Koran SINDO Dukung Siswa SMPN 3 Kota Tangsel Speak Inggris

Sabtu, 04 November 2017 - 20:04 WIB
Koran SINDO Dukung Siswa SMPN 3 Kota Tangsel Speak Inggris
Koran SINDO Dukung Siswa SMPN 3 Kota Tangsel Speak Inggris
A A A
TANGERANG SELATAN - Koran SINDO mendukung pagelaran pentas seni siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (Tangsel) bertajuk "be brave to speak english, be ready to the feuture," yang digelar di halaman sekolah.

Acara yang melibatkan 200 siswa Kelas 1, 2, dan 3 SMPN 3 Tangsel ini, berlangsung meriah. Para siswa dilatih untuk lebih percaya diri menggunakan bahasa Inggris, di dalam pergaulannya sehari-hari.

Ajeng Nindia Sukma (41), salah seorang wali murid mengatakan, dengan dukungan Koran SINDO sebagai media partner dan buah kita sebagai minuman sehat, diharap akan menambah rasa percaya diri siswa.

"Media merupakan partner terbaik. Jadi sebenarnya ini hanya ide awal, tapi kedepan saya berharap ada sinergi dari Koran SINDO terhadap kelas pengayaan ini," katanya, Sabtu (4/11/2017).

Kelas pengayaan di SMPN 3 Kota Tangsel merupakan satu terobosan baru bagi sekolah negeri. Di kota tersebut, sekolah yang telah menerapkan sistem kelas pengayaan bahasa Inggris baru ada dua.

"Dulu itu namanya kelas bilingual, saat ini namanya pengayaan. Kelas ini memakai bahasa Inggris sebagai bahasa utama dalam seluruh mata pelajarannya, mulai dari IPA, IPS, dan Matematika," ungkapnya.

Sedang untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, agama, dan seni budaya, para siswa tetap diajarkan dengan memakai bahasa Indonesia. Selain di kelas, bahasa Inggris dipakai di lingkungan sekolah.

Sayangnya, banyak siswa yang masih kurang percaya diri menggunakan bahasa asing tersebut. Untuk mendorong keberanian siswa itulah, kegiatan pentas seni budaya ini dilangsungkan sekolah.

"Masalahnya sekarang adalah, banyak siswa yang kurang berani bicara bahasa Inggris. Nah, kita ingin menumbuhkan keberanian anak untuk bicara bahasa Inggris, di luar benar atau tidak," jelasnya.

Langkah SMPN 3 Kota Tangsel ini ternyata mendapat respon positif dari Dinas Pendidikan Kota Tangsel. Ditandai dengan hadirnya Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangsel Taryono dalam perhelatan itu.

"Kegiatan ini sangat bagus dalam melatih keberanian siswa menggunakan bahasa Inggris, terutama dalam pergaulan mereka sehari-hari di sekolah. Kami selaku dinas sangat mendukung," ungkap Taryono.

Para siswa yang masuk kelas pengayaan bahasa Inggris di SMPN 3 Kota Tangsel, harus memenuhi kriteria dan lolos seleksi. Pertama NEM nya harus tinggi, yakni 28, dan lulus tes tulis bahasa Inggris.

"Setiap penerimaan kita punya standar, pertama NEM harus 28, lolos tes tulis dan convervation bahasa Inggris. Tambahan biayanya urun rembuk dengan orangtua murid, Rp300-500 ribu," tambah Ajeng.

Dilanjutkan dia, kelas pengayaan di SMPN 3 Kota Tangsel hanya ada empat kelas. Di Kelas 7 dua kelas, Kelas 8 satu kelas, dan Kelas 9 satu kelas. Para siswa pengayaan, mendapat sejumlah fasilitas menarik.

"Fasilitas anak pengayaan, ruangan ber-AC, punya loker, ada TV di kelas, proyektor, wifi, dan komputer perorang. Jadi, kelas ini semacam kelas unggulan. Saya berharap, sekolah lain akan mengikuti," jelasnya.

Sebagai panitia seleksi siswa pengayaan, Ajeng mengaku selain kelas pengayaan, ada juga kelas reguler dan akselerasi bagi para siswa berprestasi yang nilainya sudah di atas rata-rata, nyaris sempurna.

"Tetapi dalam acara ini, kita ingin semua siswa dari semua kelas terlibat, sehingga mereka bisa lebih percaya berbahasa Inggris di lingkunga sekolah," kata ibunda Radjaka Putraco Kendhika (13) ini.

Sementara itu, Ketua Pelaksana kegiatan Masayu Qanita Syafira atau yang akrab disapa Qenni (14) mengatakan, pagelaran ini terdiri dari lomba mengeja kata, pidato, kuis dan menyanyi bahasa Inggris.

"Tujuan lomba ini untuk menambah rasa percaya diri teman-teman aku dalam berbahasa Inggris, dan juga menambah ilmu pengetahuan mereka tentang bahasa Inggris," kata gadis Kelas 9 ini.

Dalam kegiatan itu, sebanyak 214 siswa turut serta. Baik yang tergabung dalam kelas pengayaan, reguler, dan akselerasi. Mereka berbaur dan bergembira bersama, tanpa membedakan kelas-kelasnya.

"Acara bagus. Ini kami lakukan sama-sama. Aku si enjoy melihat banyak teman-teman yang turut serta. Dengan kegiatan ini, aku mau bantu semua teman-teman aku bicara bahasa Inggris," tuturnya.

Qanita mengaku, di kelas pengayaan yang diikutinya, setiap dua minggu sekali, pelajaran bahasa Inggris diberikan oleh guru dari luar negeri. Mereka banyak yang berasal dari Amerika dan Australia.

Sementara itu, Caesa Muthmainah Sri Pinanggih atau yang akrab disapa Caesa (14) mengaku, dirinya berasal dari kelas reguler. Dalam pergaulan sehari-hari di sekolah, dia memakai bahasa Indonesia.

"Kalau di kelas reguler, pelajaran bahasa Inggris cuma sekali dalam seminggu. Tapi kami berbaur dengan semua kelas, kami bermain sama-sama. Biasanya kami pakai bahasa Indonesia," sambungnya.

Kalaupun berbahasa Inggris, diakuinya masih ala kadarnya. Hal senada diungkapkan siswa Kelas 9 lainnya, yakni Rivaldi Alfajar atau yang akrab disapa Rival (14). Namun, dia mengaku ingin bisa.

"Mau banget belajar bahasa Inggris, tapi karena di kelas bahasa Inggris sebagai penunjang, maka kita biasa saja. Kalau ketemu teman-teman kelas pengayaan kita belajar bersama-sama," tukasnya.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3849 seconds (0.1#10.140)