Miliki Tarif Resmi, DKI Optimistis OK Otrip Tembus 2000 Armada
A
A
A
JAKARTA - Pemprov DKI Jakarta optimistis program transportasi One Karcis One Trip (OK Otrip) mencapai 2.000 armada bus kecil yang melayani ke permukiman hingga akhir tahun ini. Tarif rupiah per kilometer yang menjadi kendala kini sudah ada di LPSE.jakarta.go.id.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Andri Yansyah mengatakan, saat ini kendala utama program OK Otrip yakni perbedaan rupiah per kilometer sudah terselesaikan. Dimana, ada dua tarif yang berbeda sesuai jarak tempuh armada di trayek dan sudah terpampang di LPSE.jakarta.go.id.
"Untuk trayek berjarak 200 kilometer, yaitu sekitar Rp3.616 dan jarak 180 kilometer itu sekitar Rp3.902," kata Andri pada Minggu, 26 Agustus 2018 kemarin. Menurutnya, angka tersebut merupakan hasil diskusi dengan para operator existing yang belum bergabung lantaran ketetapan tarif sebelumnya Rp3.700 per kilometer dianggap merugi.
Menurut Andri, saat ini sudah lima operator yang bergabung, sedangkan sisanya sudah setuju tinggal kerja sama dengan PT Transjakarta saja. Andri menjelaskan, operator bus kecil di Jakarta sedikitnya ada 11. Di antaranya yaitu, KWK, Budi Luhur, Komilet Jaya, Kopamilet Jaya, Komika Jaya, Purimas Jaya, Kolamas Jaya, Kojang Jaya, Kencana Sakti Transport, Lestarisurya Gemapersada, dan Puskopau Lanud Halim Perdana Kusuma.
Dengan adanya tarif rupiah per kilometer yang berbeda sesuai jarak dan kondisi trayek, lanjut Andri, PT Transportasi Jakarta sebagai perusahaan daerah yang memiliki kewenangan menangani OK Otrip seharusnya bisa mencapai target 2.000 armada bus kecil yang tergabung dalam OK Otrip hingga akhir tahun ini.
"Tarif rupiah kilometer dalam OK Otrip itu Ibarat keran air sudah terbuka, jadi tinggal ngalir semuanya," ucapnya.
Kepala Humas PT Transportasi Jakarta (Transjakarta), Wibowo menuturkan, lima operator yang sudah bergabung saat ini yaitu KWK, Budi Luhur, PUSKOPAU, PT. Kencana Sakti dan PT. Lestarisurya Gema Persada Purimas. Sementara sisanya masih dalam negoisasi.
"Bukan negoisasi tarif. Kalau tarif kan sudah ada di LPSE," ungkapnya. Hingga saat ini, lanjut Bowo, pelanggan OK-OTrip sudah lebih dari 40.000 orang dengan 15 rute yang telah beroperasi.
Sementara itu,Ketua Organda DKI Jakarta, Shafruhan Sinungan menilai OK Otrip yang diuji cobakan saat ini hanyalah asal dan hanya menyentuh sistem tapping saja. Padahal, untuk memindahkan pengendara pribadi ke dalam angkutan umum sesuai program OK Otrip dan diatur dalam Permenhub 29/2015, angkutan umum harus memenuhi SPM fasilitas pelayanan.
Artinya, lanjut Shafruhan, selain menghitung bersama komponen rupiah perkilometer dan jarak tempuh, SPM menjadi sangat penting dalam program OK Otrip yang menyentuh hingga ke pemukiman. "Nah kalau yang terjadi saat ini, apa bedanya dengan angkot yang ada? Cuma tapping doang kan. Naik dan turun penumpang saja sembarangan," ucapnya.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Andri Yansyah mengatakan, saat ini kendala utama program OK Otrip yakni perbedaan rupiah per kilometer sudah terselesaikan. Dimana, ada dua tarif yang berbeda sesuai jarak tempuh armada di trayek dan sudah terpampang di LPSE.jakarta.go.id.
"Untuk trayek berjarak 200 kilometer, yaitu sekitar Rp3.616 dan jarak 180 kilometer itu sekitar Rp3.902," kata Andri pada Minggu, 26 Agustus 2018 kemarin. Menurutnya, angka tersebut merupakan hasil diskusi dengan para operator existing yang belum bergabung lantaran ketetapan tarif sebelumnya Rp3.700 per kilometer dianggap merugi.
Menurut Andri, saat ini sudah lima operator yang bergabung, sedangkan sisanya sudah setuju tinggal kerja sama dengan PT Transjakarta saja. Andri menjelaskan, operator bus kecil di Jakarta sedikitnya ada 11. Di antaranya yaitu, KWK, Budi Luhur, Komilet Jaya, Kopamilet Jaya, Komika Jaya, Purimas Jaya, Kolamas Jaya, Kojang Jaya, Kencana Sakti Transport, Lestarisurya Gemapersada, dan Puskopau Lanud Halim Perdana Kusuma.
Dengan adanya tarif rupiah per kilometer yang berbeda sesuai jarak dan kondisi trayek, lanjut Andri, PT Transportasi Jakarta sebagai perusahaan daerah yang memiliki kewenangan menangani OK Otrip seharusnya bisa mencapai target 2.000 armada bus kecil yang tergabung dalam OK Otrip hingga akhir tahun ini.
"Tarif rupiah kilometer dalam OK Otrip itu Ibarat keran air sudah terbuka, jadi tinggal ngalir semuanya," ucapnya.
Kepala Humas PT Transportasi Jakarta (Transjakarta), Wibowo menuturkan, lima operator yang sudah bergabung saat ini yaitu KWK, Budi Luhur, PUSKOPAU, PT. Kencana Sakti dan PT. Lestarisurya Gema Persada Purimas. Sementara sisanya masih dalam negoisasi.
"Bukan negoisasi tarif. Kalau tarif kan sudah ada di LPSE," ungkapnya. Hingga saat ini, lanjut Bowo, pelanggan OK-OTrip sudah lebih dari 40.000 orang dengan 15 rute yang telah beroperasi.
Sementara itu,Ketua Organda DKI Jakarta, Shafruhan Sinungan menilai OK Otrip yang diuji cobakan saat ini hanyalah asal dan hanya menyentuh sistem tapping saja. Padahal, untuk memindahkan pengendara pribadi ke dalam angkutan umum sesuai program OK Otrip dan diatur dalam Permenhub 29/2015, angkutan umum harus memenuhi SPM fasilitas pelayanan.
Artinya, lanjut Shafruhan, selain menghitung bersama komponen rupiah perkilometer dan jarak tempuh, SPM menjadi sangat penting dalam program OK Otrip yang menyentuh hingga ke pemukiman. "Nah kalau yang terjadi saat ini, apa bedanya dengan angkot yang ada? Cuma tapping doang kan. Naik dan turun penumpang saja sembarangan," ucapnya.
(whb)