Menyelam di Parit Selama 10 Menit, Kardiman Lolos dari Maut
A
A
A
TANGERANG SELATAN - Muhammad Kardiman (25) saat ini terbaring lemah di Ruang Isoka, No 4, RSUD Kabupaten Tangerang. Sekujur tubuhnya terbakar akibat ledakan pabrik petasan/kembang api di Kosambi, Kabupaten Tangerang, Kamis (26/10/2017).
Separuh wajahnya tempak gosong dan kulitnya mengelupas. Begitupun pada bagian punggung, bahu tangan, dan kakinya. Saat ditemui SINDOnews Jumat (27/10/2017), Kardiman bercerita bahwa saat kejadian dirinya sedang bekerja di dalam pabrik. Dia masuk kerja sedari pagi di bagian produksi kembang api. Tiba-tiba terdengar ledakan keras.
"Saya sudah dua bulan bekerja di pabrik itu," katanya dengan suara pelan dengan mata yang masih memerah. Tampak rasa trauma atas peristiwa nahas itu di matanya. Sesekali dia terlihat diam dan pandangannya mengawang-awang ke langit-langit rumah sakit. Maklum, Kardiman menderita luka bakar serius hingga 80%.
Dengan perasaan iba, SINDONews memberanikan diri menanyakan perjuangannya bertahan hidup dalam peristiwa yang menewaskan 47 orang tersebut. Kardiman diam sejenak, lalu akhirnya bercerita secara perlahan. "Saat terjadi ledakan besar saya langsung menyebur ke dalam parit. Dalamnya setengah dada orang dewasa. Saya berada di dalam kolam itu sampai 10 menit, menyelam," ungkap Kardiman.
Saat itu ada dua orang rekannya yang perempuan ikut menyelam ke dalam parit. Belakangan diketahui salah satu rekannya yang ikut menyebur ke dalam parit bernama Widya (20). Jika tidak menyelam di parit, mungkin ketiga karyawan itu akan bernasib sama dengan 47 korban tewas. "Peristiwanya cepat sekali. Saat terjadi ledakan, saya melihat semua orang panik. Tanpa pikir panjang, saya langsung berlari. Punggung saya tertimpa oleh reruntuhan bangunan dan terbakar," kata Kardiman.
Menurut Kardiman, situasi saat itu sangat mencekam. Semua orang panik berusaha menyelamatkan diri. Kardiman dan Widya terus berlari ke belakang pabrik melewati kobaran api. Dengan tubuh melepuh, ia berhasil menjebol atap pabrik yang terbuat dari asbes dan melompat ke dalam parit. "Saya berlari mengikuti mas Kardiman menerobos api dan menjeblos atap, lalu turun lewat tangga. Panas sekali. Kami lalu melompat ke dalam parit. Saya tenggelam diselamatkan warga," kata Widya.
Hampir sama dengan Kardiman, Widya juga mengalami luka bakar yang cukup parah. Wajahnya gosong dan kulitnya terkelupas. Bagian punggung, bahu, dan kakinya juga terbakar, sehingga kondisinya saat ini lemah. Saat ditemui di ICU RSUD Kabupaten Tangerang, gadis yang berasal dari Salembaran, Kosambi, Kabupaten Tangerang ini tampak terbaring lemah. Di sana keluarganya banyak yang menunggu.
Sedangkan Kardiman, saat di bawa ke RSUD Kabupaten Tangerang seorang diri. Sanak keluarganya masih berada di kampung Lebaksiu, Tegal. Lili, sang kakak ipar baru datang menjeguknya sore tadi. "Kardiman empat bersaudara. Dia anak bungsu dari pasangan almarhum Sahri dan Tijah (69). Di Tangerang, dia tinggal sendiri, di mes pabrik kembang api itu. Keluarga di kampung masih belum tahu," kata Lili.
Lil berangkat dari kampungnya di Karawang tadi malam. Dia mendengar kabar adik iparnya menjadi korban ledakan melihat siaran televisi dan langsung pergi ke RSUD Tangerang. "Kardiman sudah bisa bicara. Saat saya baru sampai tadi dia belum banyak bicara. Mungkin masih sakit. Dia juga sempat bertanya apakah keluarganya di kampung sudah tahu peristiwa ini," ungkapnya.
Lili mengatakan sudah mencoba menghubungi pihak keluarga. Namun, pihak orang tua Kardiman masih belum bisa datang, mengingat perjalanan yang jauh dan kondisi Kardiman yang lemah. Dia berharap Kardiman bisa cepat pulih dari luka bakar yang dialaminya. Setelah kondisinya agak membaik, baru pihak keluarga datang membesuk. Apalagi saat ini ibu Kardiman sedang sakit.
Hingga kini, puluhan korban selamat lainnya masih dirawat di RS BUN Kosambi, RSUD Kabupaten Tangerang, dan RS Mitra Keluarga Kalideres, Jakarta Barat.
Separuh wajahnya tempak gosong dan kulitnya mengelupas. Begitupun pada bagian punggung, bahu tangan, dan kakinya. Saat ditemui SINDOnews Jumat (27/10/2017), Kardiman bercerita bahwa saat kejadian dirinya sedang bekerja di dalam pabrik. Dia masuk kerja sedari pagi di bagian produksi kembang api. Tiba-tiba terdengar ledakan keras.
"Saya sudah dua bulan bekerja di pabrik itu," katanya dengan suara pelan dengan mata yang masih memerah. Tampak rasa trauma atas peristiwa nahas itu di matanya. Sesekali dia terlihat diam dan pandangannya mengawang-awang ke langit-langit rumah sakit. Maklum, Kardiman menderita luka bakar serius hingga 80%.
Dengan perasaan iba, SINDONews memberanikan diri menanyakan perjuangannya bertahan hidup dalam peristiwa yang menewaskan 47 orang tersebut. Kardiman diam sejenak, lalu akhirnya bercerita secara perlahan. "Saat terjadi ledakan besar saya langsung menyebur ke dalam parit. Dalamnya setengah dada orang dewasa. Saya berada di dalam kolam itu sampai 10 menit, menyelam," ungkap Kardiman.
Saat itu ada dua orang rekannya yang perempuan ikut menyelam ke dalam parit. Belakangan diketahui salah satu rekannya yang ikut menyebur ke dalam parit bernama Widya (20). Jika tidak menyelam di parit, mungkin ketiga karyawan itu akan bernasib sama dengan 47 korban tewas. "Peristiwanya cepat sekali. Saat terjadi ledakan, saya melihat semua orang panik. Tanpa pikir panjang, saya langsung berlari. Punggung saya tertimpa oleh reruntuhan bangunan dan terbakar," kata Kardiman.
Menurut Kardiman, situasi saat itu sangat mencekam. Semua orang panik berusaha menyelamatkan diri. Kardiman dan Widya terus berlari ke belakang pabrik melewati kobaran api. Dengan tubuh melepuh, ia berhasil menjebol atap pabrik yang terbuat dari asbes dan melompat ke dalam parit. "Saya berlari mengikuti mas Kardiman menerobos api dan menjeblos atap, lalu turun lewat tangga. Panas sekali. Kami lalu melompat ke dalam parit. Saya tenggelam diselamatkan warga," kata Widya.
Hampir sama dengan Kardiman, Widya juga mengalami luka bakar yang cukup parah. Wajahnya gosong dan kulitnya terkelupas. Bagian punggung, bahu, dan kakinya juga terbakar, sehingga kondisinya saat ini lemah. Saat ditemui di ICU RSUD Kabupaten Tangerang, gadis yang berasal dari Salembaran, Kosambi, Kabupaten Tangerang ini tampak terbaring lemah. Di sana keluarganya banyak yang menunggu.
Sedangkan Kardiman, saat di bawa ke RSUD Kabupaten Tangerang seorang diri. Sanak keluarganya masih berada di kampung Lebaksiu, Tegal. Lili, sang kakak ipar baru datang menjeguknya sore tadi. "Kardiman empat bersaudara. Dia anak bungsu dari pasangan almarhum Sahri dan Tijah (69). Di Tangerang, dia tinggal sendiri, di mes pabrik kembang api itu. Keluarga di kampung masih belum tahu," kata Lili.
Lil berangkat dari kampungnya di Karawang tadi malam. Dia mendengar kabar adik iparnya menjadi korban ledakan melihat siaran televisi dan langsung pergi ke RSUD Tangerang. "Kardiman sudah bisa bicara. Saat saya baru sampai tadi dia belum banyak bicara. Mungkin masih sakit. Dia juga sempat bertanya apakah keluarganya di kampung sudah tahu peristiwa ini," ungkapnya.
Lili mengatakan sudah mencoba menghubungi pihak keluarga. Namun, pihak orang tua Kardiman masih belum bisa datang, mengingat perjalanan yang jauh dan kondisi Kardiman yang lemah. Dia berharap Kardiman bisa cepat pulih dari luka bakar yang dialaminya. Setelah kondisinya agak membaik, baru pihak keluarga datang membesuk. Apalagi saat ini ibu Kardiman sedang sakit.
Hingga kini, puluhan korban selamat lainnya masih dirawat di RS BUN Kosambi, RSUD Kabupaten Tangerang, dan RS Mitra Keluarga Kalideres, Jakarta Barat.
(thm)