus mengosongkan Rusunawa saat masa sekolah anak dan sebelum Lebaran 2017. “Itu sangat memberatkan. Belum lagi para pemilik kontrakan di sekitar Rusunawa pada aji mumpung dengan menaikkan harga sewanya,” kata Hartoyo.
Dalam revitalisasi pada 2017 yang memakan waktu 1,5 tahun, kata Hartoyo, warga harus membayar kontrakan sekaligus per tahun dengan harga yang cukup tinggi. “Bayangkan, di Rusunawa warga cuma bayar Rp40 ribu per bulan, di kontrakan harus bayar Rp10-15 juta per tahun,” katanya.
Relokasi, kata Hartoyo, pasti sangat meringankan 4.160 jiwa yang menghuni 978 unit di 10 blok yang akan direvitalisasi. “Kan masih ada Rusunawa Kemayoran dan Tegalalur yang kosong,” ujarnya.
Seperti diketahui, revitalisasi tahap II Rusunawa RW 06 Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, akan dilakukan pada 2019. Sosialisasi revitalisasi terhadap 10 blok (A, B, C, D, H, I, J, K, L, M) ini juga sudah dilakukan.
Rencananya, program revitalisasi ini akan membangun 4 tower Rusunawa dengan masing-masing 20 lantai. Luas unit pun akan ditambah, dari 18 meter persegi, menjadi 36 meter persegi.
(ysw)