OK Otrip Berjalan, Jumlah Angkot di Jakarta Berkurang
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah armada angkutan umum di DKI Jakarta akan dihapus dalam implementasi program One Karcis One Trip (OK Otrip). Dari sebanyak 12.500 unit angkot jenis bus kecil, DKI hanya menampung 8.000 unit.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Andri Yansyah mengatakan, sebelum melaksanakan OK Otrip, pihaknya terlebih dahulu melakukan rerouting trayek agar tidak ada yang saling berhimpitan. Misalnya saja seperti di Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Andri menuturkan, dari 200 armada di satu trayek, sedikitnya hanya dibutuhkan 92 armada. Sementara sisanya sebanyak 118 armada akan diverifikasi terlebih dahulu sebelum dipikirkan rencana selanjutnya.
"Enggak mungkin kita alihkan ke trayek lain. Dari jumlah total 12.500 unit angkot jenis bus kecil dengan 157 trayek, setelah direrouting dengan 97 trayek hanya membutuhkan sekitar 8.000 armada," kata Andri Yansyah di Balai Kota DKI Jakarta, kemarin.
Andri menjelaskan, meski ada pengurangan sebanyak 4.500 armada, jumlah Sumber Daya Manusia (SDM)-nya dipastikan akan bertambah dua kali lipat. Sebab, terbagi dua shift dalam 1x24 jam beroperasi. Artinya, dari 8.000 armada, sedikitnya akan membutuhkan sopir sekitar 16.000.
Dalam pemilihan sopir, lanjut Andri, DKI tidak mempermasalahkan terkait identitas kependudukannya. Terpenting harus memiliki SIM A Umum dan utamanya adalah sopir existing. Sehingga, tujuan utama program OK Otrip untuk mengubah perilaku sopir, membuat nyaman, aman dan selamat penumpang, headway-nya tercapai.
"Untuk rupiah per kilometer dan jarak tempuh angkot ya kita lakukan survei bersama. Kami harap semuanya segera mengikuti OK Otrip," ujarnya.
Anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta, Tory Darmantoro menuturkan, porgram OK Otrip akan sukses bila kelembagaan PT Transportasi Jakarta ditata dengan baik. Di mana, lembaga tersebut dapat mengintegrasikan seluruh jenis layanan angkutan berbasis jalan.
"Lembaga integrator semacam ini merupakan kunci suksesnya kebijakan integrasi layanan seperti OK Otrip," tegasnya.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Andri Yansyah mengatakan, sebelum melaksanakan OK Otrip, pihaknya terlebih dahulu melakukan rerouting trayek agar tidak ada yang saling berhimpitan. Misalnya saja seperti di Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Andri menuturkan, dari 200 armada di satu trayek, sedikitnya hanya dibutuhkan 92 armada. Sementara sisanya sebanyak 118 armada akan diverifikasi terlebih dahulu sebelum dipikirkan rencana selanjutnya.
"Enggak mungkin kita alihkan ke trayek lain. Dari jumlah total 12.500 unit angkot jenis bus kecil dengan 157 trayek, setelah direrouting dengan 97 trayek hanya membutuhkan sekitar 8.000 armada," kata Andri Yansyah di Balai Kota DKI Jakarta, kemarin.
Andri menjelaskan, meski ada pengurangan sebanyak 4.500 armada, jumlah Sumber Daya Manusia (SDM)-nya dipastikan akan bertambah dua kali lipat. Sebab, terbagi dua shift dalam 1x24 jam beroperasi. Artinya, dari 8.000 armada, sedikitnya akan membutuhkan sopir sekitar 16.000.
Dalam pemilihan sopir, lanjut Andri, DKI tidak mempermasalahkan terkait identitas kependudukannya. Terpenting harus memiliki SIM A Umum dan utamanya adalah sopir existing. Sehingga, tujuan utama program OK Otrip untuk mengubah perilaku sopir, membuat nyaman, aman dan selamat penumpang, headway-nya tercapai.
"Untuk rupiah per kilometer dan jarak tempuh angkot ya kita lakukan survei bersama. Kami harap semuanya segera mengikuti OK Otrip," ujarnya.
Anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta, Tory Darmantoro menuturkan, porgram OK Otrip akan sukses bila kelembagaan PT Transportasi Jakarta ditata dengan baik. Di mana, lembaga tersebut dapat mengintegrasikan seluruh jenis layanan angkutan berbasis jalan.
"Lembaga integrator semacam ini merupakan kunci suksesnya kebijakan integrasi layanan seperti OK Otrip," tegasnya.
(whb)