Banyak Sekolah Rusak, Bupati Bogor: Penanganan Bertahap
A
A
A
BOGOR - Bupati Bogor Nurhayanti berjanji, akan lebih fokus dalam penanganan terkait permasalahan sarana pendidikan yang kondisinya masih memprihatinkan.
"Yang jelas, alhamdulillah kita langsung bergerak cepat, untuk sekolah rusak maupun yang ambruk ini sudah diprogramkan dalam penanganannya," kata Nurhayanti kepada SINDO, Rabu 22 November 2017.
Namun berdasarkan data diperoleh dari Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bogor ternyata jumlah ruang kelas Sekolah Dasar (SD) maupun Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang rusak parah maupun ringan dan berpotensi seperti SDN Cipinang, Rumpin maupun SDN Ciluar 02, jumlahnya cukup fantastis yakni 6.265 ruang.
Jumlah ruang kelas yang tersebut diperkirakan bisa menampung 188.349 murid. Ribuan ruang kelas yang rusak itu hampir tesebar di seluruh kecamatan, namun yang paling banyak berada di enam kecamatan yakni Parung Panjang (34%), Tenjolaya (34%), Jonggol (34%), Cariu (31%), Bojonggede (29%) dan
Rumpin (20%).
"Kita akan terus lakukan perbaikan secara bertahap. Tahun ini masih ada sekitar 800 ruang kelas yang ditargetkan harus segera diperbaiki," katanya. (Baca Juga: Dalam Dua Bulan, Lima Sekolah Negeri Ambruk di Kabupaten Bogor
Pihaknya enggan menjabarkan secara detail, alasan sulitnya menangani kerusakan fasilitas pendidikan di wilayahnya yang semakin parah dan berpotensi ambruk seperti kasus SDN Cipinang I Rumpin dan SDN Ciluar 02, Sukaraja, Kabupaten Bogor itu.
"Kita lakukan upaya perbaikan secara bertahap, jadi memang enggak mungkin bisa melakukan perbaikan sekaligus terhadap ruang kelas yang rusak tersebut. Intinya kita (perbaiki) bertahap dan berkesinambungan. Untuk teknis atau detailnya berapa jumlah yang sudah dan akan diperbaiki silakan ke Kepala Dinas Pendidikan saja," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor Tb Luthfie Syam menjelaskan, robohnya SDN Ciluar 02 lebih dikarenakan faktor usia bangunan.
"Terkait itu (ambruk nya SDN Ciluar 02) bangunan lama yang memang belum sempat direhab sehingga 2 ruang kelas itu roboh. Sedangkan SDN Cipinang 1 itu, bukan atap, tapi plafon. Saat ini keduanya ditangani segera lewat bantuan Corporate Sosial Responsibility (CSR) karena kalau tunggu APBD jadi lama," katanya saat dikonfirmasi.
"Yang jelas, alhamdulillah kita langsung bergerak cepat, untuk sekolah rusak maupun yang ambruk ini sudah diprogramkan dalam penanganannya," kata Nurhayanti kepada SINDO, Rabu 22 November 2017.
Namun berdasarkan data diperoleh dari Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bogor ternyata jumlah ruang kelas Sekolah Dasar (SD) maupun Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang rusak parah maupun ringan dan berpotensi seperti SDN Cipinang, Rumpin maupun SDN Ciluar 02, jumlahnya cukup fantastis yakni 6.265 ruang.
Jumlah ruang kelas yang tersebut diperkirakan bisa menampung 188.349 murid. Ribuan ruang kelas yang rusak itu hampir tesebar di seluruh kecamatan, namun yang paling banyak berada di enam kecamatan yakni Parung Panjang (34%), Tenjolaya (34%), Jonggol (34%), Cariu (31%), Bojonggede (29%) dan
Rumpin (20%).
"Kita akan terus lakukan perbaikan secara bertahap. Tahun ini masih ada sekitar 800 ruang kelas yang ditargetkan harus segera diperbaiki," katanya. (Baca Juga: Dalam Dua Bulan, Lima Sekolah Negeri Ambruk di Kabupaten Bogor
Pihaknya enggan menjabarkan secara detail, alasan sulitnya menangani kerusakan fasilitas pendidikan di wilayahnya yang semakin parah dan berpotensi ambruk seperti kasus SDN Cipinang I Rumpin dan SDN Ciluar 02, Sukaraja, Kabupaten Bogor itu.
"Kita lakukan upaya perbaikan secara bertahap, jadi memang enggak mungkin bisa melakukan perbaikan sekaligus terhadap ruang kelas yang rusak tersebut. Intinya kita (perbaiki) bertahap dan berkesinambungan. Untuk teknis atau detailnya berapa jumlah yang sudah dan akan diperbaiki silakan ke Kepala Dinas Pendidikan saja," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor Tb Luthfie Syam menjelaskan, robohnya SDN Ciluar 02 lebih dikarenakan faktor usia bangunan.
"Terkait itu (ambruk nya SDN Ciluar 02) bangunan lama yang memang belum sempat direhab sehingga 2 ruang kelas itu roboh. Sedangkan SDN Cipinang 1 itu, bukan atap, tapi plafon. Saat ini keduanya ditangani segera lewat bantuan Corporate Sosial Responsibility (CSR) karena kalau tunggu APBD jadi lama," katanya saat dikonfirmasi.
(mhd)