Bekasi Kucurkan Anggaran Rp8 Miliar Restorasi Curug Parigi
A
A
A
BEKASI - Pemerintah Kota Bekasi mulai merestorasi Curug Parigi di Kelurahan Cikiwul, Kecamatan Bantar Gebang, Kota Bekasi sebagai wisata alam pada 2018 ini. Curug Parigi yang berada di aliran Kali Bekasi ini saat ini dijadikan andalan objek wisata di Kota Bekasi.
"Biaya yang dikucurkan untuk merestorasi curug yang berada di perbatasan antara Kota Bekasi dengan Kabupaten Bogor ini mencapai Rp8 miliar," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Bekasi, Ahmad Zarkasih pada Senin (16/4).
Menurutnya, anggaran sebesar itu digunakan untuk menata beberapa fasilitas umum. Di antaranya, lahan parkir kendaraan pengunjung, musolah, dua menara pandang, jembatan dan fasilitas lainnya untuk mendukung wisata yang berada dalam aliran Kali Bekasi tersebut.
Apalagi, kata dia, penataan Curug Parigi dilakukan sesuai FS (Feasibility Study/studi kelayakan) dan DED (Detail Engineering Design/proyek perencanaan fisik) yang ada."Kajian FS dan DED sudah dilakukan oleh dinasnya sejak awal tahun 2017," ungkapnya.
Hasil kajian itu menyatakan, bahwa air terjun mini tersebut layak dijadikan wisata alam, apalagi Kota Bekasi belum memiliki wisata serupa. Karena itu, banyak warga Kota Bekasi bertolak ke daerah lain seperti DKI Jakarta untuk mencari hiburan wisata alam.
"Kita coba menata semua potensi pariwisata dan budaya yang ada. Nanti akan kita kembangkan sebagai potensi destinasi wisata," ujarnya. Meski demikian, bahwa Curug Parigi merupakan wisata musiman. Artinya, hanya bisa dinikmati ketika musim kemarau, sedangkan musim hujan akan tertutup debit air hulu.
Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, Kustantina menambahkan, potensi wisata Curug Parigi memang cukup bagus, namun sayang aliran air di sana kerap dicemari oleh limbah pabrik. Menurut dia, sudah banyak masyarakat yang mengeluh karena adanya limbah pabrik di aliran curug itu.
"Air akan terus tercemar selama pabrik yang berdiri di bantaran Sungai Cileungsi atau di bagian hulu terus membuang limbahnya yang tidak sesuai baku mutu tersebut ke sungai," katanya. Untuk itu, pihaknya telah menjalin nota kesepahaman (MoU) tentang penanganan limbah.
Namun berdasarkan inspeksi mendadak (sidak) petugas beberapa waktu lalu, pencemaran justru bersumber dari aliran Sungai Cileungsi. "Kita sudah sering berkirim surat ke Kabupaten Bogor sebagai bentuk peringatan terhadap kebersihan Kali Bekasi," tegasnya.
Salah seorang warga sekitar, Tuti (23), mengatakan sejak tahun 1980-an, curug ini selalu banyak pengunjung. Bahkan air terjun mini yang mirip dengan Air Terjun Niagara, Amerika Serikat tersebut kerap dijadikan lokasi syuting FTV, sinetron, reality show, hingga film layar lebar.
Salah satu film tahun 1980-an yang pernah mengambil panorama di sana adalah film "Dia Sang Penakluk" yang diperankan oleh almarhumah Suzanna. "Banyak pengunjung yang dari daerah lain justru kecewa karena airnya berbau busuk, tapi pemandangangan indah," paparnya.
Menurut Wati, setiap hari ada saja pengunjung yang datang ke lokasi. Paling banyak bisa mencapai 30 orang, dan biasanya datang pada musim liburan sekolah atau libur nasional. "Datangnya juga cuma sebentar, hanya foto-foto setelah itu pulang," katanya.
Sementara itu, Novi (38), menyayangkan kondisi Curug Parigi yang kurang terawat dan pengelolaannya masih dilakukan seadanya. Selain itu, warna air di sana juga tampak keruh dan berbau kurang sedap. "Saya lihat curug ini dari media sosial, lalu berinisiatif dengan suami untuk datang ke sini," ujarnya.
"Biaya yang dikucurkan untuk merestorasi curug yang berada di perbatasan antara Kota Bekasi dengan Kabupaten Bogor ini mencapai Rp8 miliar," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Bekasi, Ahmad Zarkasih pada Senin (16/4).
Menurutnya, anggaran sebesar itu digunakan untuk menata beberapa fasilitas umum. Di antaranya, lahan parkir kendaraan pengunjung, musolah, dua menara pandang, jembatan dan fasilitas lainnya untuk mendukung wisata yang berada dalam aliran Kali Bekasi tersebut.
Apalagi, kata dia, penataan Curug Parigi dilakukan sesuai FS (Feasibility Study/studi kelayakan) dan DED (Detail Engineering Design/proyek perencanaan fisik) yang ada."Kajian FS dan DED sudah dilakukan oleh dinasnya sejak awal tahun 2017," ungkapnya.
Hasil kajian itu menyatakan, bahwa air terjun mini tersebut layak dijadikan wisata alam, apalagi Kota Bekasi belum memiliki wisata serupa. Karena itu, banyak warga Kota Bekasi bertolak ke daerah lain seperti DKI Jakarta untuk mencari hiburan wisata alam.
"Kita coba menata semua potensi pariwisata dan budaya yang ada. Nanti akan kita kembangkan sebagai potensi destinasi wisata," ujarnya. Meski demikian, bahwa Curug Parigi merupakan wisata musiman. Artinya, hanya bisa dinikmati ketika musim kemarau, sedangkan musim hujan akan tertutup debit air hulu.
Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, Kustantina menambahkan, potensi wisata Curug Parigi memang cukup bagus, namun sayang aliran air di sana kerap dicemari oleh limbah pabrik. Menurut dia, sudah banyak masyarakat yang mengeluh karena adanya limbah pabrik di aliran curug itu.
"Air akan terus tercemar selama pabrik yang berdiri di bantaran Sungai Cileungsi atau di bagian hulu terus membuang limbahnya yang tidak sesuai baku mutu tersebut ke sungai," katanya. Untuk itu, pihaknya telah menjalin nota kesepahaman (MoU) tentang penanganan limbah.
Namun berdasarkan inspeksi mendadak (sidak) petugas beberapa waktu lalu, pencemaran justru bersumber dari aliran Sungai Cileungsi. "Kita sudah sering berkirim surat ke Kabupaten Bogor sebagai bentuk peringatan terhadap kebersihan Kali Bekasi," tegasnya.
Salah seorang warga sekitar, Tuti (23), mengatakan sejak tahun 1980-an, curug ini selalu banyak pengunjung. Bahkan air terjun mini yang mirip dengan Air Terjun Niagara, Amerika Serikat tersebut kerap dijadikan lokasi syuting FTV, sinetron, reality show, hingga film layar lebar.
Salah satu film tahun 1980-an yang pernah mengambil panorama di sana adalah film "Dia Sang Penakluk" yang diperankan oleh almarhumah Suzanna. "Banyak pengunjung yang dari daerah lain justru kecewa karena airnya berbau busuk, tapi pemandangangan indah," paparnya.
Menurut Wati, setiap hari ada saja pengunjung yang datang ke lokasi. Paling banyak bisa mencapai 30 orang, dan biasanya datang pada musim liburan sekolah atau libur nasional. "Datangnya juga cuma sebentar, hanya foto-foto setelah itu pulang," katanya.
Sementara itu, Novi (38), menyayangkan kondisi Curug Parigi yang kurang terawat dan pengelolaannya masih dilakukan seadanya. Selain itu, warna air di sana juga tampak keruh dan berbau kurang sedap. "Saya lihat curug ini dari media sosial, lalu berinisiatif dengan suami untuk datang ke sini," ujarnya.
(whb)