Kelestarian Setu Parigi Tanggung Jawab Bersama

Senin, 27 Agustus 2018 - 23:33 WIB
Kelestarian Setu Parigi Tanggung Jawab Bersama
Kelestarian Setu Parigi Tanggung Jawab Bersama
A A A
TANGERANG - Setu Parigi yang terletak di Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) bisa dijadikan sumber kehidupan masyarakat sekitar. Maka itu, keberadaan setu tersebut harus dijaga dari limbah rumah tangga.

Namun sayang, setu yang dibuat pada zaman penjajahan Belanda, seluas 450 hektare itu, mengalami penyusutan akibat ulah pembangunan.

Bahkan, kondisi ini semakin diperparah banyaknya limbah rumah tangga yang dibuang langsung ke setu. Limbah-limbah itu dibuang ke kali dari Perumahan Villa Dago Tol, Bukit Nusa Indah dan Bintaro Jaya.

Ada juga yang dibuang ke dalam saluran air dari Sekolah Jepang, dan penduduk di sekitar Setu Parigi. Wajah setu yang asri pun berubah menjadi tandus, kumuh oleh sampah dan mengalami pendangkalan.

Kebiasaan anak-anak yang biasa bermain air di sekitar setu pun kini menghilang. Setu yang sebelumnya dijadikan sumber air bersih untuk minum warga pun kini mulai tidak dipakai lagi, karena tercemar kotoran.

Di tengah kondisi setu yang terpuruk itu, Suhanda Johan alias Kimpo (51) hadir. Dia, awalnya bekerja sendiri membersihkan limbah sampah yang menumpuk dan terlihat di permukaan dengan tangannya.

Aksi membersihkan setu ini, mendapat cibiran warga. Berbagai stigma negatif pun mulai dialamatkan kepadanya. Namun, Kimpo jalan terus. Hingga akhirnya, aksinya berbuah nyata dan menarik simpati.

Setu yang kumuh pun lambat laun menjadi bersih. Sampah yang menumpuk di sana-sini setiap hari diangkut. Dalam seminggu, dirinya mentaksir sampah yang dibuang ke setu ini mencapai lebih 3 ton.

"Sampah-sampah itu lalu saya bakar. Ada juga yang dibuang oleh petugas dinas dengan mengunakan mobil," kata Kimpo, saat berbincang dengan KORAN SINDO di Setu Parigi, Pondok Aren, Senin (27/8/2018).

Pihaknya pun kerap melayangkan surat pengaduan dan keluhan kepada dinas terkait untuk menjaga kelestarian setu ini. Namun, apa daya kasih tak sampai. Baru beberapa tahun ini suratnya direspon.

Ada dua saluran pembuangan yang telah dipasang jaring sampah oleh dinas terkait. Sementara saluran pembuangan dari kali dan got warga, sekolah, full taxi, dan lainnya yang langsung ke setu ini banyak sekali.

"Dulu saya punya cita-cita sendiri bersihin setu. Tapi belum terlaksana, karena belum punya rezeki lebih. Akhirnya teman-teman banyak yang ikut mengurus setu. Ini saya lakukan dari dalam hati," sambungnya.

Pria yang hanya memiliki anak semata wayang ini juga mendirikan rumah blandongan di pinggir setu. Rumah ini, kini dijadikan pusat kebudayaan Betawi dan pendidikan bagi anak-anak sekolahan.

"Saya berbuat dari hati. Memang awalnya banyak yang bilang saya cari perhatian. Tetapi sebenarnya saya hanya ingin berbuat di sisa umur saya. Sehingga saat saya tidak ada, ada peninggalan saya," ungkapnya.

Proses memang tidak menciderai hasil. Usaha keras Kimung tidak sia-sia. Berbagai kegiatan pemerintahan pun akhirnya mulai digelar di Setu Parigi, tempatnya bermain saat kecil, dan hidup dihari tuanya itu.

Seperti yang diadakan hari ini, pemerintah dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang Selatan menggelar kegiatan upacara di tengah setu yang dilanjutkan dengan sejumlah permainan panjat pinang.

Acara yang bertajuk Gebyar 3 R atau Reduces, Reuse, dan Recycle ini menarik. Dihadiri masyarakat, siswa sekolah, acara diwarnai dengan lomba, dan bentangan bendera merah putih terpanjang.

Meski di tengah kegiatan, bendera tersebut mengalami sobek besar, namun tidak mengurangi khitmat peserta upacara. Wakil Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie dan sejumlah pejabat pun mulai berdatangan.

Kepada wartawan, Benyamin mengaku, sangat prihatin dengan kondisi Setu Parigi yang menjadi tempat pembuangan limbah rumah tangga warga. Namun, pihaknya mengaku belum bisa berbuat banyak.

"Ini kita adakan Gebyar 3 R di Setu Parigi ini untuk memulai kebersihan setu. Karena membersihkan setu itu kerja bareng dengan masyarakat. Ini untuk kesekian kalinya kita kerja dengan masyarakat," sambungnya.

Lebih lanjut, Ben berharap, ada peran serta pemerintah pusat. Terutama yang punya wewenang soal setu, untuk bersama-sama mengangkut sampah yang menumpuk di setu. Tidak hanya di Setu Parigi saja.

Dijelaskan dia, kondisi setu-setu yang ada di Kota Tangsel banyak yang memprihatinkan. Ada yang mengalami pendangkalan akibat sampah, pengurukan untuk pembangunan, dan lainnya yang butuh perhatian pusat.

"Memang soal setu itu multifungsi, bukan hanya untuk menampung air. Tetapi untuk rekreasi. Sebenarnya sumber dayanya masih bisa kira tingkatkan, tapi belum bisa kita lakukan hingga kini," katanya.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4532 seconds (0.1#10.140)