Tangerang Selatan, Kota Satelit Buruan Kaum Urban
A
A
A
TANGERANG Selatan (Tangsel) dalam dua dekade ini menjelma kota maju di dekat Ibu Kota DKI Jakarta. Menggeliat lewat pembangunan perumahan elite di kawasan Serpong dan Bintaro. Kelas menengah ke bawah banyak menghuni perumahan di kawasan Ciputat. Hunian-hunian itu disokong fasilitas publik yang lengkap dan berskala internasional, seperti sekolah, pusat perbelanjaan, dan rumah sakit.
Untuk mendorong pembangunan perumahan, Pemkot Tangsel memberikan kemudahan perizinan kepada para pengembang. Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany mengatakan, pihaknya telah memotong rantai birokrasi dalam pengurusan izin pembangunan suatu perumahan. Salah satunya, menghilangkan izin gangguan (hinder ordonantie). Tak melulu berpihak pada pengembang kakap, Pemkot juga mendorong pembangunan perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Di tengah semakin sempitnya lahan, para pengembang tetap variatif dalam membangun perumahan, baik yang vertikal maupun tapak. Hunian vertikal pun tak hanya apartemen mahal yang lebih dulu melekat di Tangsel, tetapi ada yang bersubsidi. Pertengahan tahun lalu, Presiden Joko Widodo telah meresmikan pembangunan 6.000 unit rumah susun untuk MBR. Dari harga Rp293 juta per unit, pengembang hanya meminta down payment sebesar satu persen. "Punya rumah sendiri bukanlah sekadar mimpi bagi para pekerja dan buruh," ujar mantan Wali Kota Solo itu.
Airin mengatakan, semua jenis hunian itu harus selaras dengan konsep smart city yang diusung oleh Kota Tangsel. "Dapat menjadi alternatif (hunian) bagi masyarakat Tangsel dan luar wilayah," ujarnya. Menggeliatnya pembangunan perumahan berdampak pada ledakan penduduk yang lumayan besar. Pada 2011, penduduk Tangsel 1,2 juta jiwa, kini bertambah 300 ribu jiwa.
Pemkot Tangsel menyadari ledakan jumlah hunian dan penduduk itu harus diiringi dengan peningkatan kualitas sarana pendukung. Sekretaris Dinas Tata Kota, Bangunan, dan Pemukiman Tangsel Mukkodas Syuhada mengatakan, pihaknya akan menggandeng komunitas-komunitas yang ada untuk memoles sembilan situ dan lima sungai. Daerah aliran sungai dan lahan tidur akan disulap menjadi pusat kegiatan masyarakat dan ekonomi kreatif.
Lalu apa upaya Pemkot Tangsel mengantisipasi resapan air yang terus tergerus seiring tumbuhnya kawasan perumahan di wilayahnya? Simak laporan selengkapnya dalam Edisi Khusus Government Award Majalah SINDO Weekly No 04-07 Tahun 2018 yang terbit Senin (26/3/2018) hari ini.
Untuk mendorong pembangunan perumahan, Pemkot Tangsel memberikan kemudahan perizinan kepada para pengembang. Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany mengatakan, pihaknya telah memotong rantai birokrasi dalam pengurusan izin pembangunan suatu perumahan. Salah satunya, menghilangkan izin gangguan (hinder ordonantie). Tak melulu berpihak pada pengembang kakap, Pemkot juga mendorong pembangunan perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Di tengah semakin sempitnya lahan, para pengembang tetap variatif dalam membangun perumahan, baik yang vertikal maupun tapak. Hunian vertikal pun tak hanya apartemen mahal yang lebih dulu melekat di Tangsel, tetapi ada yang bersubsidi. Pertengahan tahun lalu, Presiden Joko Widodo telah meresmikan pembangunan 6.000 unit rumah susun untuk MBR. Dari harga Rp293 juta per unit, pengembang hanya meminta down payment sebesar satu persen. "Punya rumah sendiri bukanlah sekadar mimpi bagi para pekerja dan buruh," ujar mantan Wali Kota Solo itu.
Airin mengatakan, semua jenis hunian itu harus selaras dengan konsep smart city yang diusung oleh Kota Tangsel. "Dapat menjadi alternatif (hunian) bagi masyarakat Tangsel dan luar wilayah," ujarnya. Menggeliatnya pembangunan perumahan berdampak pada ledakan penduduk yang lumayan besar. Pada 2011, penduduk Tangsel 1,2 juta jiwa, kini bertambah 300 ribu jiwa.
Pemkot Tangsel menyadari ledakan jumlah hunian dan penduduk itu harus diiringi dengan peningkatan kualitas sarana pendukung. Sekretaris Dinas Tata Kota, Bangunan, dan Pemukiman Tangsel Mukkodas Syuhada mengatakan, pihaknya akan menggandeng komunitas-komunitas yang ada untuk memoles sembilan situ dan lima sungai. Daerah aliran sungai dan lahan tidur akan disulap menjadi pusat kegiatan masyarakat dan ekonomi kreatif.
Lalu apa upaya Pemkot Tangsel mengantisipasi resapan air yang terus tergerus seiring tumbuhnya kawasan perumahan di wilayahnya? Simak laporan selengkapnya dalam Edisi Khusus Government Award Majalah SINDO Weekly No 04-07 Tahun 2018 yang terbit Senin (26/3/2018) hari ini.
(amm)