OK Otrip Terkendala Tarif Kilometer yang Ditawarkan Transjakarta
A
A
A
JAKARTA - Program OK Otrip yang diyakini Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI dapat mengatasi kemacetan menemui kendala. Uji coba yang akan dilakukan selama tiga bulan sejak 15 Januari lalu baru menyentuh tiga dari enam trayek.
Humas PT Transportasi Jakarta (Transjakarta), Wibowo, mengatakan, sejak uji oba pada 15 Januari lalu, OK Otrip kini baru mencakup tiga rute, yakni Kampung Melayu-Duren Sawit, Kampung Rambutan-Pondok Gede, dan Semper-Rorotan. Sedangkan untuk tiga rute lainnya, masih dalam tahap negoisasi tarif rupiah per kilometer yang diputuskan oleh PT Transjakarta sebesar Rp3.430 per kilometer.
"Dari pandangan mata langsung di Kampung Melayu-Duren Sawit, masyarakat sudah tersosialisasi akan program OK Otrip," kata Bowo melalui pesan singkatnya.
Bowo tidak menjelaskan lebih jauh soal negoisasi tarif yang dimaksud. Namun berdasarkan informasi dari Organda DKI Jakarta, operator angkutan kecil di luar KWK, Kopamar, dan Budiluhur, keberatan dengan tarif rupiah per kilometer yang ditawarkan PT Transjakarta sebesar Rp3.430.
Mereka meminta tarif rupiah per kilometer sebesar Rp3.854 dengan estimasi perjalanan 160-165 kilometer per hari. Ditambah lagi beban operasional yang mesti dipikul pemilik angkutan, mulai dari biaya bahan bakar setiap hari, gaji sopir, dan biaya perawatan kendaraan.
Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta, Andri Yansyah, mengakui belum ada penambahan trayek OK Otrip sesuai yang direncanakan dalam uji coba yakni sebanyak enam trayek. Hal ini dikarenakan belum adanya kesepakatan antara operator dengan tarif yang diputuskan dalam Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP).
Namun, kata Andri, setelah mencari tahu penyebabnya, para operator itu menilai bahwa harga rupiah perkilometer saat ini merupakan harga permanen. Padahal harga saat ini bisa dievaluasi dengan bukti item yang menjadi alasan kesepakatan tarif para operator. "Tadinya dua operator mau negoisasi lagi hari ini, tapi saya bilang sekalian saja dengan enam operator lainnya," ungkapnya.
Andri berharap dengan adanya negoisasi dan diskusi kesepakatan tarif, dalam uji coba tiga bulan dapat merangkul 11 operator OK Otrip. Dengand demikian seluruh trayek dapat direalisasikan OK Otrip. "Subsidi masih sanggup. Tahun ini diusulkan PT Transjakarta sebesar Rp3,2 triliun untuk 2.600 unit bus. Sekarang masih sekitar 1.500," ujarnya.
Humas PT Transportasi Jakarta (Transjakarta), Wibowo, mengatakan, sejak uji oba pada 15 Januari lalu, OK Otrip kini baru mencakup tiga rute, yakni Kampung Melayu-Duren Sawit, Kampung Rambutan-Pondok Gede, dan Semper-Rorotan. Sedangkan untuk tiga rute lainnya, masih dalam tahap negoisasi tarif rupiah per kilometer yang diputuskan oleh PT Transjakarta sebesar Rp3.430 per kilometer.
"Dari pandangan mata langsung di Kampung Melayu-Duren Sawit, masyarakat sudah tersosialisasi akan program OK Otrip," kata Bowo melalui pesan singkatnya.
Bowo tidak menjelaskan lebih jauh soal negoisasi tarif yang dimaksud. Namun berdasarkan informasi dari Organda DKI Jakarta, operator angkutan kecil di luar KWK, Kopamar, dan Budiluhur, keberatan dengan tarif rupiah per kilometer yang ditawarkan PT Transjakarta sebesar Rp3.430.
Mereka meminta tarif rupiah per kilometer sebesar Rp3.854 dengan estimasi perjalanan 160-165 kilometer per hari. Ditambah lagi beban operasional yang mesti dipikul pemilik angkutan, mulai dari biaya bahan bakar setiap hari, gaji sopir, dan biaya perawatan kendaraan.
Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta, Andri Yansyah, mengakui belum ada penambahan trayek OK Otrip sesuai yang direncanakan dalam uji coba yakni sebanyak enam trayek. Hal ini dikarenakan belum adanya kesepakatan antara operator dengan tarif yang diputuskan dalam Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP).
Namun, kata Andri, setelah mencari tahu penyebabnya, para operator itu menilai bahwa harga rupiah perkilometer saat ini merupakan harga permanen. Padahal harga saat ini bisa dievaluasi dengan bukti item yang menjadi alasan kesepakatan tarif para operator. "Tadinya dua operator mau negoisasi lagi hari ini, tapi saya bilang sekalian saja dengan enam operator lainnya," ungkapnya.
Andri berharap dengan adanya negoisasi dan diskusi kesepakatan tarif, dalam uji coba tiga bulan dapat merangkul 11 operator OK Otrip. Dengand demikian seluruh trayek dapat direalisasikan OK Otrip. "Subsidi masih sanggup. Tahun ini diusulkan PT Transjakarta sebesar Rp3,2 triliun untuk 2.600 unit bus. Sekarang masih sekitar 1.500," ujarnya.
(thm)