Menjelajahi Fasilitas yang Tersedia di Stasiun KA Bandara Soetta
A
A
A
JAKARTA - Stasiun Kereta Api (KA) Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) memiliki atap gedung yang unik. Jika dilihat dari ketinggian atau udara, gedung Stasiun KA Bandara Soetta mirip daun pisang. Gedung seluas 9.300 meter persegi di atas lahan seluas 12.000 meter persegi itu memiliki dua lantai. Masing-masing lantai dilengkapi fasilitas mewah yang memiliki standar terminal di bandara.
Berada di kawasan perkantoran, sederet dengan kantor pusat Angkasa Pura (AP) II, design gedung unik ini dibangun atas usulan dan saran Presiden Joko Widodo (Jokowi). Saat berbincang dengan SINDOnews, Kepala Stasiun KA Bandara Soetta, Siswanto, merinci seluk-beluk stasiun kereta yang ada di kawasan bandara terpadat di Indonesia itu.
Ia menjelaskan, gedung baru ini memiliki konektivitas langsung dengan masing-masing terminal di bandara melalui moda transportasi antarterminal yang memiliki ketepatan waktu yang tinggi, yakni Skytrain. "Parkir mobil dan motor adanya di masing-masing terminal. Nanti pengunjung akan diarahkan naik Skytrain, jaraknya 3-5 menit dari stasiun. Tinggal menyeberang ke lorong, ada skybridge dan naik eskalator," ujarnya, Sabtu (6/1/2018).
Stasiun KA Bandara Soetta didesain untuk transit penumpang kereta langsung ke Terminal 1, 2, dan 3, serta Terminal Kargo. Daya tampung stasiun ini juga cukup besar yakni mencapai 22.304 orang. Di lantai satu pada sisi kanan dan kiri gedung, terdapat waiting lounge, stasiun charger, ticketing vanding machine, dan sejumlah tenant. Lalu di bagian tengah terdapat centre information system.
Bagi penumpang yang ingin menanyakan jadwal penerbangan bisa langsung ke bagian informasi ini. Di bagian tengah ini, juga terdapat self check in, station map, schedule railway, dan jadwal Skytrain. Jadwal keberangkatan pesawat juga ada di sini. Gate in dan gate out untuk keluar masuk penumpang dari kereta juga tersedia. Masuk ke dalam lagi, terdapat peron sepanjang 213 meter di sisi kiri dan kanan.
"Ada empat track kereta di stasiun. Toilet ada empat di sisi kiri dan kanan, terdiri dari toilet perempuan dan pria. Tempat khusus untuk ibu menyusui juga sudah tersedia di lantai dasar," terangnya.
Tidak luput dari perhatian, para difabel juga disiapkan lift khusus. Lift ini bisa digunakan bagi difabel yang akan menuju ke terminal bandara, dengan naik moda Skytrain dari stasiun melalui skybrigde. Naik ke lantai dua terdapat musala dan empat toilet, tangga darurat di sisi kanan kiri, tenant, dan ATM centre dengan total 10 ATM. Ticketing vanding mesin juga ada di sini.
"Lantai dua ini digunakan juga sebagai office, seperti kantor Kepala Stasiun. Tetapi konsepnya lebih pada tenant, jadi bisa sambil menunggu dan jajan. Sebab di sini tidak ada waiting lounge," paparnya. (Baca: Bergaya Green Building, KAI: Lebih Modern dan Kurangi Operasional)
Selain fasilitas stasiun dan pelayanan yang berstandar terminal bandara, kereta api bandara juga juga tidak kalah hebat. Desain kereta ini dibuat seperti naik dalam pesawat kelas bisnis di Indonesia. Di dalam kereta, tempat duduk yang ada disesuaikan dengan standar internasional sehingga tidak terasa sempit. Toilet yang ada juga berstandar maskapai penerbangan nasional.
Begitupun dengan bagasi, memiliki rak khusus yang terbuat dari stainless steel. Kereta bandara juga dilengkapi dengan charger HP yang bisa hanya menggunakan kabel data dan di belakang kursinya terdapat monitor. Fasilitas monitor atau layar kecil di setiap belakang kursi ini bisa digunakan untuk menonton film dan mendengarkan lagu, layaknya di dalam pesawat. Kursi difabel juga tersedia dan sangat aman . (Baca: Hari Pertama Uji Coba, Ratusan Penumpang Gunakan KA Bandara)
Dalam setiap gerbong terdapat petugas kemanan dan kebersihan yang selalu berjaga. Jadi, keamanan dan kebersihan di dalam kereta selalu terjamin. "Untuk informasi, nonsernya juga ada. Jadi yang ngasih pengumuman kepada penumpang, seperti di dalam pesawat juga ada. Lalu AC di dalam juga dingin, ruangan bagus. Nyamanlah intinya," tuturnya.
Saat KA Bandara Soetta pertama kali dioperasikan untuk umum dengan tiket promosi Rp30 ribu pada 26 Desember 2017 hingga 1 Januari 2018 lalu, penumpang mencapai rata-rata 7.000 orang per hari. Angka tersebut menurun saat berlaku tarif normal sebesar Rp70 ribu, yakni hanya mencapai 1.814 orang per hari.
Namun, setelah pergerakan KA bandara normal dengan 82 perjalanan pergerakan penumpang diyakini akan meningkat. "Kalau bicara full, nanti setelah pergerakan kereta jadi 82 perjalanan dan dikali 272 penumpang per kapasitas kedatangan. Pergerakan penumpang bisa mencapai 22.304 pengunjung per harinya," jelasnya. (Baca: Januari, Jadwal KA Tangerang-Duri Dipangkas Jadi 73 Perjalanan)
Sementara itu, Serly (24), penumpang, mengaku cukup senang dengan beroperasinya KA Bandara Soetta. "Pelayanannya prima. Semua penumpang dapat tempat duduk sesuai dengan tiket yang dibelinya. Fasilitasnya sama seperti di dalam pesawat. Tidak terlalu buruk dan tempat duduknya nyaman," katanya.
Namun, perempuan single yang bekerja sebagai karyawan swasta ini mengeluhkan tiket KA Bandara Soetta yang cukup mahal. Dia berharap harga tiket KA Bandara tetap Rp30 ribu. "Saya sudah naik kereta ini sejak pertama diuji coba berbayar Rp30 ribu sampai saat normal. Perbedaannya sangat besar dan terasa sekali. Apalagi jarak naik saya tidak jauh, dari Tangerang ke bandara," katanya.
Dia berharap seiring dengan normalnya perjalanan kereta bandara, harga tiketnya bisa dikaji ulang dan disesuaikan dengan jarak tempuh di masing-masing stasiun. "Ya, idealnya memang disesuaikan dengan jarak tempuh, sehingga warga yang naik dari Tangerang tidak sama dengan yang naik dari Stasiun Sudirman Baru. Saya berharap tarifnya bisa dikaji kembali," imbuhnya. (Baca: Tak Urai Kemacetan, DKI Diminta Tak Subsidi Kereta Bandara)
Berada di kawasan perkantoran, sederet dengan kantor pusat Angkasa Pura (AP) II, design gedung unik ini dibangun atas usulan dan saran Presiden Joko Widodo (Jokowi). Saat berbincang dengan SINDOnews, Kepala Stasiun KA Bandara Soetta, Siswanto, merinci seluk-beluk stasiun kereta yang ada di kawasan bandara terpadat di Indonesia itu.
Ia menjelaskan, gedung baru ini memiliki konektivitas langsung dengan masing-masing terminal di bandara melalui moda transportasi antarterminal yang memiliki ketepatan waktu yang tinggi, yakni Skytrain. "Parkir mobil dan motor adanya di masing-masing terminal. Nanti pengunjung akan diarahkan naik Skytrain, jaraknya 3-5 menit dari stasiun. Tinggal menyeberang ke lorong, ada skybridge dan naik eskalator," ujarnya, Sabtu (6/1/2018).
Stasiun KA Bandara Soetta didesain untuk transit penumpang kereta langsung ke Terminal 1, 2, dan 3, serta Terminal Kargo. Daya tampung stasiun ini juga cukup besar yakni mencapai 22.304 orang. Di lantai satu pada sisi kanan dan kiri gedung, terdapat waiting lounge, stasiun charger, ticketing vanding machine, dan sejumlah tenant. Lalu di bagian tengah terdapat centre information system.
Bagi penumpang yang ingin menanyakan jadwal penerbangan bisa langsung ke bagian informasi ini. Di bagian tengah ini, juga terdapat self check in, station map, schedule railway, dan jadwal Skytrain. Jadwal keberangkatan pesawat juga ada di sini. Gate in dan gate out untuk keluar masuk penumpang dari kereta juga tersedia. Masuk ke dalam lagi, terdapat peron sepanjang 213 meter di sisi kiri dan kanan.
"Ada empat track kereta di stasiun. Toilet ada empat di sisi kiri dan kanan, terdiri dari toilet perempuan dan pria. Tempat khusus untuk ibu menyusui juga sudah tersedia di lantai dasar," terangnya.
Tidak luput dari perhatian, para difabel juga disiapkan lift khusus. Lift ini bisa digunakan bagi difabel yang akan menuju ke terminal bandara, dengan naik moda Skytrain dari stasiun melalui skybrigde. Naik ke lantai dua terdapat musala dan empat toilet, tangga darurat di sisi kanan kiri, tenant, dan ATM centre dengan total 10 ATM. Ticketing vanding mesin juga ada di sini.
"Lantai dua ini digunakan juga sebagai office, seperti kantor Kepala Stasiun. Tetapi konsepnya lebih pada tenant, jadi bisa sambil menunggu dan jajan. Sebab di sini tidak ada waiting lounge," paparnya. (Baca: Bergaya Green Building, KAI: Lebih Modern dan Kurangi Operasional)
Selain fasilitas stasiun dan pelayanan yang berstandar terminal bandara, kereta api bandara juga juga tidak kalah hebat. Desain kereta ini dibuat seperti naik dalam pesawat kelas bisnis di Indonesia. Di dalam kereta, tempat duduk yang ada disesuaikan dengan standar internasional sehingga tidak terasa sempit. Toilet yang ada juga berstandar maskapai penerbangan nasional.
Begitupun dengan bagasi, memiliki rak khusus yang terbuat dari stainless steel. Kereta bandara juga dilengkapi dengan charger HP yang bisa hanya menggunakan kabel data dan di belakang kursinya terdapat monitor. Fasilitas monitor atau layar kecil di setiap belakang kursi ini bisa digunakan untuk menonton film dan mendengarkan lagu, layaknya di dalam pesawat. Kursi difabel juga tersedia dan sangat aman . (Baca: Hari Pertama Uji Coba, Ratusan Penumpang Gunakan KA Bandara)
Dalam setiap gerbong terdapat petugas kemanan dan kebersihan yang selalu berjaga. Jadi, keamanan dan kebersihan di dalam kereta selalu terjamin. "Untuk informasi, nonsernya juga ada. Jadi yang ngasih pengumuman kepada penumpang, seperti di dalam pesawat juga ada. Lalu AC di dalam juga dingin, ruangan bagus. Nyamanlah intinya," tuturnya.
Saat KA Bandara Soetta pertama kali dioperasikan untuk umum dengan tiket promosi Rp30 ribu pada 26 Desember 2017 hingga 1 Januari 2018 lalu, penumpang mencapai rata-rata 7.000 orang per hari. Angka tersebut menurun saat berlaku tarif normal sebesar Rp70 ribu, yakni hanya mencapai 1.814 orang per hari.
Namun, setelah pergerakan KA bandara normal dengan 82 perjalanan pergerakan penumpang diyakini akan meningkat. "Kalau bicara full, nanti setelah pergerakan kereta jadi 82 perjalanan dan dikali 272 penumpang per kapasitas kedatangan. Pergerakan penumpang bisa mencapai 22.304 pengunjung per harinya," jelasnya. (Baca: Januari, Jadwal KA Tangerang-Duri Dipangkas Jadi 73 Perjalanan)
Sementara itu, Serly (24), penumpang, mengaku cukup senang dengan beroperasinya KA Bandara Soetta. "Pelayanannya prima. Semua penumpang dapat tempat duduk sesuai dengan tiket yang dibelinya. Fasilitasnya sama seperti di dalam pesawat. Tidak terlalu buruk dan tempat duduknya nyaman," katanya.
Namun, perempuan single yang bekerja sebagai karyawan swasta ini mengeluhkan tiket KA Bandara Soetta yang cukup mahal. Dia berharap harga tiket KA Bandara tetap Rp30 ribu. "Saya sudah naik kereta ini sejak pertama diuji coba berbayar Rp30 ribu sampai saat normal. Perbedaannya sangat besar dan terasa sekali. Apalagi jarak naik saya tidak jauh, dari Tangerang ke bandara," katanya.
Dia berharap seiring dengan normalnya perjalanan kereta bandara, harga tiketnya bisa dikaji ulang dan disesuaikan dengan jarak tempuh di masing-masing stasiun. "Ya, idealnya memang disesuaikan dengan jarak tempuh, sehingga warga yang naik dari Tangerang tidak sama dengan yang naik dari Stasiun Sudirman Baru. Saya berharap tarifnya bisa dikaji kembali," imbuhnya. (Baca: Tak Urai Kemacetan, DKI Diminta Tak Subsidi Kereta Bandara)
(thm)